Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Strategi Menjinakkan Diponegoro: Stelsel Benteng 1827-1830
Penulis: Saleh As'ad Djamhari
Penerbit: Komunitas Bambu, 2014
Hanya sekelumit dari Perang Diponegoro yang diketahui umum. Beberapa pertanyaan tentang apa yang terjadi di dalam tubuh pasukan Belanda dan pasukan sang Pangeran belum terjawab.
Dalam Strategi Menjinakkan Diponegoro, sejarawan Saleh As'ad Djamhari tak hanya meliput kronologi pertempuran, operasi militer, dan kisah kepahlawanan. Ia mencoba menangkap bagaimana kepemimpinan memainkan peran dan bagaimana mereka memelihara semangat para prajurit dalam perang berlarut-larut ini.
Ia juga menuliskan rekonstruksi yang menarik dan orisinal. Penelitiannya meliputi aspek sosial, ekonomi, ideologi, dan seterusnya. Seperti Refighting World War Two yang ditulis John Keegan, rekonstruksi yang dilakukan sejarawan ini cukup berhasil.
Akar Pluralisme Tebuireng
Guru Sejati Hasyim Asy'ari
Penulis: Masyamsul Huda
Penerbit: Pustaka Inspira, Maret 2014
Tebal: 268 halaman
Tebuireng berasal dari Kebo Ireng, sebuah lokalisasi di dekat Pabrik Gula Cukir, Kecamatan Diwek, Jombang. Kebo Ireng merupakan "tokoh hitam" yang pada pengujung abad ke-19 dan awal abad ke-20 meresahkan masyarakat setempat.
Penulis buku ini memanfaatkan kelebihannya sebagai "orang dalam" yang lahir dan besar di pesantren itu. Kisahnya berdasarkan cerita kakeknya, Abdul Hadi, putra Kiai Sakiban (1808-1920). Sakiban orang pertama di novel ini, veteran Perang Diponegoro yang kemudian menjadi sesepuh warga Cukir.
Pertemuan Sakiban dengan Kiai Hasyim (1875-1947) lantas mengubah wajah Cukir. Dari situ, pada 3 Agustus 1899, berdirilah Tebuireng-sebuah gedek 6 x 8 meter di seberang jalan lokalisasi itu.
Solo dan Sisi Kelamnya
Solo
Penulis: Hendromasto Prasetyo
Penerbit: Rehal Pustaka
Tebal: 177 halaman
Hampir setiap sudut Kota Solo menyimpan riwayat menarik. Dengan cerita mendetail dan narasi yang baik serta gaya penceritaan bolak-balik kini dan masa silam, buku ini cukup berhasil mencegah kebosanan pembaca.
Sisi gelap Solo terdapat di dalam keraton dan masyarakat kebanyakan. Dari catatan panjang pergolakan di dalam istana, "tradisi" amuk masyarakat, sampai berkembangnya masakan yang dijauhi penganut taat: sate asu, dan seterusnya.
Mimpi Indonesia, Mimpi Korea
Era Emas Hubungan Indonesia-Korea
Penulis: Je Seong Jeon dan Yuwanto
Penerbit: Kompas, 2014
Tebal: 188 halaman
Inilah hasil riset antropologis yang menceritakan kisah tentang mimpi Korea, mimpi Indonesia, dan kehidupan mereka di negara asing.
Imigrasi penduduk Korea ke Indonesia dimulai pada 1916. Mereka pedagang ginseng. Selama Perang Dunia II, tentara Jepang membawa orang Korea ke Indonesia sebagai romusha. Sejak 1980-an, masyarakat Korea berkembang menjadi komunitas bisnis terbesar di Indonesia. Penduduk Indonesia pergi ke Korea Selatan sebagai buruh migran. Yang perempuan juga menikahi pria Korea.
Banyak berita soal dua negara: kerja sama industri pertahanan, penanaman modal, dan perdagangan bebas. Tapi cerita kehidupan menjadi sajian utama Indonesianis Korea dan dosen Indonesia yang mendapat gelar PhD dari Korea Selatan ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo