Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Rehal-sri pudyastuti r

Penulis : willard a. hanna jakarta : yayasan obor indonesia, 1989

10 Februari 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TERSEBUTLAH, pada abad ke-16, seorang pelaut Belanda Jan Huygen Van Linschoten menggemparkan Eropa, ketika dia mengungkapkan rahasia-rahasia perdagangan dan navigasi bangsa Portugis, yang waktu itu memang menguasai lautan. Dalam bukunya, Itinerario, antara lain ia menulis tentang Jawa: Pelabuhan utama di pulau ini (Jawa) adalah Sunda Calapa.... Di tempat ini... didapati sangat banyak lada yang bermutu lebih baik daripada lada India dan Malabar.... Juga banyak terdapat kemenyan, benicin atau bonien atau bunga pala, kamper, dan juga permata intan. Tempat ini dapat didatangi tanpa kesulitan, karena orang Portugis tidak sampai ke sini. Orang Java (Jawa) berbondong-bondong datang sendiri sampai ke Malaka untuk menjual barang-barang dagangannya. Tak heran jika para pedagang Eropa kemudian melirik pusat perdagangan rempah-rempah di kawasan Pasifik Barat Daya ini. Belanda, Inggris, dan Portugis berebut kekuasaan. Dari sini Sunda Kelapa mulai merebut pamornya. Dr. Willard A. Hanna, bekas direktur Kantor Penerangan Amerika Serikat di Indonesia, penulis buku ini, tak sekadar mengungkapkan sejarah perkembangan Kota Jakarta. Dengan bahasa yang segar, ia menyajikan sejarah secara deskriptif, tidak rumit dan tidak membosankan. Pembaca bagai diajak melancong ke suasana Jakarta masa lalu. Dalam Bab 18 tentang "Gambaran Mengenai Nieuw Batavia" misalnya, ia menulis laporan pandangan mata seorang pedagang Singapura keturunan Portugis, William Barrington d'Almeida, yang berkunjung ke Batavia 1860. Gaya hidup orang Belanda sehari-hari, katanya, bangun tidur pukul 5 pagi. Pukul 7 sarapan. Sesudah merokok cerutu, mandi dengan air dingin, kemudian pergi ke kantor dengan kereta kuda. Siangnya mereka pulang ke rumah untuk makan, terdiri dari "selusin juadah Indonesia yang dihidangkan dengan nasi". Tidur dan istirahat lalu mandi dan mengisap cerutu lagi. Senja hari, berjalan-jalan. Setelah makan malam dan merokok cerutu, mereka main kartu hingga pukul 11 malam. Lalu tidur. Uraian kisahnya mirip laporan jurnalistik. Hikayat Jakarta, yang dibagi dalam 24 bab ini, menarik untuk dibaca.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus