Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Antara hati, daging, dan dosa?

Pemain : isabella rosellini,ted danson,sean young, william petersen. skenario : stephen metcalfe. sutradara : joel schumacher. produksi : paramount pictures. resensi oleh : leila s. chudori.

10 Februari 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AWALNYA adalah pesta perkawinan. Mempelai gaek itu adalah Edie, dari keluarga imigran Italia, dan Phil, pengusaha barang rongsok Amerika. Di tengah keriuhan musik, dua pasangan muda -- famili mempelai -- datang terlambat. Pasangan pertama: Maria dan suaminya, Tom. Pasangan kedua: Larry Kozinsky dan Tish. Di tengah berisiknya pesta, Tom dan Tish saling kerling mata. Agaknya, kerling mata itu berlanjut. Usai pesta, Larry (dimainkan Ted Danson) dan Maria (diperankan Isabella Rosellini) menanti pasangan masing-masing. "Padahal, saya yakin tadi datang berdua," gurau Larry. Keduanya hanya bisa tersenyum getir. Maria dan Larry akhirnya mafhum bahwa Tom dan Tish (dimainkan Sean Young) memang terlibat affair. Dan "penyelewengan" itu berlanjut. Justru itu yang membuat Larry dan Maria menjadi akrab -- dan melampaui batas persaudaraan (Maria adalah anak Edie, sementara Larry adalah kemenakan Phil). Mereka ke tepi laut, berenang, berjemur, dan bergurau. Namun, tak satu kecupan pun terjadi. Mereka meredam birahi dengan cara yang begitu subtil dan bahkan puitis, karena perasaan hati hanya terpancar melalui mata. "Kita berkawan baik, kan?" tutur Maria menampik, meski matanya yang indah mengatakan sebaliknya. "Dan aku hanya bisa menciummu dalam mimpiku," kata Larry menggerutu. Larry memang tak harus bermimpi terlalu lama. Kini justru Tom dan Tish yang panik. Hubungan Maria dan Larry melibatkan "isi hati", sementara hubungan Tom dan Tish hanya "daging" belaka. Toh akhirnya pasangan-pasangan semu itu kembali kepada pasangan aslinya. "Suamiku dan anakku membutuhkan aku," ujar Maria tanpa tangis. Di atas perahu dan riak laut yang berpendar, Maria dan Larry berpelukan untuk berpisah. Dan seharusnya Joel Schumacher, sang sutradara, menghentikan film di sini, karena realitas lebih sering menuntun penyelesaian semacam itu. Namun, Schumacher, yang mengkopi film ini dari film Prancis Cousin, Cousine -- ditulis dan disutradarai Jean-Charles Tachella -- ingin setia kepada "warna aslinya". Cerita menjalar ke mana-mana. Edie ketemu jodoh lagi. Mereka kawin dan di pesta perkawinan itu Larry bertemu (kembali) dengan Maria. Kali ini yang terjadi adalah perang mulut antara Larry, Tom, dan Maria. Film diakhiri dengan adegan Larry dan Maria bersama anak masing-masing, Mitch dan Chloe, menaiki perahu berlayar menuju matahari terbenam. Yang membuat film ini menarik adalah karena begitu banyak karakter yang mendukung -- selain 4 tokoh utama tadi -- dan semua mendapatkan porsi penting. Ada Mitch, anak Larry dari istri pertama, yang kritis, idealistis, tapi terkadang menggelikan. Ada ayah Larry, yang juga sedang mengalami puber kesekian. Ada pula figuran-figuran yang menambah semarak, seperti nenek dari pihak keluarga Maria, yang nyinyir. Atau Chloe, anak Tom dan Maria, yang sengaja membandel karena menginginkan perhatian orangtuanya. Para tokoh sampingan ini muncul dengan persoalan masing-masing, yang tumpang tindih dengan cerita penyelewengan tadi. Meski secara visual kelihatan begitu ramai dan ribut, yang terasa adalah sebuah rangkaian kelembutan yang terus terjaga hingga akhir. Dengan penuturan yang fasih, dibantu alunan musik Jim Weidman serta dialog yang menggelitik, persoalan-persoalan yang bertumpuk itu akhirnya terselesaikan dengan rapi. Stephen Metcalfe cukup berhasil mengadaptasikan skenario ke setting Amerika, meski beberapa cita rasa Eropa masih terasa. Kritisnya Mitch tentang perbedaan kelas lebih mewakili tipikal protes generasi muda Eropa. Tambah lagi pesta keluarga yang sebegitu sering lebih menunjukkan gaya keluarga Prancis daripada Amerika. Sayangnya, meski keempat tokoh utama memainkan peranannya dengan pas, penggambaran karakterisasi mereka terlalu hitam-putih. Tom yang tampan, ambisius, dan playboy itu menyeleweng dengan Tish yang cantik dan seksi. Keduanya mengidap kompleks butuh pengakuan. Tom ingin diakui kejantanannya dengan sering menyeleweng, sedangkan Tish sibuk meyakinkan semua orang bahwa ia bukan hanya cantik, tapi juga pintar. Kemudian, secara kontras, Maria menjadi lambang kelembutan dan keibuan. Ia bersih tanpa noda, sampai akhirnya bertemu dengan Larry -- guru dansa yang bohemian, jujur, dan menyenangkan. Tak mengherankan jika hubungan Tom dan Tish lebih terasa sebagai "dosa" daripada hubungan Maria dan Larry, meski keduanya sama-sama penyelewengan. Bagaimanapun, kelebihan Schumacher justru karena ia tak berpretensi menjawab sebab sebuah penyelewengan terjadi. Ia, seperti sebuah puisi, hanya mengirimkan getar. Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus