Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Indonesia Tuan Rumah Festival Budaya Melanesia 2015  

Festival Budaya Melanesia yang berlangsung di Kupang, NTT pada 26-30 Oktober 2015 meliputi kegiatan konferensi, pemutaran film dan pertunjukan tari.

22 Oktober 2015 | 16.57 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sejumlah anak memakai kostum bertema melanesia saat karnaval anak diacara Jember Fashion Carnival ke-14 di Jember, 27 Agustus 2015. Karnaval jalanan ini diklaim menjadi salah satu yang terbesar di dunia. Lebih dari 1.000 peserta memamerkan kostum bertema

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Indonesia untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah penyelenggaraan Festival Budaya Melanesia 2015, yang akan berlangsung 26-30 Oktober.

Festival akan dihadiri para pemangku kepentingan bidang kebudayaan dan seniman dari Indonesia, Fiji, Papua Nugini, Pulau Solomon, Timor Leste, Vanuatu, dan Kaledonia Baru, serta perwakilan dari Melanesian Spearhead Group yang berpusat di Vanuatu. Festival akan berlangsung di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kacung Marijan di Jakarta, Kamis,22 Oktober 2015 mengatakan Indonesia dipilih karena sekitar 80 persen penduduk, yang disebut Melanesia, bermukim di Indonesia.

Penyelenggaraan Festival Budaya Melanesia diharap bisa meningkatkan pemahaman mengenai penduduk Melanesia dan budayanya, serta mendorong kerja sama antarnegara-negara berpenduduk Melanesia.

"Peningkatan kerja sama negara-negara Melanesia seperti dalam bidang budaya, pendidikan, dan ekonomi," kata Marijan.

Festival Budaya Melanesia meliputi kegiatan konferensi, pemutaran film, dan pertunjukan tari. Indonesia mengirimkan perwakilan dari lima provinsi yang berpenduduk Melanesia, yaitu Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.

Tiga film dari Indonesia akan diputar dalam festival tersebut, yaitu Atambua 39 C, Tanah Mama, dan Cahaya Dari Timur. Jajang C. Noer dan Chico Jericho akan hadir dalam pemutaran film tersebut.

Selain Indonesia, Fiji dan Kaledonia Baru turut mengirimkan film dari negara mereka untuk ditayangkan di forum masyarakat dengan budaya Melanesia.

Melanesia adalah subras dengan persebaran di wilayah Indonesia mencakup Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat, serta negara lain seperti Vanuatu, Fiji, Pulau Solomon, dan Papua Nugini.

Arkeolog dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Prof Dr Harry Truman Simanjuntak menjelaskan leluhur yang datang ke Nusantara ada yang tetap tinggal dan ada yang bermigrasi hingga ke Australia dan berpusat di Papua, Papua Nugini, dan Australia.

Budaya yang berkembang di Papua dan Papua Nugini meluas sampai ke Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat, serta timur jauh seperti Fiji dan Vanuatu.

Bukti-bukti peninggalan Melanesia menunjukkan subras tersebut hadir di Australia, yang diwakili oleh Aborigin sejak 60.000 tahun lalu.

Peninggalan di Indonesia menunjukkan mereka datang 45.000 sampai 50.000 tahun yang lalu.

Perbedaan budaya yang ada di tempat persebaran Melanesia, menurut Truman, disebabkan oleh faktor lokal.

Truman mengatakan festival itu bisa meningkatkan pemahaman dua ras terbesar di Indonesia, Mongoloid dan Austronesia, bersaudara serta berinteraksi secara budaya dan biologis sejak puluhan ribu tahun lalu.

"Jangan dibuat pemisah. Saling mengenal sehingga menumbuhkan kebangsaan," kata Truman.




ANTARA


Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Maria Rita Hasugian

Maria Rita Hasugian

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus