Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Nyoman Nuarta Walk Out dari Pementasan yang Ledek Pemimpin Bangsa

Kekecewaan terhadap isi pementasan memicu Nyoman Nuarta dan beberapa penonton lainnya meninggalkan pertunjukan sebelum selesai

25 Maret 2019 | 18.59 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Para pemain Teater Sendiri yang mementaskan lakon Calon Arang di NuArt Sculpture Park Bandung, Sabtu, 23 Maret 2019. (Dok.Teater Sendiri)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Seniman Nyoman Nuarta melakukan walk out sebagai aksi protes terhadap pertunjukan teater berjudul Calon Arang. Pementasan oleh Teater Sendiri itu berlangsung di NuArt Sculpture Park milik Nyoman Nuarta di Setra Sari Bandung. “Para pemain melontarkan kelakar yang secara tendensius mencemooh beberapa pemimpin bangsa,” ujarnya lewat keterangan tertulis, Senin, 25 Maret 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pementasan Calon Arang dihelat Sabtu malam, 23 Maret 2019 mulai pukul 20.00 WIB. Menurut Nuarta, kalimat-kalimat di dalam pementasan ini secara vulgar menunjukkan kecenderungan terhadap ujaran kebencian, merendahkan beberapa pemimpin bangsa, dan tidak memberikan inspirasi yang bernilai positif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Padahal sebuah kampanye damai menurut dia seharusnya menyampaikan nilai-nilai positif, edukatif. “Dan jika pun disampaikan dalam
bentuk komedi, tidak berupa olok-olok yang mendiskreditkan pihak tertentu,” kata pematung kondang itu.

Kekecewaan terhadap isi pementasan itu yang kemudian memicunya dan beberapa penonton lainnya meninggalkan pertunjukan sebelum selesai. Nuarta juga menilai karya teater itu tidak melakukan riset yang mendalam mengenai tradisi Bali sekalipun cerita yang dibawakannya sangat kental dengan budaya ini. Beberapa simbol spiritual yang ditampilkan menunjukkan ketidakpahaman kelompok teater tersebut mengenai kebudayaan Bali.

Pemain utama sekaligus pimpinan produksi Teater Sendiri, Maria Anneke mengatakan mereka bermain satir. Para pemain tidak pernah menyebut nama calon presiden atau tokoh politik manapun dalam pementasan ini. Pun tidak menyebut negara mana yang menjadi latar tempat atau setting cerita dari pementasan.”Jadi kalau dikatakan menyinggung mungkin itu adalah sepenuhnya persepsi penonton yang berbeda beda bagi setiap orang,” katanya kepada Tempo, Senin, 25 Maret 2019.

Sebelum di Bandung, lakon serupa mereka mainkan di Taman Ismail Marzuki Jakarta pada 10-11 Januari lalu. Kesuksesan dan respon baik pementasan membawa mereka hadir di Bandung.Drama Calon Arang yang disutradarai A. Nawir Hamzah ini memilih sejumlah presenter berita dan jurnalis dari berbagai televisi untuk terlibat sebagai pemerannya.

Para pemeran diantaranya Maria Anneke, Senandung Nacita, Nikky Sirait, Yasir Nene Ama, Djati Darma, Gibran Muhammad dan Stefani Ginting. Teater Calon Arang diangkat dari cerita rakyat yang berkembang di Bali. Kisahnya menghubungkan sejarah antara Bali dan Daha (Kediri).

Teater Sendiri mengumpulkan berbagai bahan dari catatan sastra Bali juga peninggalan cerita lisan. Kisah tentang angkara murka dari seorang Calon Arang ,dukun yang penuh amarah dan dendam ,melampiaskan nafsunya sehingga banyak menelan korban rakyat jelata. Amarah dan dendam ini bangkit setelah menyadari bahwa anaknya, Ratna Manggalih, tidak juga menemukan jodoh walaupun usianya sudah cukup dewasa.

Sutradara A. Nawir Hamzah mengatakan pesan yang ingin disampaikan dalam pementasan ini adalah kejahatan-kejahatan yang akan hadir kembali di masa datang dalam bentuk dan rupa berbeda. Begitu pula dengan kebaikan yang juga akan selalu hadir untuk melawan kejahatan.

Selain cerita daerah, dalam setiap adegan teater ini juga terselip percakapan satir yang menggambarkan bagaimana situasi politik saat ini. Harapannya ada pesan politik damai yang bisa diterima oleh penonton.

ANWAR SISWADI

Aisha Shaidra

Aisha Shaidra

Bergabung di Tempo sejak April 2013. Menulis gaya hidup dan tokoh untuk Koran Tempo dan Tempo.co. Kini, meliput isu ekonomi dan bisnis di majalah Tempo. Bagian dari tim penulis liputan “Jalan Pedang Dai Kampung” yang meraih penghargaan Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Lulusan Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus