Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Proses menulis buku biografi bisa menjadi metode penyembuhan bagi tokoh yang dituliskan. “Buku biografi bisa menjadi perenungan bagi tokohnya sendiri karena ia harus mengingat kembali hal-hal lampau dalam hidup dan tak jarang menemukan makna dari hal-hal yang pernah ia lewati,” kata Alberthiene Endah, penulis buku biografi saat mengisi Masterclass Merancang Buku Biografi di Tempo Media Week 2018 Palmerah Edition di Gedung Tempo, Jakarta, Minggu, 16 Desember 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alberthiene mencontohkan, saat menulis buku biografi tentang Chrisye tak lama setelah divonis dokter mengidap kanker paru-paru stadium akhir dan usianya tak bakal panjang. “Proses berbincang dengan Chrisye ini membuatnya semangat untuk hidup, ia bercerita dengan gembira mengenang perjalanan hidupnya.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Chrisye berpulang pada 30 Maret 2007, lebih panjang dari perkiraan dokter yang memvonis usianya tak sampai Desember 2006. Buku biografi Chrisye Sebuah Memoar Musikal sendiri diluncurkan pada 17 Februari 2007. “Hal yang penting ketika menulis buku biografi seseorang adalah orang tersebut bisa menceritakan kehidupannya dengan bahagia,” kata Alberthiene.
Menurut Alberthiene, kekuatan dalam buku biografi itu terletak bukan hanya tentang orangnya melainkan juga cerita yang ada di dalamnya. Inilah, kata dia, yang menjadi tugas penulis biografi. “Menulis cerita biografi adalah proses di mana kita masuk ke dalam hidup orang lain.”
Dia menambahkan, seorang penulis buku biografi harus berani jujur dan tegas kepada tokoh yang ditulis. “Sering karena senangnya ia bercerita, inginnya semua diceritakan dalam buku biografi itu,” ujarnya.
Menurut Alberthiene, ketika menulis buku biografi tokoh yang sudah sepuh, terkenal, dan kenyang pengalaman, penulis bisa menulisnya secara kronologis dari dia kecil sampai tua. Tapi, untuk menulis tokoh yang masih muda, bisa dibuat bagian-bagian yang penting dan belum dituliskan dalam buku biografi sebelumnya.
“Misalnya waktu menulis buku biografi Krisdayanti, saya hanya menulis enam bagian penting dalam hidup KD, seperti narkoba dan operasi plastik,” katanya. Ia memastikan tokoh nyaman menceritakan hidupnya secara jujur dan tak masalah saat bagian-bagian yang ‘genting’ ini dituliskan secara terbuka. Buku biografi Seribu Satu KD ini menjadi titik awal Alberthiene Endah menjadi penulis buku biografi. Buku biografi itu meledak di pasaran.
Di akhir kelas, Alberthiene berharap makin banyak penulis buku biografi. “Saya gak tahu kenapa wilayah ini kurang menarik perhatian para penulis buku padahal secara materi amat menjanjikan.”