Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak Senin, 4 November 2024, dinihari Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, terus mengalami erupsi yang belum berkesudahan. Akibatnya, 10 warga meninggal karena tertimpa batu panas yang terlontar dari kawah gunung itu. Puluhan warga lain mengalami luka-luka. Menurut data terakhir Badan Nasional Penanggulangan Bencana per 19 November 2024, 12.673 orang terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejumlah personel Satuan Brimob Polri menggotong lansia yang terkena dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki asal posko pengungsian Desa Hikong, Talibura, Kabupaten Sikka, setibanya di posko baru mereka di Desa Kobasoma, Titehena, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. ANTARA/Aditya Pradana Putra
Mengamuknya gunung setinggi 1.584 meter di atas permukaan laut itu menjadi duka bagi belasan ribu warga di sejumlah desa dalam radius 9 kilometer dari pusat erupsi. Setelah angkat kaki dari rumah, hari-hari mereka lalui dengan kecemasan di posko pengungsian. Seluruh harta benda, termasuk ternak dan lahan pertanian, mereka tinggalkan di kampung.
Warga berlari menjauh dari erupsi kawah Gunung Lewotobi Laki-laki di Desa Pululera, Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. ANTARA/Aditya Pradana Putra
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Aktivitas perekonomian pun kini lumpuh. Untuk sementara ini, para warga menggantungkan keberlangsungan hidup dari bantuan di enam titik posko pengungsian terpusat di Kabupaten Flores Timur dan dua titik lain di Kabupaten Sikka.
Kondisi Pasar Boru dengan latar belakang erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Desa Boru, Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. ANTARA/Aditya Pradana Putra
Tak hanya mengungsi di posko terpusat, sebagian warga lain mengungsi secara mandiri di hutan, ladang, dan perbukitan yang masih berada di zona aman dari pusat erupsi. Mereka memutuskan mengungsi secara swadaya agar lebih mudah bila sewaktu-waktu ingin mengecek kondisi hewan-hewan ternak di kampung.
Salah satu pengungsi korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki pulang ke rumahnya untuk memberi makan babi ternaknya di Hokeng, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. ANTARA/Aditya Pradana Putra
Pemerintah pusat terus memberi solusi bagi para warga yang terkena dampak bencana itu. Selain penanganan awal dengan penyediaan kebutuhan mendasar bagi pengungsi, pemerintah akan merelokasi warga yang berada di zona merah untuk pindah ke lokasi yang lebih aman.
Sejumlah warga yang terkena dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki menumpang truk untuk dievakuasi dari posko pengungsian Desa Hikong di Talibura, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. ANTARA/Aditya Pradana Putra
Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Maruarar Sirait memastikan pembangunan rumah bencana bagi masyarakat yang terkena dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki dekat dengan lokasi kerja warga. Sebanyak 2.700 rumah akan disiapkan untuk masa depan yang lebih baik bagi mereka. Pemerintah juga akan memberikan dana tunggu hunian bagi masyarakat yang rumahnya rusak berat sebesar Rp 500 ribu per keluarga setiap bulan selama enam bulan.
Kondisi salah satu rumah yang atapnya rusak akibat terlalu berat menahan material vulkanis dari erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Desa Klatanlo, Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. ANTARA/Aditya Pradana Putra
Kesabaran warga masih harus panjang selama masa tanggap darurat dalam dua bulan ke depan. Simpati dan doa-doa terpanjatkan agar elegi akibat erupsi Gunung Lewotobi ini lekas berhenti.
Seorang warga yang terkena dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki membawa patung Bunda Maria miliknya saat dievakuasi dari posko pengungsian Desa Hikong di Talibura, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. ANTARA/Aditya Pradana Putra
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo