Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kesedihan tampak jelas di wajah lelaki tua itu. Kematian Marko, anak lelaki satu-satunya, terus membayanginya. Marko tewas terbunuh. Ranko, lelaki tua tersebut, terus-menerus tenggelam dalam penderitaan.
Dan satu per satu orang di sekitar anaknya yang tewas itu hadir dalam tiga plot cerita. Kisah Bogdan, anak salah satu pembunuh Marko, yang bekerja kepada Ranko, sekaligus ingin membuktikan bahwa ia jauh lebih baik daripada ayahnya. Kisah Nebojsa, seorang dokter bedah kawakan, sahabat Marko, yang menangani operasi Todor, pria pembunuh Marko. Kisah Harris, pria muslim yang pernah diselamatkan Marko, yang kemudian melindungi tunangan Marko.
Tiga plot cerita yang berkelindan ini bergantian membangun Circles, film Serbia arahan sutradara Srdan Golubovic. Film ini berlatar Serbia tahun 1993, saat Yugoslavia pecah, dan Serbia dilanda perang saudara-yang menjurus ke perang agama. Film yang dibuat Golubovic ini berdasarkan kisah nyata. Pada 1993 itu, seorang prajurit Serbia bernama Aleksic membela seorang pria muslim tetangganya, penjaga kios rokok, yang dihajar habis-habisan oleh koleganya-sesama tentara.
Cerita ini pernah dibuat dalam bentuk film dokumenter. "Tapi saya baru tahu kejadian itu pada 2007, ketika saya membaca sebuah artikel di Internet," ujar Golubovic, yang langsung tergerak menuangkan kisah ini ke dalam sebuah film. Golubovic datang ke Indonesia untuk menghadiri Film Forward: Advancing Cultural Dialogue, acara yang digelar Sundance Institute dan President's Committee on the Arts and the Humanities-yang didukung Kedutaan Besar Amerika Serikat. Ia akan berkeliling ke Jakarta, Yogyakarta, Denpasar, Banjarmasin, dan Palangkaraya sepanjang 8-12 September 2014.
Dalam kesempatan berbicara dengan Tempo, Golubovic berkisah tentang kondisi sinema Serbia dewasa ini. Bagaimana 99 persen orang datang ke bioskop untuk menonton film Hollywood. Karena itu, ia bergerilya. "Kami harus menemukan cara lain untuk mempublikasikan sinema art house," katanya. Ia bercerita bagaimana salah satu masalah utama adalah Serbia tidak punya cukup uang untuk memproduksi film. Dana banyak didapat dengan membuat film produksi bersama dengan negara-negara Eropa lain. Film-film Serbia, menurut dia, banyak mengangkat persoalan sosial dan krisis keuangan yang menghantam banyak orang di Serbia. "Yang diangkat biasanya sosok orang biasa, dalam kehidupan sehari-hari," dia menambahkan.
Film Circles bagi kita menarik karena secara menyentuh terinspirasi oleh kisah seorang tentara Serbia yang menyelamatkan hidup tetangganya yang muslim. "Ya, benar itu. Tapi saya sesungguhnya ingin menyajikan cerita orang-orang yang ingin keluar dari bayang-bayang perang," kata sineas berumur 46 tahun itu. Golubovic menyatakan filmnya bercerita tentang orang-orang yang memberi maaf, penebusan, dan orang-orang yang ingin meneruskan hidup, bebas dari luka masa lalu.
Ia menandaskan bahwa filmnya bukan film politik. "Bukan. Bukan. Ini bukan film tentang politik. Kami berasal dari negara yang pernah mengalami perang saudara. Sekarang kami hidup bersama," ujarnya. Yang paling sulit, menurut Golubovic, adalah, setelah Serbia mengalami periode-periode buruk, bagaimana masyarakat Serbia harus belajar untuk hidup berdampingan dalam perbedaan. "Kami belajar dari masa lalu. Bagaimana berpikir ke depan dan tak lagi terjebak pada konflik berdarah yang pernah terjadi."
Ketika Golubovic menyatakan hal itu, masih terbayang jelas bagaimana kesedihan raut muka Ranko. Pengadilan tidak bisa mengadili kasus tewasnya Marko yang terjadi 12 tahun lalu itu karena dianggap lama lewat.
Ratnaning Asih
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo