Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Rastafaria, Kisah Pembebasan

Pada hari kelahirannya, 6 Februari 1945, DVD tentang Bob Marley berjudul Spiritual Journey layak ditonton.

13 Februari 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada upacara kematiannya, reggae menjadi doa. Ketika peti mati kayu itu diturunkan di Bandara Kingston, Jamaika, Mei 1981, ribuan anak muda telah menunggu. Perdana Menteri Jamaika bahkan hadir pada misa arwah. Sebagai salam terakhir, seluruh kerabat, anak, dan istrinya memainkan musik reggae dan berdansa. Itulah detikdetik pemakaman Bob Marley yang dapat kita lihat dalam film Spiritual Journey karya Ray Santilli.

Dokumentasi ini melacak ulang perjalanan musikal dan ”keimanan” Marley dengan melakukan serangkaian wawancara sutradara dengan temanteman masa kecil Marley, ibu, anakanaknya, para musisi reggae, dan bekas Perdana Menteri Jamaika.

”Marley hanya memikirkan musik,” kata sang ibu, Cedella Booker. Kelompok reggae pertama Marley adalah Rude Boys, lalu The Wailers. Secara musikal, Marley bertolak dari musik tradisional Jamaika: ska. Bedanya, Marley memperlambat tempo ska. Lagulagu Marley kemudian menguasai radio Jamaika. Namun, musik ini baru meniti panggung internasional ketika Chriss Blackwell dari Island Record merekamnya. Dari sinilah Marley menonjok London, Inggris.

Orang tua Marley penganut Katolik. Namun, Marley memeluk kepercayaan unik yang disebut Rastafari. Ini sikap religi yang memistifikasi Haile Sellassie, pemimpin karismatik Ethiopia yang akhirnya dikudeta oleh militer dan wafat pada tahun 1975. Sellassie naik takhta pada tahun 1930. Ia menjadi penengah berbagai perang saudara yang melanda Afrika. Ia membantu perdamaian Nigeria. Pidatonya di PBB tentang kolonialisme Eropa di Afrika sangat terkenal.

Tahun 1920an, Marcus Garvey, aktivis politik gerakan Black Christian, meramalkan akan muncul seorang mesiah dari Afrika. Garvey, kelahiran St Anne Bay, Jamaika, adalah pendiri Universal Negro Improvement Association, sebuah organisasi yang menyerukan kebangkitan Afrika. Ia memandang Afrika sebagai tanah yang teraniaya dan melihat Yesus akan bangkit dari kalangan hitam. Yesus adalah black man of sorrows dan Maria adalah black Madonna. Berpegang secara literal pada Mazmur 68 : 32, Ethiopia bersegera mengulurkan tangannya kepada Allah, ia percaya mesiah akan muncul dari Ethiopia.

Marley percaya Sellassie adalah mesiah yang dinubuatkan Garvey. Saat Sellassie mengunjungi Jamaika, April 1966, Marley makin yakin bahwa Sellassie penjelmaan Kristus. Lagulagu Marley sesungguhnya banyak dirembesi sikap ini. Lagu terkenalnya, Exodus, misalnya, merefleksikan Mazmur 137 yang berbicara tentang tanah yang dijanjikan: Zion, Yerusalem. Bagi Marley, Yerusalem sekarang adalah Ethiopia. Dan Babilonia kini adalah metafor kolonialis. ”And Babylon kingdom must fall… for all the European propaganda…”

Sellassie sesungguhnya tak menginginkan dirinya dikultuskan. Ia mengirim Bishop Abuna Yasehaq ke Jamaika untuk mendirikan gereja dan mewartakan bahwa Yesus yang harus tetap diimani, bukan dirinya. Bob Marley dekat dengan Yasehaq, meski ia menolak masuk gereja.

Dan lagulagu Marley tetap membawa kabar Ethiopia sebagai tanah harapan. Simbol cinta Tuhan kepada mereka yang teraniaya. Amsal penebusan, penyelamatan dunia ketiga. Simak Redemption Song yang terkenal itu: ”..Emancipate yourselves from mental slavery. How long shall they kill our prophet, while we stand aside and look?” Atau lagu Jammin: We’re jammin, no bullet can stop us now, Yeh! Holy Mount Zion, Jah sit in Mount Zion. And rules all creation….”

Peristiwa bersejarah adalah ketika Marley berhasil mendamaikan konflik yang terjadi di Jamaika antara Perdana Menteri Michael Manley dan oposisi Edwar Seaga.

Anak muda Jamaika memandang Marley seorang ”utusan” yang bisa menengahi mereka. Film ini memperlihatkan cuplikan penting Marley di antara kedua tokoh politik itu.

Salah satu bagian film yang paling menarik adalah saat Marley memperlihatkan sikap terhadap mariyuana. Marley memproklamasikan mengisap ganja adalah sakramen bagi kaum Rastafaria. Film ini memperlihatkan cuplikan wawancara seorang wartawati televisi London yang mencecar Marley.

”Anda bertanggung jawab atas penyelundupan mariyuana dari Jamaika ke Amerika.”

Marley hanya mengangkat bahunya, menyunggingkan senyum. Terlihat susah menjawab. ”Bukan persoalan Tuhan melarang,” katanya. Film ini lalu memperlihatkan bagaimana di Jamaika terdapat tradisi turun temurun—masyarakat berkumpul, berbagi ganja bersama dari pipa panjang, mengembuskan asap tebal.

Marley mati pada usia 35 karena kanker. Menurut wartawan The Rolling Stone, Tony Calder, saat itu Marley menolak operasi. ”Ia tahu akan kematiannya. Jari kaki Marley seharusnya diamputasi, tapi Marley menolak. Menurut pandangan Rastafari, bila seseorang mati, tubuhnya harus lengkap, agar utuh dalam kebangkitan nanti. Di New York, seminggu sebelum wafatnya, Marley toh bersedia dibaptis dalam agama Katolik Ethiopia Ortodoks.

Di pemakamannya, Rita Marley dan anakanaknya berjoget di panggung. Para biarawan Katolik Ethiopia Ortodoks berjajar takzim. Injil dan gitar kesayangannya ikut dikuburkan. Setelah kematiannya, Marley semakin menjadi legenda dan komunitas Rastafari tumbuh di manamana. Bahkan di kotakota yang tak terbayangkan olehnya. Misalnya di Purwokerto, Yogya, dan kotakota lainnya, meski itu semua dinikmati tanpa ”keimanan” terhadap Sellassie.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus