Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Sutradara film Fajar Bustomi mengatakan trilogi Dilan - Milea berasal dari buku novel yang luar biasa. “Bukan kisah cinta remaja yang ecek-ecek (pura-pura). Kalau difilmkan bakal jadi sejarah,” ujarnya saat acara nonton bersama film Milea: Suara dari Dilan di bioskop Ciwalk Bandung, Kamis malam 13 Februari 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fajar mengaku sangat beruntung bisa memfilmkan novel karya Pidi Baiq itu. Ketika membaca novel pertamanya yang berjudul Dilan: Dia adalah Dilanku tahun 1990 dia menilai buku itu luar biasa. “Hari ini setelah tiga tahun lebih kita bersama menyelesaikan film Dilan, malam ini adalah di mana buku ketiga Milea selesai kita rampungkan filmnya,” kata dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Iqbaal Ramadhan dan Gubernur Ridwan Kamil di Gedung Pakuan, Bandung, Jawa Barat, Jumat 7 Februari 2020. Aktor pemeran Dilan Iqbaal Ramadhan dan pemeran Milea Vanesha Prescilla menyambangi rumah dinas dan menemui Ridwan Kamil terkait premiere film Milea : Suara dari Dilan. Film ini jadi penutup dari trilogi Dilan dimana dua film sebelumnya mencatat box office film nasional. TEMPO/Prima Mulia
Menurut Fajar dia sempat menawarkan keliling ke beberapa produser untuk mengangkat kisah dalam novel Dilan - Milea. Setelah itu produser Ody Mulya Hidayat datang menawarkan untuk memfilmkan. “Semoga apa yang nanti disaksikan di film ini membawa sesuatu ke rumah dan jadi film yang sangat kita kenang di kemudian hari,” ujarnya.
Film Milea: Suara dari Dilan yang mulai tayang serentak Kamis, 13 Februari 2020 di Indonesia jadi penyambung kisah film Dilan 1990 dan Dilan 1991. Drama romansa remaja era 1990-an mengisahkan kenangan dan kegagalan hubungan Dilan dengan Milea kekasihnya. Kisah akhir penutupnya berasal dari Dilan setelah dua filmnya mengalir dari versi Milea.
Menurut penulis novelnya Pidi Baiq, kedua sosok itu nyata namun wujud dan nama aslinya dirahasiakan. Pidi menyerap cerita dari keduanya lalu menceritakannya kembali lewat tulisan. “Malahan saya kurangi karena tanggung jawab moral, banyak hal-hal yang takut ditiru orang,” kata Pidi kepada Tempo di Bandung, Jumat 7 Februari 2020.
ANWAR SISWADI