Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Rehal-putu setia

Pengarang: j. panglaykim yogyakarta: andi offset, 1984. (bk)

9 Maret 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BISNIS KELUARGA, PERKEMBANGAN DAN DAMPAKNYA Oleh: J. Panglaykim Penerbit: Andi Offset, Yogyakarta, 1984, 112 halaman RODA ekonomi di berbagal negara banyak digerakkan oleh bisnis yang didirikan kelompok keluarga. Bahkan di Amerika Serikat, menurut sebuah penelitian, 90% perusahaan yang tergolong kuat merupakan perusahaan keluarga. Buku ini - yang ditulis oleh J. Panglaykim, guru besar ekonomi yang juga terjun di bisnis, antara lain sebagai presiden direktur PT Sejahtera Bank Umum - banyak menyoroti usaha keluarga di Indonesia, yang disebutnya "dapat digolongkan sebagal aset naslonal". Bisnis keluarga di Indonesia, dalam beberapa hal, banyak persamaannya dengan bisnis keluarga di negara lain. Usaha itu berawal dari munculnya seorang tokoh bisnis di tengah keluarga, yang sebagian besar adalah flgur ayah. Sang ayah pada mulanya bekerja secara profesional di luar kelompok keluarga itu, scmentara anak-anak mereka disekolahkan di berbagai lembaga pendidikan, bahkan ke luar negri. Sang anak inilah nantinya, setelah memperoleh ilmu dan kererampilan memadai, mengganti kedudukan sang ayah. Pengalihan generasi baru seret jika pewaris tidak siap mengambil alih usaha ayahnya. Buku ini memberikan contoh-contoh menarik, bagaimana usaha keluarga itu tetap kelihatan utuh dalam suatu kelompok, walau masuk "orang luar". Di Jepang, perusahaan raksasa milik keluarga, seperti Mitsui dan Mitsubishi, merekrut tenaga-tenaga profesional lulusan perguruan tinggi. Tenaga-tenaga terampil itu umumnya dicari yang maslh bujangan, dan kemudlan mereka diminta memikahi putri-putrl keluarga pengusaha itu. Caion menantu itu pun masih harus dimintai persyaratan mengganti nama keluarga mereka dengan nama keluarga yang menguasai perusahaan Mitsui dan Mitsubishi. Ternyata, cara ini berhasil (halaman 17). Lain Jepang, lain pula di Eropa. Perusahaan-perusahaan raksasa milik keluarga di Eropa justru begitu takut kemasukan "orang luar", sehingga pemilik membuat ketentuan bahwa anak perempuan mereka tidak diperkenankan bekerja di perusahaan ayahnya. Alasannya, jika si anak itu kelak bersuami, dikhawatirkan suaminya itu melakukan hai-hal yang tak sesuai dengan semangat bisms keluarga. Kesimpulan Panglaykim, usaha keluarga yang besar akan sulit melewati generasi ketiga secara utuh, apalagi mengharapkan usaha itu semakm berkembang. Satu kasus menarik yang mendukung kesimpulan ini diunghapkan panjang lebar ketika Panglaykim menyoroti pengusaha tekstil Rahman Tamin. Usaha yang maju ini menjadi mundur setelah Rahman Tamin meninggal. Bagaimana dengan pengusaha seperti Liem Sioe Liong dan William Soeryadjaya? Panglaykim memang menyoroti kedua pengusaha itu, termasuk kekayaannya. Karena kedua pengusaha ini masih aktif, dan jika kemudi perusahaan kelak beralih pada generasi kedua, Panglaykim memberi isyarat pengalihan itu akan lancar. Liem Sioe Liong diperkirakan digantikan oleh anaknya, Anthony Salim. Sedangkan William Soeryadjaya sudah lama mengikutkan putra-putranya memimpin perusahaan kelompok Astra. Buku ini sarat informasi tentang para pengusaha sukses, yang ternyata usahanya itu dikendalikan oleh kelompok keluarga. Kita jadi tahu, dan kagum, bahwa orang seperti Liem begitu kayanya, karena Panglaykim membeberkannya dengan jelas. Putu Setu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus