Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Antara perang dan harga kopi

Iran mengadakan pemilu untuk memilih anggota parlemen, dimana adu persaingan antara 2 kekuatan: penganut garis keras & kaum moderat. perang membuat iran ekonominya payah & rakyat konon sudah bosan perang.

16 April 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERANG melawan Irak belum lagi reda, tapi sebuah pertarungan baru direncanakan di Iran, Jumat pekan lalu. Itulah persaingan antara dua kekuatan di Iran: yang menganut garis keras dan yang moderat, yang dalam bahasa lazimnya disebut pemilu untuk memilih anggota parlemen. Hari itu diramalkan oleh para ahli pengamat Iran sebagai hari paling bersejarah kedua di Iran, setelah hari revolusi menumbangkan Shah Iran 9 tahun silam. Soalnya, dari pemilu itulah lembaga parlemen akan ditentukan: masih seperti sekarang sebagai lembaga yang membawahkan presiden, atau pihak eksekutif yang akan tampil ke depan. Kenyataan kini di Iran, pusat kekuasaan memang ada di parlemen, yang hanya tunduk kepada para mullah di seputar Ayatullah Khomeini. Keputusan parlemen hanya bisa diveto oleh Ayatullah. Bila pemilu pekan lalu jadi terlaksana (sampai Rabu pekan lalu kabarnya tempat-tempat pemilu belum ditentukan), dan golongan moderat memenangkan mayoritas suara, tak mustahil pusat kekuasaan akan berpindah ke tangan eksekutif. Kemungkinan ini memang terbuka, karena pelindung garis keras, Ayatullah Khomeini, kini 88 tahun, sudah mulai lemah dan tak sanggup lagi memenuhi semua tugas-tugas rutinnya. Maka, Hojatolislam Akbar Hashemi, yang sejak 1980 menjadi ketua parlemen, kerja teramat keras. Salah satu taktik yang telah ia terapkan yaitu isu perang Iran-Irak tak boleh disinggung sehubungan dengan pemilu. Itu memang taktik jitu. Sebab, salah satu basis golongan moderat adalah pemilih yang sudah bosan perang. Dan konon, orang Iran yang bosan perang tak sedikit jumlahnya. Perang telah makan korban jiwa tak terhitung, yang mengakibatkan beratnya hidup sehari-hari makin terasa. Contohnya, sebotol kopi instant kini di Teheran bisa berharga Rp 330.000,00, rokok Rp 1.600,00 per bungkus, dan ban mobil sampai Rp 1,6 juta sebuah. Maklum, agar tak kalah gertak dengan Irak, Iran harus mengeluarkan biaya perang Rp 25 milyar per hari. Dan banyak orang Iran menuduh, perang tak berhenti karena politik garis keras. Praginanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus