Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Selain Nonton Dirty Vote, Tonton Juga Sexy Killers yang Rilis Sebelum Pemilu 2019

Sebelum Dirty Vote, Dandhy Laksono Lebih Dahulu menggarap Sexy Killers yang tayang ketika masa tenang Pemilu 2019. Dengan kisah berbeda, Sexy Killers lebih membahas persoalan lingkungan di Indonesia.

12 Februari 2024 | 15.31 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sexy Killers. youtube.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Karya rumah produksi Watchdoc besutan Dandhy Dwi Laksono kembali mengguncang Indonesia dengan film dokumenter eksplanatori Dirty Vote yang rilis 11 Februari 2021, tiga hari sebelum Pemilu 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelumnyam Dandhy Laksono dan Watchdoc pun membuat minggu tenang menjelang Pemilu 2019, pada 13 April 2019,  jadi riuh dengan film dokumenter berjudul Sexy Killers. Film ini mengungkap keberadaan elite politik dan jenderal TNI di balik kepemilikan tambang batu bara serta operasional PLTU di Indonesia. Mengingat batu bara saat ini telah banyak ditinggalkan di banyak negara di dunia karena dampak polusi yang dihasilkannya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sexy Killers mengangkat isu penting tentang kerusakan lingkungan yang kerap terabaikan, tetapi melibatkan banyak oligarki. Film dokumenter ini dikerjakan atas dasar kolaborasi dan gotong royong yang menyoroti tidak hanya satu lokasi. Film ini memetakan distribusi batu bara dari hulu hingga hilir yang memberikan dampak kerusakan lingkungan, kerugian material, dan banyak korban jiwa. 

Dimulai dari Kalimantan Timur, Sexy Killers langsung menyorot kamera pada lubang-lubang galian bekas tambang yang kini sudah bersalin rupa menjadi kubangan mirip danau besar tanpa reklamasi. Dampak dari galian ini menewaskan banyak anak yang tenggelam ketika bermain di lubang tambang tanpa ada satu pihak mau bertanggung jawab. Dampak lain datang dari hukuman bagi mereka yang ingin membela hak atas lahan sendiri. 

Salah satu sosok pembela lahan tersebut adalah Nyoman Derman, transmigran asal Negara, Bali yang menggarap sejak 1980 di desa Kertabuana, Kalimantan Timur. Namun, protes Nyoman berujung penangkapannya karena mengganggu operasional perusahaan.

Film ini juga menyoroti tongkang pengangkut batu bara yang berlayar menuju Pulau Jawa. Kapal tersebut mendistribusikan pasokan batu bara demi hidupnya turbin Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Jawa. Namun, hilir mudiknya tongkang berakibat buruk pada kondisi terumbu karang yang hancur akibat aktivitas kapal. Selain kerusakan lingkungan, produktivitas tanaman menurun, populasi ikan sedikit, dan penyakit infeksi saluran pernapasan hingga kanker juga menjadi dampak kegiatan batu bara. 

Menurut journal.bawaslu.go.id, Sexy Killers juga memberikan alternatif tentang pengembangan energi terbarukan yang tidak lagi hanya menjadi mimpi melalui sosok I Gusti Ngurah Agung Putradhyana atau Gung Kayon. Ia melakukan konversi panas sinar matahari menjadi energi listrik. 

Selain aktivitas distribusi batu bara dan pengembangan energi terbarukan, Sexy Killers berhasil memetakan oligarki dalam isu lingkungan. Melalui tampilan infografis, film ini menampilkan kepemilikan saham dari setiap perusahaan energi batu bara yang berhubungan dengan PLTU. Akibatnya, muncullah nama-nama elite politik yang saat itu sedang berkompetisi dalam Pilpres 2019. 

Adapun, figur-figur lingkaran utama pasangan Jokowi-Ma'ruf, seperti Luhut Binsar Pandjaitan, Hary Tanoesoedibjo, Oesman Sapta Odang, Andi Syamsudin Arsyad, hingga Jusuf Kalla. Sementara itu, figut dalam kubu Prabowo-Sandiaga terdapat Hashim Djojohadikumo dan Ferry Mursyidan Baldan.

Menurut Dandhy, Sexy Killers yang berdurasi 88 menit ini memiliki premis utama menggambarkan peta oligarki Indonesia, khususnya dalam kebijakan energi. Jika persoalan energi batu bara ini tentang oligarki, maka bicara yang tepat tentang oligarki kekuasaan ketika Pemilu berlangsung. Isu lingkungan yang dianggap pinggiran bagi sebagian orang bisa terseret arus utama, jika memanfaatkan momentum Pemilu 2019.

RACHEL FARAHDIBA R  | ZACHARIAS WURAGIL

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus