Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Pohon, Burung, Gajah Dan Poster

Bertempat di TIM Jakarta berlangsung pameran poster hasil sayembara poster tentang lingkungan hidup. diselenggarakan majalah gadis dan wahana lingkungan hidup indonesia (walhi).

5 Desember 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KITA cemas, lingkungan hidup akan rusak, dan kita ingin berseru. Lalu kita pun bikin poster. Dan tanpa humor. Itulah kesan hasil dari sayembara poster tentang lingkungan hidup yang diselengarakan majalah Gadis dan Walhi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) beberapa waktu lalu. Sekitar 80 poster bisa diseleksi dari 400-an buah yang diikutkan pada sayembara itu. Tanggal 25-30 November, mereka dipamerkan di Galeri Baru Taman Ismail Marzuki. Poster memang bukan lukisan. Tuntutan pertama pada jenis karya senirupa ini tentulah: bisa atau tidak menggugah suatu tindakan. Agaknya karena hal itu poster lantas tak begitu diamati bagaikan lukisan. Tak bisa dikritik secara ketat berdasar artistik garis, bentuk, warna dan komposisi. Jenis karya ini lebih mempunyai kebebasan dalam membentuk, tanpa banyak mengundang heboh. Tapi, sayang sekali, satu cetusan bentuk yang mengundang perhatian ternyata tak bisa dilihat dalam pangeran ini. Para peserta sayembara rupanya begitu terikat pada yang konvensional. Pengambilan sudut pandang boleh dikata kurang kreatif. Nyaris semua kalimat pada poster itu menyatakan keluhan. Misalnya, Kehidupan selalu dalam ketakutan. Atau Bebaskan kami dari polusi. Yang lain, Inikah bumi titipan yang kaui terima kembali? Pun gambarnya sendiri kebanyakan kurang membuat kejutan. Kemampuan berkomunikasi yang kita minta dari poster, tentulah tak berarti menutup lahirnya bentuk kreatif yang menyebal dari konvensi. Gawatnya kerusakan lingkungan, dalam gambar datang berduyun-duyun secara klise tanah gundul, hewan-hewan berkumpul, minta dilindungi. Tak Menggertak Ada yang mencoba lain, memang. Ialah: gambar raksasa bertaring panjang berkepala gundul. Kalimat pada poster berlatar belakang warna merah ini berbunyi: "Awas! Setan tanah gundul ancam . . . jiwa!" Dibanding yang lain poster ini punya daya gertak. Dengan catatan: pesan yang dicorengkan di dalamnya kurang jelas, andai poster ini tak dipajang dalam pameran poster tentang lingkungan. Bisa dikira cuma poster iklan film horor. Ada yang sedikit mengundang senyum. Ada gambar tunggul-tunggul, dan seekor bekicot lewat. Ia menengokkan kepalanya ke arah tunggul-tunggul itu seperti terkejut. Dan poster ini, tanpa sepatah kata, justru memberi kebebasan interpretasi. Pantas memang hanya dari Yogya ini menjadi pemenang II (pemenang I tak ada) sayembara Walhi. Adapun majalah Gadis rupanya lebih memilih pemenang yang necis yang juara pertama, datang dari Yogya juga, punya gambar yang cukup sederhana: tangan memegang ranting yang rimbun, dan tiga burung terbang melayang. Kalimat pada poster: "Lestariku ada di tanganmu." Dengan latar belakang hijau tua sementara daun-daun pun hijau pula, poster ini memang tak menggertak. Tapi lebih membujuk. Dan enak dipandang. Pemenang kedua, dari Bandung menggambarkan sebatang pohon yang dikerubuti pabrik-pabrik. Dibanding pemenang pertamanya, ini lebih berbicara langsung. Bagi kebanyakan orang tentulah yang kedua ini yang lebih cepat bisa ditangkap. Tapi semaraknya pameran ini rupanya datang dari Si Jon, ilustrator Gadis yang menampilkan sejumlah karikatur. Tak terbatas pada protes atau keluhan, karikaturis yang mungkin terbaik di Indonesia ini membuat antisipasi: andaikata lingkungan hidup memang sudah telanjur musnah. Maka para pemburu begitu kecewa, meskipun berhasil menembak sejumlah binatang buruan. Ia, pemburu itu, termenung memandangi hasil buruannya yang ternyata hanya binatang tiruan yang digerakkan secara mekanis. Atau, perburuan hanya menjadi masa silam. Maka dua orang pemburu berpose untuk dipotret di samping seekor gajah yang tergeletak dengan kepala bercucuran darah. Selesai pemotretan sang pemburu pergi, gajah pun bangkit dan menghitung honorarium. Luka-luka itu hanya bohong-bohongan. Rupanya, dari pameran poster ini, pesan yang disampaikan dengan humor lelih gampang mengundang rasa simpati dan lebih lama berkesan. Betapapun gawatnya soal lingkungan hidup, poster yang hanya menampilkan ketakutan mungkin bisa meletihkan. Bambang Bujono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus