Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Les Porteurs d'eau | ||
Dipentaskan | : | Teater Talipot |
Tempat | : | Graha Bhakti Budaya, TIM |
Sutradara | : | Philip Pelen Baldini |
Pemain | : | Abdouel Karimou Dit Dada, Faffa Andriamilantonirinason, Thierry Moucazambio, Jean-Christophe Pathin |
Ini memang lakon tentang air dan dahaga. Kisahnya mengesankan sebagai suatu cerita rakyat (folklor), yang bersahaja, penuh perlambang dan perumpamaan. Teater Talipot dari Pulau Reunion, koloni Prancis di Samudra Hindia, di sekitar Afrika Timur, mementaskannya dengan bentuk dan pencapaian yang sangat mengesankan: imajinatif, kaya idiom, penuh disiplin, dan menyegarkan.
Pertunjukan dimainkan sepenuhnya oleh empat aktor yang semuanya berkepala plontos dan berkostum cawat. Keempatnya berperan dalam suatu lalu-lintas pemeranan yang menakjubkan. Mereka berganti peran setiap waktu: di adegan yang satu menjadi para monyet lucu, di adegan lain menjadi para perempuan gelisah, di adegan lain lagi menjadi para dukun penyihir, atau menjadi para "pendekar" desa, apa saja. Itu dilakukan hanya dengan perubahan laku dan pengucapan dialog, tanpa pergantian kostum atau rias.
Kualitas keaktoran menjadi salah satu daya tarik utama karena kemampuan mereka yang jempolan dalam mewujudkan pertunjukan tidak dengan berakting semata, tapi juga menari, melakukan mime, menyanyi, dan main musik, yang sungguhan--bukan seolah-olah menari, menyanyi, atau bermusik.
Adegan pembuka menjadi contoh: permainan mime tentang sekawanan kera yang muncul dengan sempurna melalui seni gerak para pemain yang memperlihatkan penguasaan seni tubuh yang luar biasa, bukan main luwes, penuh dinamika, dan kaya akan perbendaharaan gerak. Dengan pencapaian adegan awal yang demikian kuat, sutradara Philip Pelen Baldini punya fondasi yang kukuh untuk bangunan teater keseluruhan. Adegan demi adegan tampil dengan baik dan prima.
Satu contoh, dalam adegan perempuan-perempuan yang gelisah, situasi teater muncul dengan hidup melalui elemen dialog dan musik. Kita menangkap suasana kegelisahan yang mencekam tapi dengan cukup ruang bagi kejenakaan.
"Pembawa Air" memang suatu pertunjukan yang memberikan tempat bagi kejenakaan di tengah kegetiran menghadapi keganjilan takdir, keriangan di tengah perjuangan memperoleh hak, dan lukisan romantik di tengah pertarungan menantang maut. Keberhasilan utamanya terletak pada hampir sempurnanya perpaduan antar-elemendialog, seni peran, tari, musik, dan nyanyiyang menjadikan pendekatan folklor lakon ini optimal. Untuk itu, sutradara Philip Pelen Baldini memperoleh dukungan optimal dari koreografi garapan Savitry Nair, yang membuat pertunjukan begitu hidup, sementara musik karya Ricky Randimbiasorin berhasil memandu kita pada perjalanan mengasyikan.
Aspek yang cukup mengganggu dari pementasan ini terutama terletak pada sejumlah pengulangan idiom gerak dan idiom dramatik. Akibatnya, beberapa pencapaian yang sudah terasa sangat baik di adegan sebelumnya menjadi terencerkan karena idiom yang sama diulang di adegan belakangan.
Pencapaian situasi yang dibangun dengan dialog, tari, nyanyi, dan permainan kecapi bambu, misalnya, menjadi menurun tingkat ketajamannya karena diulang di adegan lain. Dinamika dan intensitas permainan tidak terjaga dengan sangat ketat pula, sehingga pada beberapa adegan permainan kehilangan iramanya.
"Pembawa Air" telah membawa Teater Talipot ke berbagai penghargaan internasional bergengsi sepanjang 1999. Dalam Kontakt International Festival di Polandia, 1999, karya ini dinobatkan sebagai karya terbaikserta tata musik dan tata suara terbaik. Dalam Edinburgh Festival Fringe, Inggris, 1999, Talipot memperoleh Fringe First, Herald Angel Prize, dan Best International Company. Spoleto Festival, Italia, juga menobatkan pertunjukan ini sebagai karya terbaik.
Di sini, selain di Jakarta, mereka akan tampil di Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Mereka datang untuk orang-orang yang dahaga pada karya seni dengan pencarian yang autentik.
Ging Ginanjar
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo