Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Tujuh musikus lintas aliran manggung bareng di Teater Salihara.
Ada Mery Kasiman, Ananda Badudu, Bin Idris, dkk.
Saling bertukar irama dan suara dalam tiga babak.
Sorot lampu warna-warni seolah-olah menari-nari mengikuti irama yang dilantunkan para personel Fuzzy, I. Petikan gitar berpadu dengan musik penyintesis (synthesizer) dan dua set drum yang ditabuh berbarengan mengiringi tarikan suara membakar semangat Egi Hisni, vokalis band beraliran neo-punk itu. Di tengah tembang, Mery Kasiman, komposer yang juga anggota band Potret besutan Melly Goeslaw, masuk panggung dan mendentingkan piano.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sekitar 120 penonton mengangguk-angguk mengikuti irama dua aliran musik berbeda tersebut. Kolaborasi musik mereka menghasilkan spektrum suara yang beragam dan nyaman di telinga, bahkan bagi mereka yang baru pertama kali mendengarkan permainan Fuzzy, I ataupun Mery.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suguhan eksperimental tersebut menjadi pembuka Tukar Suara, yang digelar di panggung Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu, 13 Mei lalu. Tukar Suara merupakan pertunjukan yang mengawinkan musikus-musikus indie yang belum pernah berkolaborasi sebelumnya. Kegiatan ini digagas oleh Koperasi Sorge, kolektif eksperimen karya yang dibentuk pada 2011. Menurut Rangga Wiraspati, tim publikasi Tukar Suara, semua konsep, pemilihan kolaborator, hingga daftar lagu ditentukan oleh Koperasi Sorge. “Musikus tinggal memainkannya,” kata Rangga, seusai acara.
Pentas tersebut terbagi dalam tiga babak, yang masing-masing diisi oleh dua atau tiga musikus. Total ada tujuh pemusik, yakni Fuzzy, I, Mery Kasiman, Ananda Badudu, Frau, Tomy Herseta, Flukeminimix, dan Bin Idris.
Ananda Badudu di panggung Tukar Suara, Teater Salihara, Jakarta Selatan, 13 Mei 2023. TEMPO/Ilona Esterina
Puas atas tembang mezzo-forte pemompa semangat di babak pertama, penonton kembali dibuat terpukau oleh kehadiran Ananda Badudu. Eks personel Banda Neira itu diiringi piano, selo, dan berkolaborasi dengan musikus elektronik, Tomy Herseta.
Ananda membawakan Hiruplah Hidup, lagu andalan dalam mini album pertamanya, "Angkat dan Rayakan", yang dirilis pada 2021. Gita ini mengisahkan situasi terpuruk akibat bipolar disorder dan kekuatannya untuk melalui masa suram. Kidung kedua mengisahkan cerita yang kurang lebih serupa. Pada Nasib pada Arus dinyanyikan Ananda dengan gitarnya. Lagu ini, menurut Ananda, menjadi mantra yang menguatkannya ketika depresi muncul.
Suara lembut Ananda berpadu dengan dawai selo dan denting piano menjadi kian apik ketika Tomy memasukkan bahana alam, seperti gemercik air dari alat synth yang dibawanya ke tengah panggung. Tata lampu oranye yang menyorot menambah kehangatan penampilan Ananda dan Tomy.
Lagu selanjutnya diisi penampilan Ananda dengan Leilani Hermiasih—lebih dikenal sebagai Frau—musikus indie yang kerap tampil dengan pianonya. Keduanya mengajak penonton mendengarkan kisah kelam seorang tahanan politik 1965 lewat Cucuku. Tembang ini merupakan karangan Sri Wahyuni, seniman keroncong yang dipenjara sejak 1965 hingga 1971 dengan tuduhan terlibat dalam Gerakan 30 September.
Dendang tersebut membuat penonton terhanyut oleh kisah Sri Wahyuni, yang dipindah-pindahkan dari penjara di Yogyakarta, Semarang, dan Ambarawa. Dia juga diharamkan bernyanyi oleh petugas keamanan pada masa Orde Baru. “Saya tidak dapat membayangkan kalau saya di posisi dia, dilarang berkarya,” ujar Frau saat ditemui Tempo selepas penampilannya.
Musikus lulusan Etnomusikologi Queen’s University, Irlandia Utara, itu mengatakan lagu tersebut didengarnya pertama kali pada 2016 saat ia dan kelompok seniman menggelar pertunjukan yang melibatkan perempuan eks tahanan politik yang tergabung dalam komunitas Kiprah Perempuan Yogyakarta. Frau kemudian menyanyikan ulang lagu tersebut dan memasukkannya dalam album pada 2019.
Penampilan Frau dan Ananda Badudu ditutup oleh Kita Berangkat Saja Dulu. Lagu ini Ananda ciptakan di masa keraguannya saat menghadapi terapi obat-obatan, beberapa waktu lalu. Frau menganggap kolaborasi musik ini begitu spesial. “Ini kesempatan pertama saya menyanyi tanpa main piano dan harus berdiri,” kata Frau.
Frau senang bisa ikut menyanyikan lagu Ananda Badudu. “Ada beberapa kalimat dia yang saya enggak akan kepikiran menuliskan itu, tapi ternyata beresonansi di diri saya ketika dinyanyikan,” ujar Frau.
Awalnya, Ananda kesulitan membayangkan konsep kolaborasi Tukar Suara. “Saya biasanya main gitar akustik, selo, terus disandingkan dengan Tomy yang full ambience elektronik. Belum kebayang tabrakannya kayak gimana,” katanya.
Menurut Ananda, Frau juga memiliki gaya bermusik yang berbeda. Dari penulisan lagu, Frau memiliki pilihan nada yang unik. “Dari teori musiknya, banyak pindah nada-nada, sangat intuitif. Beda dengan saya yang terkonsep,” ujar bekas jurnalis Tempo itu. Namun, setelah pertunjukan selesai, Ananda mengaku puas atas hasil kolaborasi tersebut, juga sambutan penonton.
Kolaborasi Bin Idris dan Flukeminimix menutup pertunjukan Tukar Suara di Teater Salihara, Jakarta Selatan, 13 Mei 2023. TEMPO/Ilona Esterina
Sesi ketiga pentas itu diisi oleh kolaborasi Bin Idris dan Flukeminimix, sekaligus menjadi penutup malam. Flukeminimix, yang mengusung tema eksperimental, disandingkan dengan Bin Idris, yang cenderung folk, berhasil memukau penonton. Terutama lagu penutup, Chariot and The Warriors of Silence, yang menyuguhkan petikan gitar dari enam gitaris yang mengitari panggung.
Yudhistira Agato, penonton, mengaku puas menonton Tukar Suara. “Awal nonton enggak kebayang bakalan gimana. Misalnya, Bin Idris yang folk disandingkan dengan Flukeminimix yang berisik. Ternyata seru,” ujar pria berusia 36 tahun itu. Dia mengatakan sebagian besar penampil merupakan musikus indie favoritnya.
Walau pertunjukan selesai pada pukul 00.00, sebagian besar penonton tak segera beranjak pulang. “Mungkin karena enggak kayak nonton musik, tapi lebih seperti nonton teater atau performance art,” ujar Yudhistira. Dia berharap semakin banyak musikus yang berkolaborasi lintas aliran seperti Tukar Suara.
ILONA ESTERINA PIRI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo