Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Mencari Keajaiban Cinta

Sebuah komedi romantik yang renyah dan enak ditonton. Cerita yang klise tapi dengan penggarapan yang cermat dan akting yang wajar.

24 Februari 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SERENDIPITY Sutradara : Peter Chelsom Skenario : John Cusack, Kate Beckinsale NEW YORK di musim dingin bukanlah saat yang tepat untuk jatuh cinta. Bukan hanya karena udara yang meremukkan tulang, tetapi juga karena Jonathan (John Cusack) sebentar lagi akan mengikat jari manisnya dengan cincin Halley Buchanan (Bridget Monahan). Namun, siang yang dingin itu mempertemukan Jonathan dengan seorang gadis Inggris bernama Sara Thomas (Kate Beckinsale), yang tengah berbelanja untuk hadiah Natal bagi tunangannya. Mudah ditebak, mereka jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan mudah pula di-duga, mereka sama-sama merasa terikat oleh pertunangannya dan hampir tak kuasa menahan "asmara" mendadak yang hanya terjadi beberapa jam, yang diisi dengan diskusi seru, bermain ice-skate, dan saling berbincang tentang rasi bintang Casiopea. Klise? Mungkin. Ini cerita komedi romantik dengan jalinan kisah yang memang mudah ditebak. Tetapi film ini menjadi istimewa tentu saja bukan hanya karena pemain utamanya adalah John Cusack, tetapi juga karena sisi humor—di antara romantisme "keajaiban" dan "takdir" adalah sesuatu yang segar dalam hidup—meski kisah ini klise dan sudah diketahui akhirnya. Perjalanan Jonathan, bersama sahabatnya Dean (Jeremy Piven), menyusuri kembali sang gadis jelita dari Inggris itu menjadi sebuah petualangan yang gila karena saat itu adalah hari-hari terakhir sebelum pernikahannya. Tentu saja perjalanan ini dibuat seolah-olah sebuah "investigasi" serius tapi kocak, dari pengendusan mencari apartemen tempat tinggal sang gadis melalui bon pembelian sarung tangan hingga ke toko-toko buku bekas untuk mencari novel Love in the Time of Cholera karya Gabriel Garcia Marquez milik Sara. Jonathan Cusack, yang sejak awal pemunculannya hingga Gross Pointe Blank, High Fidelity, The American Sweetheart, yang membuat penonton (wanita) dan kritikus film "histeris" karena penampilannya yang wajar itu, toh tetap mempertahankan penampilannya dalam film komedi yang sederhana ini. Kate Beckinsale, yang muncul dengan datar dalam film Pearl Harbor, kini justru terlihat sinarnya yang menjanjikan. Jika akhir film ini kemudian mengingatkan pada sebuah "penantian dan pencaharian cinta yang sesungguhnya" bak novel karya Marquez yang terus-menerus menjadi pegangan tokoh film ini, mohon dimaklumi: memang kita ingin berpihak pada cinta dan kejujuran. Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus