Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Tiba-tiba ada Jenny Rachman

Oleh : kurniawan junaedhie. jakarta : pt gramedia pustaka utama, 1991. resensi oleh : putut trihusodo.

7 Desember 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ensiklopedi pers Indonesia yang pertama, tapi belum memasukkan tokoh radio dan televisi. Masih banyak bolongnya, tetapi untuk sekadar pegangan praktis, boleh juga. ENSIKLOPEDI PERS INDONESIA Oleh: Kurniawan Junaedhi Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 1991, 289 halaman. ENSIKLOPEDI ini diawali dengan nama kantor berita Yunani AA, Athens News Agency, dan diakhiri dengan nama fotografer kondang Zoelverdi (E.D.). Di antara keduanya, ada ribuan nama orang maupun media cetak, nama tokoh kartun populer (misalnya Oom Pasikom), dan istilah dunia jurnalistik, yang terbentang sepanjang 288 halaman buku ukuran 14 x 21 cm. Tampaknya inilah ensiklopedi pertama tentang pers Indonesia. Wartawan tiga zaman Mochtar Lubis, yang tentu saja namanya masuk dalam ensiklopedi ini, mengaku belum pernah menemui buku semacam ini sebelumnya. "Saya baru dengar kali ini, ada buku ensiklopedi pers Indonesia," kata pendiri Indonesia Raya, harian yang dicabut izin terbitnya pada 1974, itu. Nama wartawan sebelum kemerdekaan yang tercantum antara lain Taher Tjindarbumi, Soedarjo Tjokrosisworo, Djamaluddin Adinegoro, dan Darmosugito, yang telah menenteng-nenteng notes dan pena pada tahun 1920-an. Generasi kuli tinta berikutnya antara lain Syamsudin Lubis, Adam Malik, Petrus Kanisius Ojong, dan Samawi. Lalu, di bawahnya lagi ada nama-nama seperti Rosihan Anwar dan Mochtar Lubis. Lalu nama-nama pemimpin redaksi, atau yang bertindak sebagai pemimpin redaksi media massa yang ada kini, hampir semuanya tercantum. Kurniawan mengakui, pemilihan tokoh-tokoh tak mengikuti prosedur penyaringan yang ketat. Mereka, katanya, dinilai secara subyektif. "Siapa yang saya anggap pantas, berprestasi dan punya reputasi, ya, saya masukkan," ujarnya. Itu pun terbatas tokoh-tokoh media cetak. "Tokoh televisi atau radio sementara ini belum," tambahnya. Bahwa nama tokoh pers legendaris Tirtoadisuryo, wartawan di awal abad ke-20 ini, tak masuk, dia mengaku benar-benar lupa. Kurniawan tak menyangsikan reputasinya. "Pada edisi berikutnya mudah-mudahan bisa masuk," kata wakil pemimpin redaksi majalah Tiara ini. Yang aneh, di antara tokoh-tokoh pers itu tiba-tiba muncul nama Jenny Rachman, bintang film. Rupanya, penyusun memandang perlu menuliskan kasus penganiayaan wartawan majalah Vista karena menuliskan ihwal perkawinan Jenny dengan seorang pengusaha. Nama kantor-kantor berita asing ikut melengkapi eksiklopedi ini. Istilah-istilah seperti pers Pancasila, pers pembangunan, pers kampus, pers perjuangan, dan peradilan pers, ikut mempertebal ensiklopedi ini. Istilah-istilah itu oleh KJ dianggap perlu disajikan berikut penjelasannya. Kurniawan sengaja menyajikan terminologi-terminologi itu untuk para awam dan wartawan pemula. "Sebagaimana saya dulu, mereka umumnya asing dengan istilah-istilah semacam itu," kata Kurniawan. Lebih jauh lagi, penyusun tak sungkan membuka rahasia dapur wartawan. Dia menjelaskan ihwal membuat lead, kalimat pertama pada naskah berita. Masih dalam urusan dapur pers, Kurniawan menyajikan pula kode-kode teknis untuk mengoreksi naskah. Kode "S" tidur misalnya, artinya order bahwa ada kata atau huruf yang penempatannya terbalik. Para orang pers sendiri, yang kini lebih banyak bekerja dengan komputer, mungkin mulai melupakan kode-kode itu. Nama-nama media yang masih terbit, sebagian besar tertampung di ensiklopedi ini. Media-media yang telah bangkrut, atau dibredel pun, dicoba disajikannya. Lengkap? Kurniawan tidak berani memastikannya. "Saya menunggu masukan dari pembaca dan pengamat pers," ujarnya. Tokoh-tokoh fiktif yang hidup di media cetak diusahakan diperkenalkan dengan penjelasan populer. Tokoh "Si Doyok", dalam harian Pos Kota, misalnya, disebutkan sebagai sosok pria lugu, berbusana Jawa, dan menjadi personifikasi kaum urban di Jakarta. "Oom Pasikom", tokoh kartun ciptaan Ilustrator GM Sudarta di harian Kompas, disebut sebagai personifikasi dari tokoh yang masih mengagungkan feodalisme. Tokoh "Panji Koming", hasil rekaan Dwi Koendoro di Kompas Minggu dikatakan hadir untuk menjentik masalah "poleksosbud". Ensiklopedi pers Indonesia ini, menurut Kurniawan Junaedhie sendiri, lahir dari ketidaksengajaan. Dimulai 15 tahun lampau, ketika mulai merintis karier jurnalistiknya, ia suka mengumpulkan kliping-kliping berita tentang dunia pers. "Saya mengumpulkannya karena saya ingin memahaminya," kata jebolan Sekolah Tinggi Publisistik Jakarta itu. Sepuluh tahun kemudian, kliping itu sudah menggunung. Lalu, dengan berbekal komputer, dia iseng mengolahnya, menyarikannya. Rupanya, program pada komputernya banyak membantu. Item-item ikhwal dunia pers itu tersusun secara alfabetis. Lantas, rangkuman itu dicetak sebagai buku pintar pribadi. Ketika mengikuti ujian keanggotaan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), buku pintar itu dibawanya, 1985. "Ketika itu, ujian di PWI bebas membawa buku untuk disontek," tuturnya. Ternyata, buku pintarnya banyak menolong. "Sejak itu saya berpikir catatan itu bisa dijual," tambahnya. Maka, dia makin getol. Ia tak hanya mengguntingi koran atau majalah, juga mewawancarai sekitar 50 tokoh pers. Hasilnya kemudian adalah sebuah ensiklopedi yang ringkas. Untuk pegangan praktis, semacam ujian PWI, buku ini memang membantu. Tengok saja misalnya riwayat salah satu koran penting, Indonesia Raya, ditulis penuh dua halaman. Putut Trihusodo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus