Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Gurauan yang Mengetuk Hati

The Buttoners, yang diputar di Jakarta International Film Festival, mencampurkan humor dan tragedi. Sebuah komedi hitam yang meninggalkan sebuah bahan perenungan.

5 Desember 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

The Buttoners (Knoflikari)
Skenario dan sutradara:Petr Zelenka
Penyunting:David Cherny
Pemain:Seisuke Tsukahara, Frantisek Cerny, Vladimir Diouhy, Jiri Kodet, Rudolf Hrusinsky, Marian Stojlovova
SEORANG wanita setengah baya bersama seorang pria muda menyetop taksi. Tak ada tempat yang dituju. Mereka hanya ingin bercinta di dalam taksi itu. Franta, sang sopir, yang semula kaget dengan permintaan itu, akhirnya membawa mereka berkeliling kota. Lewat kaca spion, matanya sesekali mengintip sang wanita dan pasangan selingkuhnya yang tengah asyik-masyuk bercinta. Sebuah adegan yang ganjil.

Film ini memang sarat dengan keganjilan. Pada bagian lain, film ini menyajikan berbagai "keajaiban" manusia. Ada seorang pria yang selalu berbaring di rel di bawah kereta api yang melintas di atas tubuhnya untuk sekadar meludahi lokomotif atau pria yang punya kebiasaan mencabuti kancing sofa dengan gigi palsunya—cara membuka kancing itulah yang kemudian dijadikan tajuk film ini. Yang tak kalah ganjil adalah hobi suami-istri yang telah lanjut usia bermain kapal-kapalan di sebuah ruang khusus, lengkap dengan tata lampu dan suara yang dahsyat.

Di sisi lain, Petr Zelenka, 32 tahun, si sutradara, juga memainkan emosi penonton. Ia menyisipkan sebuah tragedi. Seorang perempuan muda tewas sia-sia bersama tunangannya dalam sebuah kecelakaan lalu-lintas. Suasana hati pasangan yang tengah bahagia membuat kendaraan yang dikendarainya sulit dikontrol.

The Buttoners, film asal Chek, menawarkan alur dan cara bertutur yang aneh—setidaknya bagi kebanyakan penonton Indonesia yang telah terlena oleh plot Hollywood yang mudah dicerna dan selalu happy ending. Film kedua Zelenka ini terdiri atas enam episode dan sekilas tak ada keterkaitan tema antara satu dan yang lainnya. Namun, dengan gaya itu, Zelenka mampu menghadirkan berbagai sisi ganjil kehidupan manusia secara maksimal.

Seperti halnya film bergaya komedi hitam, film yang diproduksi televisi Chek ini mengolok-olok penderitaan manusia. Pada bagian awal, film ini menghadirkan sebuah pembicaraan antar-orang Jepang yang mengutuk cuaca buruk. Pada hari yang sama, Enola Gray, pesawat yang membawa bom atom, tengah berputar-putar mencari posisi untuk menjatuhkan bom di atas kepala para tokoh Jepang itu.

Namun, Zelenka tak melulu bermain-main. Di akhir film ini, ia meninggalkan sebuah bahan perenungan. Arwah pilot Enola Gray kembali dimunculkan lewat acara pemanggilan roh oleh sekelompok anak-anak di Praha. Setelah mengetahui jumlah korban yang tewas akibat bom atom yang dijatuhkan dari pesawatnya, ia merasa amat bersalah. Lewat siaran radio di kota yang letaknya beribu-ribu kilometer dari kampung halamannya, dia menyatakan penyesalan yang mendalam. Sejarah memang kerap luput mencatat sisi-sisi manusiawi dari pelakunya.

Irfan Budiman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus