KALAU Dante hidup pada abad ke-20 dan tinggal di Jakarta, boleh jadi neraka yang ditulisnya dalam Inferno mengambil tempat sepanjang Sungai Ciliwung. Sebab, Ciliwung- mengalir 72 kilometer dari hulunya di Bogor- adalah bau. Ciliwung adalah comberan raksasa. Ciliwung adalah segala yang hitam dan mengapung dari kubur. Namun, Jakarta, yang pekan ini merayakan hari jadi yang ke-464, bukan Jakarta kalau tak ada yang mencari untung. Solichin, misalnya, setiap pagi berburu "harta karun" di kubang tinja dan limbah Ciliwung. Penjelajahannya dimulai di sekitar jembatan Pasar Ikan dan berakhir 5 kilometer kemudian di Pluit atau Tanah Abang. Tiba sore, perahu kayunya sarat berbagai macam barang: kaleng biskuit, besi, tas plastik, bahkan sepatu bekas. Dengan memulung, paling sedikit Rp 5.000 bisa didapatkan ayah dua anak ini setiap hari. Jelas, lebih menguntungkan daripada saat ia bekerja sebagai petugas kebersihan Pemda DKI dengan gaji Rp 60 ribu per bulan, atau mengurus sawahnya yang 1,5 hektare di Demak. Ujarnya sambil tertawa, "Sampah di sini 'ndak pernah habis."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini