Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Tahun Ini Pasar Keroncong Kotagede Tidak Diadakan di Pasar

Di tahun sebelumnya, setiap perhelatan musik Pasar Keroncong Kotagede dinyanyikan di pasar.

17 Oktober 2019 | 15.32 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Tahun ini, perhelatan Pasar Keroncong Kotagede, Yogyakarta 2019 tidak lagi berlangsung di pasar. Musababnya, ruas jalan di sekitar pasar Legi Kotagede sedang direnovasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pasar Keroncong Kotagede, Yogyakarta pada Sabtu, 19 Oktober 2019, mengangkat tema Keroncong Tak Kunjung Padam. Ada tiga panggung yang menyuguhkan pertunjukan musik keroncong pada waktu bersamaan. Tiga panggung itu berada di Panggung Sopingen, Prenggan; Panggung Kajengan, Prenggan; dan Panggung Kudusan, Jagalan, Banguntapan, Bantul.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di tahun sebelumnya, setiap perhelatan musik keroncong dinyanyikan di salah satu panggung di pasar. Ketua panitia Keroncong Tak Kunjung Padam Kotagede, Muhammad Natsir Khirzin mengatakan tahun ini adalah kali kelima pelaksanaan Pasar Keroncong Kotagede. "Pasar Keroncong Kotagede akan membawa nuansa Pasar Keroncong keluar pasar dan menampilkan beberapa orkes keroncong dari berbagai daerah," kata Natsir Khirzin, Rabu 16 Oktober 2019.

Sejumlah orkes keroncong yang akan tampil, antara lain Orkes Pasar Keroncong Feat Brian Prasetyoadi (Jikustik), Orkes Keroncong Madusari Feat Subarjo HS, Orkes Keroncong Zigma (Solo), Sri Rejeki, Keroncong Pemuda Kekinian (Salatiga), dan Orkes Keroncong Svarama (Semarang). Ada pula Orkes Keroncong Serenade (Klaten), X-Bening, Keroncong Akar 8, Sakenake, Lintang Kanistha, Irama Kasih, Adi Gita Gama, dan Komunitas Keroncong Nusantara.

Natsir Khirzin menjelaskan musik keroncong sudah dimainkan di Kotagede sejak 1930 oleh Orkes Keroncong Terang Bulan. Pada periode setelahnya ada grup Orkes Keroncong Keluarga yang seluruh personelnya merupakan anggota keluarga Subarjo dan Orkes Keroncong Cahaya Muda.

Pada 1960 para pemain keroncong mengenakan jas ketika tampil. Sementara sekarang, pemain keroncong bisa tampil sesuka hati sesuai selera di atas panggung. Musik keroncong di Kotagede terus berkembang mulai dari jumlah pemain, penampilan, sampai musikal keroncong yang dulunya memainkan bentuk klasik lama.

Pada tahun 2000 terdapat sekitar 17 grup musik keroncong di Kotagede. "Meskipun sudah ada banyak grup keroncong, orkes keroncong di Kotagede selalu kekurangan pemain depan atau yang pemain biola, seruling, dan vokal," kata Subarjo sebagai seorang senior di dunia keroncong.

Bukan sekadar menjalankan niat mulia melestarikan keroncong, Natsir selaku penggagas musik keroncong di Kotagede menggandeng rekan-rekannya untuk menginisiasi Pasar Keroncong pada 2015. "Orang bisa bilang keroncong yang asli itu begini atau begitu, siapa yang tahu pertama kali keroncong pakai biola atau seruling? Kita saja enggak tahu prosesnya," kata dia.

Sebab itu, Natsir Khirzin menjelaskan, Pasar Keroncong menjadi ajang untuk mendokumentasikan sejarah keroncong dari tahun ke tahun. "Keroncong mesti dikemas dengan serius agar orang tertarik dan bisa menikmati musik yang memang sudah enak ini," kata dia.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus