DI Studio V RRI Jakarta, 6 Juni yang lalu, Pemerintah Amerika
Serikat mengutus kwartet gesek 'Philarte' sebagai duta budaya.
Kwartet ini menyeruak pertama kali di Saratoga Festival tahun
1971. Mereka terdiri dari 3 pemain biola dan seorang pemain
celo. Keistimewaan mereka terletak pada instrumen yang khusus
dibuat oleh Sergio Feresson, yang dianggap sebagai Stradivarius
masa kini.
Meskipun kursi yang berjumlah 800 buah hanya terisi separuhnya,
ruangan terasa memberat karena beberapa orang gede tampak hadir.
Antara lain: Sudjatmoko, Mahar Mardjono, Harsya W. Bachtiar, dan
Edward Masters sang Duta Besar Amerika sendiri. Pemain kwartet
yang terdiri dari pemegang biola utama Luis Biava (46 tahun),
pemain celo Bert Phillips (45 tahun), Davyd Booth (20 tahun),
Sidney Curtiss (47 tahun), tampaknya terkesan oleh perhatian
hadirin. Mereka menyatakan rasa kekaguman pada ketertiban dan
sikap antusias penonton.
Samuel Barber
Malam itu dipilih Mozart (Kwartet Dalam C Mayor KV 465 --
dissonant), Samuel Barber (Kwartet Op. 11) dan Maurice Ravel
(Kwartet Dalam F). Semuanya dilaksanakan baik sekali. Yap Tji
Kian dan Adhidarma dari Orkes Simfoni RRI menunjukkan jempol
untuk permainan duta-duta ini. Sementara Luis Biava mengakui
bahwa mereka sudah memainkan repertoar itu lebih dari 50 kali.
Soalnya kemudian, bagaimana mendapat kegairahan dan kesegaran
sehingga permainan tidak hanya sekedar hafalan.
Nomor Samuel Barber (1910-) menarik untuk dibicarakan karena
berasal dari West Chester, Amerika. Karya-karyanya terkenal
liris dan romantis. Pada usia 24 tahun ia menamatkan
pelajarannya di The Curtis Institute of Music di Philadelphia.
Kwartet malam itu menampilkan karyanya dengan indah, meski
sedikit terganggu oleh getaran suara dari balik studio. Pada
bagian molto allegro E appasionate terdengar suara keras,
menderu-deru yang kemudian diikuti oleh bunyi celo yang santai
menyeret-nyeret. Penonton terpukau.
Awak kwartet yang ternyata juga anggota Philadelphia Orchestra
mengakhiri penampilan mereka dengan Ravel yang dibawakan dengan
trampil. Cepat, sambung-menyambung dan rapih. Penonton keplok
seru sehingga terpaksa dikeluarkan lagu tambahan Waltz karya
Dvorak yang riang gembira. Kwartet ini tak sempat bermain
bersama-sama Orkes Simfoni karena waktu yang amat singkat.
Mereka sedang mengikuti program yang akan menerbangkan mereka ke
Bangkok, Seoul, Hongkong dan kemudian mudik ke Amerika. Ketika
ditanyakan kepada seorang pemain Orkes Simfoni Jakarta, apa bisa
tampil seperti kwartet itu, jawabnya: "Berat. Mereka paling
sedikit sudah memainkannya lebih dari 10 kali."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini