Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Merangkap itu masih disukai

Sidang pleno kongres vii parfi sepakat tidak hanya pemain film yang menjadi anggota parfi tetapi juga profesi sutradara, produser, manajer maupun juru kamera. (fl)

3 Januari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RAHAYU Effendy bangkit dari kursi, beralan menghampiri papan tulis. Di situ tertulis kalimat: "Parfi adalah organisasi profesi yang anggotanya hanya terdiri dari pemain film . . " Dengan sebuah penghapus, artis film itu menghilangkan kata hanya dalam kalimat itu. Setelah melewati perdebatan melelahkan sekitar dua jam, Sidang Pleno Kongres VII Parfi, akhirnya sepakat meniadakan kata hanya itu dalam suatu pasal rancangan Peraturan Dasar dan Rumah Tangga Parfi 1980. Pemungutan suara yang dilakukan tengah malam 20 Desember itu menunjukkan sebagian besar anggota Parfi tetap menghendaki perangkapan profesi. Artinya seseorang yang punya profesi sutradara, produser, manajer maupun juru kamera film tetap diperbolehkan menjadi anggota Parfi. Dengan hasil itu, gagallah usaha kelompok generasi muda Parfi -- dimotori Mangara Siahaan dan Ucok Harahap -- yang menghendaki Parfi sebagai organisasi murni pemain film belaka. Perangkapan profesi ini oleh anggota Parfi, kata Mangara, menyebabkan pihak lain kurang memperoleh kesempatan berkarya. Ia menunjuk Sukarno M. Noor, pemain film, yang merangkap produser dan sutradara. Dengan membolehkan cara itu, katanya lagi, pemerataan bermain tak akan tercapai. Tapi Slamet Rahardjo, pemain dan sutradara, lebih senang mengajak kelompok muda ini berpikir realistis. Sebab justru pemain film yang punya kemampuan akting baik, demikian Slamet, bisa punya profesi rangkap dan menjadi pengurus Parfi. Karena jumlahnya sedikit, mereka merupakan kelompok elite dan brain trust Parfi. "Kesimpulannya ialah Parfi belum mungkin menjadi organisasi murni para pemain film," kata Slamet. Sesungguhnya sebagian besar anggota Parfi punya profesi rangkap. S. Bagio dan Diran, misalnya, selain pemain film juga pelawak. Pemain senior Kusno Sudjarwadi kini berusaha jadi sutradara. "Kalau sebagai aktor saja, saya masih punya handicap karena masih sering didikte sutradara," katanya. "Makanya saya tidak puas bila jadi pemain film belaka."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus