Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Nancy yang mimpi dalam nyata

Penyanyi as nancy wilson tampil di hotel mandarin, jakarta. penonton dibuat terpesona dengan penampilannya. ia punya kelebihan sendiri, dan tak pernah belajar musik. bahkan terhadap jenis suaranya ia ragu.

2 Januari 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NANCY bingung. Bagaimana bercinta? "Berapa lama aku harus menunggu?" Sedikit menyentak, Nancy bertanya dalam Forbidden Love, yang disuarakannya dengan pas. Dan dia bertanya, berapa lama lagi kekasihnya mau memberikan cintanya. Ia masih saja melagukan beberapa syair asmara atau bernada cemburu, tetapi semua itu tak cengeng. Begitukah gaya cinta Amerika, setidaknya dalam jazz Nancy Wilson? Jawaban mungkin tak penting, apalagi penonton yang memenuhi Grand Ballroom Hotel Mandarin Oriental, 22-26 Desember lalu, justru dibuatnya bergoyang kaki. Ketika malam dingin musim hujan, Nancy menghangatkannya. Diseretnya pendengar dalam kegembiraan lagu Song for You, Song is You, juga The Way it Goes karya Jose Sample dari The Crusaders. Ketiga musikus yang mendampinginya juga tak kalah. Llew Mathuews memberinya dasar irama pada pianonya yang mantap, klop dengan petikan bas John Williams. Sedangkan perkusi drum Roy Mc Curdy memberi hirupan warna, dan apik, hampir di setiap momen yang dilewati. Mengenakan gaun ungu gemerlap (dengan belahan sampai paha), Nancy berhasil menghimpun salut. Tidak saja dan penggemar Jazz, Juga dari peminat blues dan pop. Nancy memang mampu dalam berbagai jenis musik itu. Ia, katanya, song stylist yang memberinya ruang gerak sangat luas. "Saya ambil materi lagunya. Lalu saya menyanyikan semua jenis lagu itu," ujarnya pada TEMPO. Penggemar Cindy Lauper ("Saya lebih suka dia ketimbang Madonna") dan dikenal sebagai penyanyi serba bisa, ia juga sering disebut salah seorang yang terbaik dalam bidangnya. Kiat suksesnya terletak pada suaranya: tajam, renyah, bening, dan Jelas. Seperti sebuah oboe, kata orang. "Oboe" itu. malam itu. jelas telah memainkan mikrofon secara menggemaskan. Sering kepalanya bergeleng, atau bergoyang cepat. Sekali-sekali tangannya merentak. Menari. Frase kalimat-kalimatnya membuat greget. Diucapkannya, diulangnya, diputus-putus. Ia mempermainkan syair lagu. Rahang besar penyanyi hitam itu agaknya punya andil besar pada tarikan suaranya. Ia sentil, la cublt, la kuasai suasana itu dalam tema beberapa balada. Hangat. Dan sejumlah keplok bersusun. "Saya mengagumi dia sejak tahun enam puluh," ujar Jack Lesmana, yang nonton pertunjukan berkarcis Rp 80 ribu itu. Jack, pemain jazz di sini, ingin menarik manfaat dari improvisasi Nancy -- seperti juga Trie Utami atau Harvey atau Dian Piesesha. Mereka tampak terdiam, kagum. "Saya kira teknik menyanyi Nancy hebat. Dia tahu persis kapan mesti ambil napas, kapan memulai tarikan, dan sebagainya," kata Trie Utami, penyanyi jazz di grup Krakatau. "Nancy punya kelebihan sendiri," bisik Jack Lesmana lagi. Keleb-ihan itu datang dari suara suteranya atau dari pengalamannya. Tetapi sebenarnya Nancy tak pernah belajar musik. Bahkan terhadap jenis suaranya ia ragu. "Saya tidak menganalisa jenis suara. Saya tak berpikir dalam term-term musik. Saya berpikir dalam term kata-kata atau lirik," ujar perempuan yang sudah 35 tahun tarik suara itu. Lahir di Chillicothe, Ohio, Amerika, sekitar 48 tahun lalu, Nancy sudah ingin nyanyi ketika usianya 4 tahun. Sadar pada minat putrinya, lalu ayahnya memperkenalkan Nancy pada pelbagai ritme dan irama blues dari Ruth Brown, La Verne Baker, dan Nat King Cole. Menginjak 15 tahun, Nancy sudah jadi penyanyi profesional. Pada 1956, si hitam manis ini meninggalkan bangku sekolah Central State College di Columbus, Ohio. Ia lalu bergabung dengan Rusty Bryant Band, yang banyak berjasa dalam kariernya. Akan halnya kemampuan dirinya, menurut Nancy, semua diperolehnya hamplr tanpa jerih payah - sehingga sulit baginya memastikan saat kapan sebetulnya ia memutuskan pilihan jadi penyanyi. "Saya tak pernah memutuskan untuk jadi penyanyi. Tahu-tahu saya sudah menyanyi. Langsung, begitu saja. Tidak saya teliti, saya juga tidak belajar soal itu," ujarnya. Semuanya, menurut Nancy, melulu anugerah Tuhan. "It's a gift," tuturnya, "seperti napas saya." Waktu ikut tur Bryant ke New York, Nancy berkenalan dengan Julian "Cannonball" Adderley, yang ja~i mitranya untuk waktu bertahun-tahun. Pada 1963, debut Nancy melejit di seluruh Amerika, lewat solonya Guess- Who I Sa~w Today, disusul dengan hit besar Tell Me the Tr~uth yang menyebabkan ia dijuluki penyanyi terbaik oleh majalah Play Boy dan Dow~nbeat. Orang lantas ramai menyimaknya. Pada 1976, Nancy lagi-lagi mendapat penghargaan, termasuk "Ebony Mike" dari Lembaga Pecinta Jazz, dan "Emmy" untuk program lagu pop televisi yang dibuatnya setahun sebelwn itu. Kritikus jazz di Los Angeles, Herald Examiner, memujinya sebagai, "Penyanyi berteknik tinggi, dengan bakat dan inteligensia hebat." Majalah Time menyebut dia penyanyi yang punya suara sejuk sekaligus manis, dan pawang. Sementara itu, Washington Post mengakui Nancy memiliki intonasi sempurna dan kekuatan di balik kemampuan berkomunikasi yang pas. Belakangan Nancy memperoleh Grammy Award, penghargaan tertinggi dunia musik AS, untuk lagunya, How Glad I am. Nancy rupanya tak cuma menyanyi. Ia juga artis film, misalnya dalam serial Haq~aii Five 0, Police Story, dan FBI. Kendati demikian, Nancy tetap seorang ibu yang baik. Dari Wiley Burton, Nancy memperoleh seorang putra dan dua putri. "Bagi saya, keluarga lebih penting etimbang karier," ujarnya. Dan malam itu ia mempersembahkan sebuah lagu untuk mereka, Folks Who Live on the Hill. Keluarga Protestan yang taat ini mendirikan sebuah lembaga sosial, The Nancy Wilson Foundation, yang bekerja untuk membantu pengenalan lingkungan pada anak-anak. Untuk itu, sebuah bumi perkemahan "Lembaga Nancy" dibangun sudah, dengan dana sekitar sejuta dolar, di areal seluas 16 hektar. Nah, sekarang penyanyi kaya raya itu meraih mike. Dalam irama cepat dan manis ia mengalunkan lagu Broadway If Dreams Come True, "Jika mimpi jadi nyata, aku akan di sini. Bersamamu ...." S~yafiq Basri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus