Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Obituari

Ujung Bordir Ramli

Perancang busana Ramli meninggal setelah 37 tahun berkarya. Salah satu peletak dasar mode Indonesia.

27 Januari 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Permintaan itu datang dari Ramli, setahun lalu. "Doakan saya bisa berkarya di tahun ke-40," katanya. Ketika itu, perancang busana ini baru saja merayakan 36 tahun berkarier di dunia mode. Hal yang sama dihaturkan Ramli kepada semua orang yang dia temui saat itu. Ini bukan permintaan basa-basi, karena dia sedang menjalani serentetan kemoterapi untuk membunuh sisa-sisa kanker stadium IV di ususnya. Banyak yang mendoakannya, tapi takdir sudah digariskan. Rabu pekan lalu, di Rumah Sakit Gading Pluit, Ramli berpulang pada usia 58 tahun.

Ramli adalah salah satu desainer Indonesia generasi awal pada 1970-an. Di antaranya ada Peter Sie, Iwan Tirta, Poppy Dharsono, dan Harry Darsono. Masing-masing memiliki kekhususan. Peter adalah peletak awal mode modern Indonesia, Iwan berkutat pada batik, Poppy pada tenun tradisional, dan Harry dikenal dengan desain haute couture (adibusana) yang avant-­garde. "Saya memilih menekuni bordir," kata Ramli.

Dia memilih bordir karena itulah yang paling dekat dengan dirinya. Ketika kanak-kanak, dia selalu memperhatikan ibunya memakai kebaya kurung dengan bordir di sudut-sudutnya. Keinginan Ramli mengangkat bordir dalam busana modern memerlukan keahlian khusus. Berbeda dengan batik yang bisa dipakai di seluruh baju, bordir hanya ditempatkan di sudut-sudut tertentu. "Bordir diciptakan sebagai pemanis, bukan ,menu utama,," ujar Ramli.

Mengenali bordir sejak kecil, Ramli baru "resmi" menekuninya saat bertemu dengan Non Kawilarang—perancang dan ibu aktris Rima Melati—pada 1975. Itu tahun pertama Ramli menjadi desainer profesional. Usianya baru 21 tahun, dan pria muda itu bingung menentukan spesialisasi. "Saat itu saya ditantang ibunya Mbak Rima: ,Apa yang kamu bisa?, Saya jawab bordir. Ibunya Rima lalu menyuruh saya serius menekuni bordir," Ramli menuturkan.

Tahun-tahun berjalan, dan ternyata bukan hanya bordir yang dia tekuni. Ramli giat mengkampanyekan pemakaian kain tradisional dalam busana modern. Awal 1980-an, dia membuat gebrakan dengan batik yang dirancang menjadi jaket beritsleting, bolero, dan gaun pesta. Ia membuat aneka busana kasual, busana kantor, resort dress, gaun malam, kebaya, tunik, abaya, hingga gamis. Untuk pria, ada baju koko, kemeja, jaket batik beritsleting, dan jas ala Nehru.

Sejak 1990-an, muncul banyak pesaing baru, desainer muda yang lebih segar. Toh, Ramli tak pernah surut. Rancangannya memang terlihat tua dan agak monoton, tapi dia sudah punya pasar. Perubahan besar terjadi justru setelah dia mengidap kanker pada 2010. "Setelah menderita kanker, dia lebih berani bermain warna," kata Rima Melati, mantan model yang kerap memperagakan busana Ramli. "Dia bermain perak dan emas, bahkan berani bereksperimen dengan warna merah atau hijau dalam beragam gradasi," Rima menegaskan.

Ramli, semenjak sakit, juga rajin mendokumentasikan ide dan karyanya lewat buku biografi. "Saya tak tahu kapan akan meninggal, jadi anggap saja buku ini catatan terakhir saya," kata Ramli sambil menandatangani buku 36 Tahun Berkarya: Pagelaran Terima Kasih untuk Sahabat, yang terbit pada 2011. Tahun lalu, dia menerbitkan Legacy of Ramli, 37 Tahun Berkarya untuk Indonesia. Itu benar-benar buku terakhirnya, warisannya.

Setelah salat zuhur, Rabu siang pekan lalu, jenazahnya dibawa ke Maleber, Kuningan, Jawa Barat. Di sana Ramli diistirahatkan di samping ibundanya—yang mengajarkan keindahan bordir untuk pertama kalinya.

Qaris Tajudin, Hadriani P.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus