Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Setelah hampir satu dekade vakum, Aming kembali memunculkan Psycho Diva.Â
Aming kini lebih berfokus pada dunia seni ketimbang hiburan.Â
Gender dan kesetaraan menjadi isu kuat yang diangkat dalam proyek Psycho Diva Aming.
DOR. Bunyi mirip letusan balon itu membahana di satu sudut ruangan di lantai 5 Menara Astra, Jakarta Pusat, pada Jumat, 28 Oktober 2023. Bunyi keras itu berasal dari membran kertas sebesar pintu yang dipecahkan oleh Aming, pria yang dikenal sebagai aktor, komedian, dan kini seniman itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ya, tubuh Aming yang kurus dan lincah menerobos membran tersebut hingga pecah. Itu merupakan cara unik Aming masuk ke panggung seni pertunjukan bertajuk "Psycho Diva". Pertunjukan seni itu merupakan satu bagian dari pergelaran CreART 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Aming memasuki panggung memakai setelan jaket dan celana panjang berkelir hitam dengan hiasan polkadot merah muda. Diiringi musik hiphop yang keras, pria bernama asli Supriatna Sugandhi itu lantas berjongkok di tengah panggung berukuran sekitar 5 x 4 meter tersebut.
Uniknya, panggung kecil itu juga dihiasi kelir yang sama dengan kostum Aming, yakni hitam dengan bulatan-bulatan merah muda. Terdapat pula meja dan kursi serta sebuah maneken dengan warna serupa.
Komedian Supriatna Sugandhi alias Aming bersama tim menggelar pertunjukan di instalasinya yang berjudul "Psycho Diva", di Menara Astra, Tanah Abang, Jakarta, 27 Oktober 2023. TEMPO/Febri Angga Palguna
Bukan Aming namanya jika tak bisa memberikan kejutan. Di atas panggung, terdapat empat sosok patung yang diam dengan berbagai gaya sejak para tamu mulai berdatangan. Namun, saat Aming sudah tampil, keempat patung itu bergerak. Rupanya mereka merupakan pemain dalam seni pertunjukan karya Aming itu.
Bersama Aming, keempat orang itu menari dengan energik dan sesekali centil menggoda penonton. Beberapa dari mereka adalah pria yang berdandan seperti perempuan. Gerakan tari pun sesekali dibuat jenaka. Kejutan demi kejutan muncul dalam pertunjukan "Psycho Diva". Sejumlah orang yang duduk di kursi tamu ikut menari. Rupanya mereka bagian dari pertunjukan.
Tak hanya menari, para pemain juga diberi kesempatan berbicara. Lagi-lagi dialog yang dibawakan berisi banyolan tentang kehidupan wadam. Setelah beberapa saat berbincang, Aming cs melanjutkan aksi koreografi. Mereka memakai rok panjang dan topi panjang seperti koki masak. Mereka berputar mirip tarian sufi.
Selepas itu, Aming berdialog. Ia berbicara tentang hal-hal yang selama ini kerap memojokkan dirinya sebagai bagian dari wandu karena sering tampil mengenakan busana perempuan. Menurut Aming, apa yang ia lakukan selama ini merupakan bentuk ekspresi seninya. "Itu adalah bentuk ritual, mengapa dianggap serius?" kata dia.
Tak lama, enam penyusup masuk bergantian ke panggung. Lagi-lagi mereka berpura-pura menjadi penonton yang duduk di barisan bangku tamu. Uniknya, mereka yang semula memakai pakaian biasa lantas berubah mengenakan kostum pahlawan super, seperti Spider-Man, Wonder Woman, Black Widow, Superman, Batman, dan Hulk.
Mereka lalu naik ke panggung dengan menceritakan masalah masing-masing. Si Wonder Woman, misalnya, mengeluhkan posisinya sebagai istri yang terjebak dalam kehidupan patriarki. Ia lelah hanya berada di rumah. Ia menuntut kebebasan untuk berkarya. Ia yakin perempuan bisa setara dengan laki-laki. "All laki-laki takut maskulinitasnya aku saingi," kata dia, yang disambut riuh tepuk tangan penonton.
Selanjutnya seorang pria yang berdandan seperti waria tiba-tiba menangis. Di panggung, ia bercerita tentang kehidupan kaum waria yang terpinggirkan. Padahal ia ingin kelompok wadam bisa diterima di masyarakat dan punya kesempatan yang sama dengan warga lain dalam hal apa pun, termasuk berkarya. "Tapi justru kami sering diinjak-injak, didiskriminasi, bahkan sering dipersekusi," kata dia sebelum berubah menjadi tokoh Black Widow.
Seusai pertunjukan berdurasi 30 menit itu, Aming bercerita tentang "Psycho Diva". Menurut dia, "Psycho Diva" adalah sebuah proyek seni audiovisual yang menyinggung berbagai masalah, terutama kebebasan dan kesetaraan.
Aming mengatakan proyek "Psycho Diva" mulanya ia ciptakan pada 2008-2009. Namun proyek tersebut sempat hiatus selama sembilan tahun terakhir. Alasannya, waktu itu dia banyak menggarap proyek entertainment. "Lebih baik bikin karya yang bagus sekali atau jangan sekalian," kata Aming, 43 tahun.
Pertunjukan berjudul "Psycho Diva" by Aming di Menara Astra, Tanah Abang, Jakarta, 27 Oktober 2023. TEMPO/Febri Angga Palguna
Kini Aming mengaku lebih berfokus di dunia seni ketimbang hiburan. Alasannya, seni lebih luwes dalam menampilkan gaya dan cara berekspresinya. Lagi pula, dengan seni, ia bisa lebih vokal memperjuangkan berbagai isu, termasuk kesetaraan gender hingga kelompok orang yang terpinggirkan.
Alasan lainnya, ia mengaku sudah sering patah hati di dunia hiburan. Sebab, dia melanjutkan, kini terlalu banyak aturan yang mengikat industri hiburan yang membatasi dirinya berkreasi. Selain itu, Aming kesal lantaran ekspresi seninya di dunia hiburan cenderung disalahartikan.
Aming juga punya mimpi mendobrak anggapan bahwa seni itu eksklusif dengan batasan tertentu. Padahal, menurut dia, seni bisa bergerak dalam bentuk apa pun. "Saya bisa berikan alternatif seni yang lebih menyenangkan, tapi tetap memberikan pesan mendalam," kata dia.
Aming menegaskan bahwa proyek "Psycho Diva" masih akan berlanjut. Ia menjanjikan pertunjukan yang lebih megah dan berbobot. Karena sudah mengambil keputusan untuk berfokus mendalami seni, ia optimistis bisa menghasilkan karya-karya berkualitas. "Lihat saja nanti seperti apa tahun depan," kata pria lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung itu.
Sebelumnya, Aming bersama Andry Boy Kurniawan menggelar pameran seni di Zen1 Gallery, Jakarta Pusat. Pameran dengan tajuk "TRANS" itu digelar pada 18 September hingga 9 Oktober lalu.
INDRA WIJAYA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo