Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Seniman pendiri Sanggar Bambu, Soenarto Prawirohardjono alias Soenarto Pr, ingin dikuburkan di makam seniman dan budayawan Giri Sapto di Imogiri, Kabupaten Bantul. Keinginan itu telah disampaikan kepada Ketua Sanggar Bambu Totok Buchori dua tahun lalu.
Baca: Soenarto Pr, Seniman Pendiri Sanggar Bambu, Tutup Usia
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Soenarto Pr tutup usia pada Selasa, 24 Juli 2018, pukul 23.10, menjelang usia 87 tahun pada 20 November mendatang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Dan Pak Narto berpesan, kalau bisa, lokasinya berdekatan dengan makam Pak Sapto Hudoyo,” kata Totok saat dihubungi Tempo, Rabu pagi, 25 Juli 2018.
Melalui Totok, Soenarto Pr berpesan agar permintaan itu disampaikan kepada Yani, istri almarhum Sapto Hudoyo. Sedangkan Sapto Hudoyo adalah seniman sekaligus pemilik sejumlah galeri yang mencetuskan ide pembangunan makam seniman tersebut pada 1980. Makam itu diresmikan Sultan Hamengku Buwono IX pada 1988.
Menurut Totok, setiap seniman yang ingin dimakamkan di sana disediakan dua kapling dengan total luas 3 meter x 4 meter, yang meliputi makam untuk sang seniman dan pasangannya (istri atau suami). Rencananya, lokasi makam Soenarto Pr berdampingan dengan makam kartunis “Oom Pasikom” GM Sudharta, yang meninggal pada 30 Juni 2018 lalu.
Soenarto Pr 2, tengah berjemur di teras rumahnya di Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, 15 Mei 2017 lalu. Foto/PITO AGUSTIN RUDIANA
“Karena makam Pak GM Sudharta dimungkinkan sendirian. Jadi makam Pak Soenarto di sebelahnya,” ujar Totok.
Kedua istri Soenarto Pr, Sawanti dan Moersekardinah, telah puluhan tahun lalu lebih dulu tutup usia. Sedangkan lokasi makam GM Sudharta dan Soenarto Pr tidak jauh dari makam Sapto Hudoyo.
“Itu bentuk penghormatan almarhum kepada Pak Sapto Hudoyo karena menjadi panutannya,” kata Totok saat ditanya tentang alasan Soenarto Pr ingin dimakamkan berdekatan dengan kuburan Sapto Hudoyo.
Soenarto Pr bersama penyair Kirdjomulyo dan seniman Akademi Seni, Drama, dan Film (Asdrafi) Heru Sutopo mendirikan Sanggar Bambu pada 1 April 1959 di Yogyakarta. Sanggar Bambu adalah sanggar berkumpulnya seniman-seniman dari berbagai jurusan, baik seni rupa, teater, maupun sastra, yang masih eksis hingga hari ini. Pemberian nama Sanggar Bambu merupakan ide Soenarto Pr.
Soenarto Pr muda banyak menimba ilmu dari perupa-perupa kawakan selama di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), yang kini menjadi Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, mulai Trubus, Soedarso, hingga Affandi.
Soenarto Pr dikenal sebagai seniman yang melukis menggunakan krayon. Sejumlah lukisannya antara lain menggambarkan sosok profil Bung Karno, Nyi Ageng Serang, Sayu Wiwit, dan terakhir Sultan Hamengku Buwono X.
Soenarto Pr juga membuat sejumlah patung, seperti patung Ahmad Yani di rumah sang jenderal, yang kemudian menjadi museum Ahmad Yani di Jakarta.