Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Salurkan kekerasan melalui musik

Kelompok metallica mengatakan, menyalurkan kekerasan lewat musik lebih bagus. ada benarnya. penontonnya histeris, tapi tenang. diluar stadion, orang-orang histeris mengamuk.

17 April 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

METALLICA bagaikan magma yang mengguncang Jakarta. Selama dua hari manggung, Sabtu dan Ahad lalu, raungan vokal dan deru gitar mereka mengingar-bingarkan Stadion Lebak Bulus, Jakarta, yang riuh dikerumuni pemuda fans metal. Di luar stadion, keriuhan bahkan lebih semarak. Anak-anak muda yang marah lantaran tak mampu membeli karcis masuk Rp 30.000 sampai Rp 150.000 memporak-porandakan banyak kios, toko, dan juga mobil. Padahal, seperti dikatakan James Alan Hetfield, pemetik gitar dan vokalis Metallica, musik mereka bisa menjadi katarsis luapan angkara itu. ''Menyalurkan kekerasan melalui musik lebih baik ketimbang menyalurkan lewat media lain. Lewat musik, emosi orang lebih tersalur,'' kata pria 30 tahun yang bertubuh tinggi besar itu. Lirik-lirik lagu mereka, seperti pada Harvester of Sorro dan Seek and Destroy, memang bisa dituding mengumbar kekerasan. ''Saya benci kemapanan dan hal-hal yang serba-terikat,'' kata Hetfield. Namun dalam lagu-lagu Metallica pun banyak ditemui cerminan kepedulian sosial yang tajam. Dengarkan saja lagu One, yang menceritakan pengalaman veteran perang yang sia-sia hidupnya seusai berjuang dalam peperangan. Atau Don't Tread on Me: .... Don't tread on me/So be it/ Threaten no more/To secure peace to prepare for war .... Kehidupan pribadi mereka tampaknya bersih. Menurut pengakuan mereka, obat bius termasuk yang mereka jauhi. Kegemaran mereka, selain bermusik, paling-paling minum bir. Ulah mereka pun tidak jauh berbeda dengan orang kebanyakan. ''Beberapa orang memperoleh ketenaran lewat kelakuannya yang aneh-aneh, tapi kami tidak begitu,'' kata pemain bas Jason Newsted. Metallica lahir pada 1981, bermula dari gagasan Hetfield dan si penggebuk drum Lars Ulrich. Bersama Cliff Burton dan Lloyd Grant, mereka melepas album perdana Metal Massacre I. Tapi album itu belum sampai dilirik kaum metal. Setelah beberapa kali bongkar-pasang personel, mereka mantap dengan susunan pemain Hetfield, Ulrich, Kirk Hammet, dan Cliff Burton. Sayang, saat perjalanan show mereka ke Kopenhagen, 1986, Burton tewas dalam kecelakaan lalu lintas. Padahal Metallica waktu itu sudah diperhitungkan di panggung permetalan. Posisi Burton sebagai pencabik bas digantikan Jason Newsted hingga kini. Dan album mereka pun semakin laku. Master of Puppets (1986), And Justice for All (1988), dan Metallica dilempar dua tahun lalu merupakan album-album yang menempatkan mereka pada posisi unggul di kelas metal. Ketimbang Sepultura, ahli metal Brazil yang pernah manggung di Indonesia Juli tahun silam, misalnya, musik Metallica lebih bisa diterima kuping banyak orang. Tidak seperti Sepultura, yang tak lagi menghiraukan harmoni, pada lagu-lagu Metallica masih bisa didengar melodi yang manis. Liriknya pun, meski sama-sama mengandung kepedulian sosial, lebih bersajak. Contohnya lagu One dan The Unforgiven, yang digandrungi fans Metallica itu. Dan fakta yang lebih penting lagi: Metallica dua kali menggaet Grammy Award, tahun 1991 dan 1992, untuk kategori grup rock/metal. Sebelumnya, tahun 1989, mereka sudah masuk nominasi Grammy Award. Penjualan kasetnya di Indonesia untuk album Metallica pun lumayan: hampir 150.000 kopi. Rupanya, Metallica enggan digolongkan sebagai trash metal, jenis musik rock yang terbising dan tercepat iramanya, melainkan sebagai heavy metal, dengan ciri duet gitar Hetfield- Hammet. ''Dengarkan lagu-lagu kami, terutama album terakhir, terdengar lebih lembut. Itulah suasana hati kami ketika lagu- lagu itu diciptakan,'' kata mereka. Musik Metallica mungkin saja dekat dengan tema ''keresahan'' anak-anak muda. Tapi, apakah pesan-pesan para pentolan Metallica itu sampai ke telinga pendengarnya di Indonesia? Panggung setinggi dua meter itu berlatar hitam dengan logo besar Metallica. Lampu dipadamkan pada pukul 20.00. Dan tiba- tiba saja lampu sorot merah menyala dari belakang perangkat drum. Bersamaan dengan itu, Ulrich menggebuk-gebuk drumnya supercepat. Itulah lagu enerjik Creeping Death. Selama aksi panggung 2,5 jam yang menghabiskan sekitar 18 lagu, diselingi permainan solo masing-masing personelnya, kuartet itu menampilkan lagu-lagu hit mereka. Hetfield begitu lantang meneriakkan Harvester of Sorrow, Sad but True, Wherever I May Roam, Of Wolf and Man, Unforgiven, One, Nothing Else Matters, dan ditutup dengan lagu bertema religius Enter the Sandman, ditimpali permainan musik yang bisa dibedakan dengan rekaman- rekaman mereka. Penonton, sekitar 20.000 anak muda yang kebanyakan bercelana jins ketat dan berkaus hitam itu, begitu hafal dan ikut menyanyikan lagu mereka dengan lantangnya sambil ber-head- banging memutar dan mengangguk-anggukkan kepala sampai seperti hendak lepas dari pangkal leher meskipun belum tentu memahami makna liriknya. Dan agaknya, yang tertangkap oleh anak-anak muda itu justru dorongan untuk unjuk kekerasan. Maka, di luar stadion, menyatulah kekerasan rock dan kekesalan tak bisa melihat pertunjukan, dan lahirlah malapetaka. Jangan-jangan, yang cocok untuk orang Indonesia saat ini adalah lagu-lagu cengeng, yang bermimpi tentang kemewahan, atau apalah. Ardian Taufik Gesuri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus