Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bandidas Pemain: Penelope Cruz, Salma Hayek, Steve Zahn, Dwight Yoakam Skenario: Luc Besson, Robert Mark Kamen Sutradara: Joachim Roenning, Espen Sandberg Produksi: Europa Corp (2006)
Dua bandit itu perempuan. Dua ban-dit itu cantik. Apa yang bisa mereka lakukan di jagat perban-dit-an yang serba laki-laki dan keji itu? Mereka sama sekali tak punya pengalaman merampok. Mereka juga tak pernah memegang senjata. Repu-tasi Ma-ria Alvarez (Penelope Cruz) dan Sa-ra- Sandoval (Salma Hayek)? Nol b-esar.
Tapi tak ada yang tak mungkin ter-ja-di di negeri tandus Meksiko pada 1880-an itu. Kekuasaan yang semena-mena membuat Maria, anak seorang petani, dan Sara, anak seorang guber-nur yang tewas, berubah menjadi ba-n-dit yang paling dicari. Dua orang yang semula tak saling mengenal itu berga-bung untuk membebaskan rakyat Mek-siko dari kesewenang-wenangan pe-nguasa, yang membeli tanah pendu-duk cuma satu peso, dan menghentikan- se-pak terjang penguasa yang haus ke-kayaan.
Jangan bayangkan Maria dan Sara beraksi secara heroik. Tak ada adegan- adu senjata satu lawan satu seperti- aksi Sha-ron Stone dalam film The Quick and the Dead (1995) atau adu pedang mirip petualangan Zorro. Skenario Luc Bes-son dan Robert Mark Kamen sama sekali tak memberi ruang bagi adegan dan dialog yang berpretensi sok- serius atau terkesan berbau pamflet.
Besson (terkenal sebagai sutradara The Fifth Element, 1997), yang juga men-jadi produser di film ini, justru mem-persilakan sutradara Joachim Roenning dan Espen Sandberg, juga Cruz dan Hayek, untuk bermain-m-ain. Dua sutradara itu pun memilih menyuguhkan film berdurasi 93 menit ini dengan cara komikal. Menonton film ini mengingatkan pada pe-tualangan Dal-ton bersaudara, b-andit kam-bu-han yang menjadi musuh Lucky Luke, yang konyol itu.
Maria (Cruz bermain bagus di film ini), misalnya, baru sehari memproklamasikan diri sebagai bandit, tapi sudah kebelet ingin merampok bank. Ia memang langsung menjadi penembak jitu pada latihan ”menjadi bandit” pa-da hari pertama, tapi sama sekali tak bisa berenang. Sebagai seorang bandit, ia juga kelewat bawel dan tempe-ra-mental. Ia amatir dalam soal ilmu merayu dan mencumbu lelaki, sebuah risiko yang harus ia tempuh untuk menaklukkan lawan.
Sedangkan Sara, yang pernah sekolah di Cadiz Spanyol, tampak cerdas,- tapi serba gugupan. Ia selalu ce-guk-an ketika menghadapi saat-saat mene-gang-kan merampok bank. Lantaran ke-rongkongannya terus-menerus ce-guk-an, ia tak pernah bisa menembak sang lawan secara tepat, sekalipun da-ri jarak dekat. Ia pun mengganti senjata andalannya dengan pisau. Untuk seorang bandit, Sara juga kelewat kemayu. Ia tak pernah melupakan ke-sempatan untuk menyisir rambut di kala tak beraksi.
Dengan kelemahan masing-masing,- dua bandit itu saling melengkapi. Ma-ria pintar menembak, Sara jago me-lem-par pisau. Maria ahli berkuda, S-a-ra sigap berenang. Maria meng-aja-ri Sara bagaimana mesti berempati pada orang miskin, Sara mengajari M-aria bagaimana mesti memulai sebuah c-iuman.
Besson menambah tokoh lain untuk- memperkental seduhan humor dalam film ini. Quentin Cooke (dima-inkan dengan sangat kocak oleh Steve Zahn), to-koh itu, adalah ilmuwan yang dise-wa oleh musuh Maria dan Sara, Tyler- Jack-son (Dwight Yoakam), untuk mem-buk-ti-kan kejahatan dua bandit itu. Cooke bekerja bak detektif Sherlock Holmes atau detektif di serial televisi- CSI yang menggunakan metode ilmi-ah untuk mengungkap fakta kejahatan dengan mengumpulkan sidik jari, memeriksa potongan rambut, dan meng-gunakan mikroskop. Sebuah pekerjaan absurd dalam dunia para koboi.
Sara dan Maria, yang penasaran de-ngan sang ilmuwan, memutuskan men-culik Cooke. Sang ilmuwan pun dijadikan ”sansak” oleh dua bandit untuk berlatih bercumbu. Pada akhirnya, Coo-ke yang mabuk kenikmatan memilih membantu dua bandit tersebut merampok semua bank di Meksiko.
Film ini menjadi ajang duet pertama bagi Cruz dan Hayek. Meski keduanya- bersahabat di luar film, kata Hayek, ”Se-cara natural, gaya bermain kami sebetulnya berbeda. Skenario yang me-narik telah mempertemukan kami di film ini.”
Dengan bujet yang terbilang murah (US$ 32 juta atau sekitar Rp 300 mili-ar), film yang mengambil tiga lokasi shooting di Meksiko ini terhidang seba-gai tontonan yang segar dan menghibur. Inilah suguhan legit dari dua bandit yang genit.
Yos Rizal Suriaji
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo