Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Film Samsara garapan sutradara kenamaan Garin Nugroho, menunjukkan kemampuan seni Indonesia dalam memadukan tradisi dan modernitas. Mengusung konsep cine-concert, Samsara menghadirkan kolaborasi seni visual dan musik secara langsung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dibintangi oleh Ario Bayu dan Juliet Widiasari Barnett, film bisu hitam-putih ini juga dipadukan dengan tangan dingin produser Gita Fara dan Aldo Swasthya. Selain dari segi visual, daya tarik utama Samsara terletak pada pengiring musik yang memadukan gamelan Bali dan musik elektronik.
Iringan Musik yang Hidup
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di balik layar, ada peran besar dari musik pengiring. Musik dalam Samsara bukan hanya terbatas pada gamelan tradisional. Kolaborasi antara komposer I Wayan Sudirana dan duo musisi elektronik Gabber Modus Operandi—Kasimyn dan Ican Harem—menghasilkan sebuah orkestrasi yang dinamis.
Gamelan Yuganada bersanding harmonis dengan musik elektronik keras Gabber Modus Operandi. Alih-alih dimainkan dengan dipukul, gamelan digesek untuk menambahkan dimensi baru pada komposisi musik.
Improvisasi Musik di Setiap Pertunjukan
Komposer I Wayan Sudirana saat ditemui di IdeaFest 2024, JCC Senayan, Jakarta Pusat pada Sabtu, 28 September 2024. Ia menjelaskan proses kreatif dari penggabungan musik gamelan dan instrumen elektronik di film SAMSARA. TEMPO/Jasmine
I Wayan Sudirana bercerita, tantangannya adalah mengikuti tempo film dan menyesuaikan emosi pemain musik yang berubah-ubah. “Ini membuat perpaduan antara ‘mesin’ dan ‘rasa’ menjadi menarik,” ujarnya kepada Tempo, di JCC Senayan, Jakarta Pusat, pada Sabtu, 28 September 2024.
Sudirana juga menekankan bagaimana improvisasi terbatas tetap diberikan ruang dalam pertunjukan. Ia bercerita bahwa saat pementasan di Singapura dan Bali, terdapat perbedaan tekstur musikal yang dihasilkan karena emosi para musisi yang berbeda setiap kali tampil.
“Setiap pementasan berbeda, karena pemain membawa emosi yang berbeda,” tuturnya. Improvisasi dalam ruang yang terukur ini, menurutnya, menjadi salah satu kekuatan dari pertunjukan cine-concert Samsara.
Samsara menceritakan kisah Darta (Ario Bayu), seorang pria miskin yang berusaha merebut cinta Sinta (Juliet Widyasari Burnett) melalui perjanjian gaib dengan Raja Monyet. Berlatar Bali tahun 1930-an, film ini menggambarkan perjuangan antara keinginan pribadi dan dampaknya terhadap keluarga.
Film ini melanjutkan kesuksesan Garin Nugroho setelah Setan Jawa pada 2017, yang menggabungkan gamelan dengan musik orkestra. Samsara pertama kali ditampilkan di Esplanade Concert Hall, Singapura, pada 10 Mei 2024 dan pertama kali dipertontonkan di Tanah Air di acara Indonesia Bertutur 2024 pada 16 Agustus 2024, di Bali.