Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Tidak Dirobohkan Zaman

Kekayaan seni rupa kita ternyata cukup banyak. Dari pameran di LKPJ, kita dapat melihat potret berbagai karya tradisional itu.

9 April 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RUANG pameran Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta, sejak 25 Maret menampung banyak potret yang maunya menggambarkan "Senirupa Tradisionil" Indonesia. Di sana dapat dilihat potret-potret berwarna dari beberapa relief candi, topeng Bali, wayang, kain tenun, dan selebihnya dokumentasi kegiatan melukis, mengukir, juga potret kerajinan anyaman tangan serta karya batik. Yang paling mengganggu adalah: potret-potret yang ditampilkan tidak begitu bagus. Tidak dapat menunjang subyek-subyek yang mau dipamerkan. Kita mungkin sempat terpesona oleh begitu banyaknya kekayaan dalam senirupa tradisionil kita. Dan oleh begitu gempalnya tradisi yang bisa menjadi latar belakang seorang pribumi yang hendak meneruskan kegiatannya dalam bidang senirupa. Kekayaan itu tidak kecil, boleh dikatakan kelas satu. Simbolik Disiplin yang terasa dalam karya-karya tradisionil adalah disiplin menstilir kehidupan. Ornamen-ornamen khas dari bentuk-bentuk seni tradisi, menyarankan semacam suasana jiwa untuk menegakkan dunia lambang-lambang. Satu pergaulan yang samar dengan nilai-nilai yang dilafalkan secara simbolik. Senirupa tradisionil lebih cenderung pada seni dekoratif seakan hendak menangkap inti-inti hidup dengan kerangka-kerangka yang pasti. Kita lihat saja patung-patung Irian Jaya. Di samping kita memergoki kesederhanaan dalam menangkap bentuk, kita mencium bau primitif yang sifatnya religius. Terasa senirupa bukan hanya barang pajangan, bukan hanya kerjaan untuk mencapai keindahan. Tetapi juga untuk memberi keseimbangan pada masyarakat mereka. Terutama segi rohaninya. Lebih jelas lagi kalau kita perhatikan potret-potret wayang, keris dan adegan-adegan dalam candi. Teknik yang dicapai para seniman kita di masa lalu - bahkan para pendukungnya sampai saat ini - bukan teknik yang semrawut. Mereka benar-benar orang profesionil yang menguasai pekerjaan. Lihatlah beberapa buah relief di dinding candi, yang tampak cedera, tetapi kesegarannya tak hilang. Di sini agaknya kejempolan mutu karya tersebut tak sempat dirobohkan zaman. Dengan pemotretan yang lebih baik, pasti dokumentasi seperti ini akan bertambah menarik. Apalagi kalau di dalam gebrakan tersebut tersimpul semacam sikap yang jelas dalam menghadapi senirupa tradisionil tersebut. Apakah kita akan memujanya saja, atau mengamatinya dengan curiga, menganalisanya atau menempatkannya sebagai unsur bayangan dalam segala aktivitas senirupa pribumi setiap masa. Kalau jelas, dokumentasi akan lebih dari hanya sekedar kegiatan mencatat. P.W.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus