Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Indonesia, kita punya Kassian Chepas, yang memotret masa lalu negeri ini dalam foto-foto dokumenter. Di Paris, mereka punya Eugene Atget, yang dianggap sebagai salah seorang pionir dalam menangkap masa lalu Paris. Dari kameranyalah masa lalu kota cahaya dibekukan dalam gambar-gambar yang sepi.
Sejak 25 April hingga 29 Juli nanti, karya-karya Atget, yang dikurasi oleh FranÂcoise Reynaud, dipamerkan di Musee Carnavalet Histoire de Paris (Museum Sejarah Paris). Museum ini terletak di distrik bersejarah Marais, tempat sejumlah foto Atget diambil. Reynaud memilih 230 foto Atget bertarikh 1898-1927 yang dianggap bisa menjelaskan Paris secara utuh.
Pada saat pameran, sejumlah pengunjung mencoba memperkirakan letak obyek-obyek yang difoto oleh Atget itu dalam Paris masa kini. Untuk membantunya, panitia meletakkan peta di samping setiap foto dan menandai lokasi foto itu dibuat. Sebagian besar tempat itu masih ada, tapi keadaannya sudah tak sama lagi. Demikian juga lingkungan sekitarnya yang berubah secara drastis dalam waktu hampir seabad.
Pameran Atget tentang Paris ini akan berkeliling dunia dalam beberapa bulan mendatang: mulai Madrid, Rotterdam, hingga Sydney di Australia. Jadi, bisa dikatakan ini adalah tahun Atget, yang pada Agustus nanti genap 85 tahun meninggal.
Atget memang baru menarik perhatian setelah dia meninggal. Foto-fotonya tentang arsitektur dan pemandangan Paris menginspirasi banyak juru foto, termasuk para seniman surealis. Di antara juru foto yang terinspirasi olehnya adalah Man Ray dan Berenice Abbott dari Amerika Serikat. Potret Atget yang difoto oleh Abbott ikut dipamerkan dalam pameran kali ini. Juga sejumlah karya Atget yang pernah dikoleksi Man Ray.
Lahir di Libourne, Prancis, pada 1857, Eugene Atget datang dari latar belakang yang sangat sederhana dan menjadi yatim piatu pada usia dini. Dia mencoba beberapa profesi, mulai aktor, editor, hingga seniman grafis, sebelum belajar sendiri fotografi pada 1880-an. Awalnya ia banyak memotret pedagang di jalan-jalan Paris, tapi kemudian lebih berfokus mendokumentasikan arsitektur. Sejak memiliki kamera sendiri pada 1890 hingga meninggal, Atget telah menghasilkan 10 ribu foto. Itu jumlah yang fantastis, bahkan jika dibandingkan dengan karya juru foto di era digital.
Namun baru menjelang kematiannyalah Atget benar-benar dianggap sebagai seniman oleh komunitas seni Prancis. Dan itu merupakan jasa Man Ray (1890-1976) dan Berenice Abbott (1898-1991), yang memperkenalkan karya-karyanya kepada para seniman surealis avant-garde di Paris. Mereka kemudian menyadari bahwa pendekatan fotografi dan tema-tema yang diambil Atget tidak biasa. Bahkan cenderung puitis. Itulah mengapa Atget kemudian dijuluki bapak fotografi modern.
Pameran itu sendiri dibagi menjadi tujuh ruang di sepanjang lantai dasar museum. Di ruang pertama dipamerkan foto-foto Atget tentang pedagang jalanan atau asongan. Ia mengabadikan mereka karena sadar sebentar lagi para pedagang asongan ini akan hilang dari Paris, yang semakin modern. Setelah 1902, dia sendiri yang menghilangkan kehadiran manusia—termasuk pedagang asongan—dari karya-karyanya. Ada pengecualian, memang, tapi itu sedikit sekali.
Di bagian kedua dipamerkan pemandangan Sungai Seine yang membelah Paris, juga taman-taman di kota itu, lengkap dengan patung-patung di dalamnya. Di ruangan ini juga dipamerkan negatif Atget. Berbeda dengan film masa kini, negatif yang dipakai Atget terbuat dari beling dan perak (gelatino-bromide). Salah satu negatif itu disimpan di Fort Saint Cyr (Prancis) dan Museum of Modern Art (New York).
Di ruang ketiga, kita bisa menyaksikan foto-foto jalanan Paris yang sepi. Ini karena Atget lebih berkonsentrasi pada benda arsitektural, seperti rumah mewah, jalanan sempit, fasad rumah, dan detail-detail lain yang diambil dengan kamera 18 x 24 (eksposisi panjang).
Kita bisa melihat karya Atget yang dikoleksi Man Ray dan Abbott pada bagian keempat. Ray membeli sendiri foto-foto tersebut dari Atget pada 1920-an. Koleksi Abbott lebih banyak, karena dia membeli 1.787 negatif dan ribuan foto tercetak. Ia kemudian menjualnya pada 1968 kepada Museum of Modern Art.
Di bagian selanjutnya dipamerkan karya interior Atget yang dimiliki oleh orang lain, seperti aktris Cecile Sorel. Ada juga karya-karya yang dibuat Atget untuk menandingi karya seniornya, Emmanuel Pottier.
Meski pameran ini lebih banyak mengeksplorasi Paris, lensa Atget tidak hanya memotret ibu kota Prancis. Ia juga memotÂret pemandangan pedesaan Ile-de-France dan motif-motif dekoratif secara close-up. Karya-karya ini bisa dijumpai di bagian akhir pameran, termasuk potret Atget yang difoto oleh Abbott.
Foto-foto yang dipamerkan itu dikumpulkan dari banyak negara, mulai Inggris sampai Amerika Serikat. Sebagian dipinjam atau dicetak dari negatif gelasnya. Tapi, jika ada yang tertarik, mereka harus mengeluarkan lebih dari setengah juta dolar Amerika. Di balai lelang Christie, karya Atget berjudul Organ Player terjual dengan harga US$ 685.500 (sekitar Rp 6 miliar).
Kunang Helmi, pengamat seni tinggal di Paris
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo