LARI atau tidak itulah persoalannya. Bukan menang atau kalah, bukan memecahkan rekor atau cuma mengekor. Maka ketika Nancy Tinnary meluncur mendahului Liz McColgan beberapa menit sebelum garis finis, itu bukanlah tujuan utamanya. Di lomba lari 10 km di Denpasar, Bali, Minggu pekan lalu, ia sebenarnya sudah siap untuk cuma berada di belakang Liz, pemegang rekor dunia 10 km. Bagi pelari yang akhirnya menjadi juara kelompok wanita dalam Bali Ten-K itu, hanya lari, lari, dan lari yang penting - bahkan lebih penting daripada profesinya sebagai ahli biologi. Juga John Ngugi, si hitam dari Kenya, tak ambil pusing apakah dia gagal memecahkan rekor dunia atau tidak. Ia cuma ingin berlari, berlari, dan herlari. Bila ia lalu menjadi juara pertama dan mengantungi US$ 30.000 -- tanpa memecahkan rekor dunia - itu hasil sampingan saja. Tapi, lalu apa yang mereka cari? Boleh dipastikan jawaban untuk pertanyaan itu tentu beragam, lebih beragam daripada peserta Bali Ten-K yang datang dari berbagai bangsa itu. Seorang pria 54 tahun, tak terkenal, datang dari Jakarta, menjawab dengan pasti: "Berlari, untuk menguasai diri." Dan ia tak peduli sampai di garis finis sebagai pelari ke-4.001 dari lomba berpeserta 4.600 orang itu. Memang. Seperti juga penonton, tentulah tak cuma ingin melihat siapa juaranya. Berdesak-desakan, mencium bau keringat penonton yang lain, nekat berdiri di pinggir jalan meski hujan rintik-rintik bukanlah untuk mencari "prestasi". Nonton atau tidak nonton, itulah soalnya. Bahkan Bob Hasan, Ketua Umum PB PASI, yang memotori lomba lari ini, tak terutama memperhitungkan untung-rugi. Ikut juga lari bersama beberapa tokoh eksekutif Sudomo, Susilo Sudarman antara lain--bagi Bob ada Bali Ten-K atau tidak, itulah tantangannya. Hidup tak selalu diperhitungkan dengan laba atau rugi. Dengarlah kata George Sheehan, dokter penulis buku On Running, yang memulai jogging di usia 45 tahun: ". . . ada ribuan pelari yang hanya ingin mendengarkan desir daun dan rintik hujan, dan lalu mendapatkan hidup begitu santai bagaikan terbangnya seekor burung." Burhan Piliang & Bambang Bujono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini