Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Lagi pelarangan di yogya

Polisi yogya melarang pementasan drama 'sang inspektur jenderal' yang akan dimainkan grup teater gajah mada, yogya. naskah karya pengarang rusia, nikolai gogol 1809-1852 diterjemahkan asrul sani.

12 Desember 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SANG Inspektur Jenderal batal meninjau daerah. Kepolisian Yogyakarta melarangnya. Maka, 2 Desember malam yang lalu, sejumlah orang Yogya cuma melongo melihat pintu Gedung Purna Budaya Bulaksumur tetap terkunci. Di dalam gelap. Kira-kira satu setengah bulan yang lalu, grup Teater Gajah Mada Yogya merencanakan mementaskan drama Sang Inspektur Jenderal (SIJ). Mereka mulai berlatih sebulan yang lalu. Surat izin dibuat dua minggu sebelum pementasan. Tapi tiba-tiba surat larangan berpentas turun--seperti sering terjadi: sehari sebelum pementasan. Alasan pelarangan tak jelas. Pihak kepolisian yang dihubungi TEMPO tak bersedia bicara. Hanya dari satu sumber diperoleh keterangan, konon para pejabat di Yogya yang sempat mengintip latihan grup tersebut was-was. Katanya, drama ini "penuh sindiran kepada pejabat". Pihak Laksusda awa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta pun menilainya bisa "mengganggu stabilitas yang sudah mantap di Yogyakarta". Fred Wibowo, Wakil Ketua Dewan Kesenian Yogyakarta, juga heran atas pelarangan itu. "Pementasan ini sebetulnya justru berpihak pada pemerintah, membantu Opstib memberantas korupsi," katanya. Juga Azwar A.N., pimpinan Teater Alam. SIJ, yang hendak dibawakan, adalah karya pengarang Rusia Nikolai Gogol ( 1809-1852) -- diterjemahkan Asrul ani sekitar 3 tahun lalu. Ini sebuah komedi. Menceritakan seorang inspektur jenderal yang berminat meninjau daerah. Maka para pejabat di daerah pun sibuk -- khawatir borok mereka diketahui. Disiapkanlah kemudian suap bagi Sang Irjen: uang, barang, sampai perempuan. Akhirnya diketahui: pejabat dari Pusat itu palsu. Yang asli baru muncul kemudian. Selesai. Tentu saja pelarangan di Yogya itu agak tak masuk akal. Kecuali kalau diingat bahwa Yogya memang relatif gampang melarang. Terhadap pementasan Azwar A.N. beberapa tahun lalu, atas naskah pengarang Spanyol Pirandello (yang oleh sementara pejabat dikira pengarang Indonesia bernama Pirandiko), misalnya. Juga pameran senirupa di Seni Sono. Di luar Yogya, pementasan SIJ lancar saja. Sebelum ada terjemahan Asrul, di tahun 50-an naskah ini pernah dimainkan sekelompok orang Belanda di Gedung Kesenian, Pasar Baru, Jakarta, dalam bahasa Belanda. Awal 1970 Teater Populer mementaskan pula selama empat hari di Taman Ismail Marzuki. Sukses, penonton selalu penuh. Yang dipakai adalah terjemahan Walter Situmeang. Pementasan ini diulang sebulan berikutnya di Hotel Indonesia, dengan pemegang peran Irjen Slamet Rahardjo. Salah satu grup remaja di Jakarta pernah pula memanggungkan terjemahan Asrul 1-2 tahun lalu. Bahkan sebuah film berjudul Tamu Agung (1955), karya Usmar Ismail almarhum, merupakan adaptasi SIJ. Dan film ini tidak dilarang. Tapi memang bisa dipaham bila naskah ini bisa bikin marah orang. Di Rusia sendiri, tahun 1840-an, di daerah Rostovon-Don, pernah terjadi insiden. Seorang inspektur jenderal betulan, yang menonton pementasan SIJ, rupanya panas telinganya. Di akhir pertunjukan ia meloncat ke panggung. Berteriak: "Akan kukirim kalian semua ke Siberia!" Juga gubernur kawasan itu--yang juga nonton. Dialah yang memerintahkan menindak grup teater yang main. Nikolai Gogol sendiri, yang juga pengarang raras Bulba, tak pernah mem-publikasikan naskahnya yang sebuah ini. Soalnya: ia merasa pasti karyanya tak akan lolos sensur. api, ajaib: temannya, seorang penulis drama pula, Vassili Zhukovski, menemukan naskah tersebut dan membawanya ke hadapan Tsar. Nah: Tsar ternyata berlapang dada. Ia begitu tertarik, lantas memerintahkan dipentaskan. Pementasan pertama itu berlangsung di Moskow, 1836. Tsar mungkin senang, karena naskah ini hakikatnya mengritik pejabat yang korup. Dan 'ABS'.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus