Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Wanita jeihan

Agenda pertunjukan untuk acara: pameran seni rupa, pagelaran teater, diskusi sastra maupun ceramah kebudayaan

2 Oktober 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebanyak 41 lukisan, yang disebut oleh kurator Jim Supangkat sebagai karya terbaik Jeihan Sumantoro, dipamerkan di Andi's Gallery, Jalan Tanah Abang, Jakarta. Di bawah judul Andika, Jim Supangkat memilih karya-karya Jeihan yang sesuai dengan tema yang diangkatnya, yaitu wanita, yang katanya menjadi isu sosial yang aktual di seluruh dunia. ''Wanita dalam lukisan-lukisan Jeihan mengeskpresikan citra yang kontroversial,'' kata Jim. Sebagai pelukis ekspresionis, Jeihan, 55 tahun, tidak berhenti melulu pada ungkapan ekspresi yang emosional dan spontan, melainkan ekspresi yang menandakan penafsiran. Itulah sebabnya citra wanita pada imajinasi Jeihan, yang pernah kuliah di Seni Rupa ITB, tidak stereotip. Ini sebuah realitas yang jarang, kata Jim, karena pada masa kini hampir selalu gambaran wanita yang ditampilkan di media cetak adalah gambar wanita secara sensual, sebagai umpan sensasi dan memperlihatkan kepasifan. Pameran ''Andika-Citra Wanita Dalam Lukisan Jeihan'' menampilkan lukisan Jeihan periode 1970-1990. Dibuka 29 September, pameran ini berlangsung selama sebulan. Instalasi Pintor Sirait Pusat Kebudayaan Prancis (CCF) Bandung, bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung, akan menyelenggarakan pameran seni rupa tanggal 2 sampai 7 Oktober 1993. Yang dipamerkan, karya instalasi pematung Pintor Sirait, 31 tahun, yang berjudul Transilient. Pintor akan memanfaatkan media metal, dan bunyi- bunyian dari gamelan Bali yang diolah dengan teknologi komputer. Di kalangan seniman patung Indonesia, nama Pintor belum begitu dikenal. Maklum, sejak 1985, Pintor masih menimba ilmu seni patung di University of Nevada-Reno (UNR), Amerika. Tapi karya ini, kata Pintor, adalah penggalian bentuk seni rupa baru. Pameran tersebut berlangsung di Pusat Kebudayaan Prancis, Jalan Purnawarman, Bandung. Rampoknya Koma Teater Koma pentas lagi. Dalam produksi ke-75, teater modern yang paling banyak menyedot penonton ini akan menampilkan lakon Rampok, yang disadur dari Die Rauber, naskah yang ditulis Friedrich von Schiller, 200 tahun lalu. Rampok bercerita tentang upaya menegakkan keadilan lewat jalan kekerasan. ''Karya Schiller ini hidup karena merupakan drama batiniah yang dihidupkan di panggung,'' kata Duta Besar Republik Federal Jerman, Walter Lewalter. Kemarahan pengarang yang meluap-luap membasahi alur cerita yang padat dan menjadi bahan yang cukup untuk diolah sebagai teater. Adapun Idries Pulungan, yang menggarap naskah ini, sekaligus menyutradarainya, mengemasnya dalam budaya Batak. Ini menarik karena dulu Bengkel Teater pimpinan Rendra memainkan Rampok dalam nuansa Jawa. Drama ini didukung bintang Teater Koma antara lain Salim Bungsu, Sari Madjid, dan Joshua D.P. Pementasan yang merupakan kerja sama Pusat Kesenian Jakarta TIM dan Pusat Kebudayaan Jerman Goethe Institut ini berlangsung dari 1 sampai 9 Oktober di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki. Raja Deumet Aceh Masih di Taman Ismail Marzuki Jakarta akan dipentaskan sandiwara tradisional produksi Teater Banda Aceh, dengan judul Raja Deumet. Naskah yang ditulis oleh Maskirbi ini menceritakan keserakahan sang raja versus kelembutan hati seorang putri kerajaan Lubok. Pertunjukan yang disutradarai Kostaman ini bisa disaksikan di Teater Arena, pukul 20.00, tanggal 35 Oktober 1993. Puisi Rendra Kelompok Studi Lingkaran, bekerja sama dengan Forum Diskusi Wartawan Yogyakarta, menyelenggarakan diskusi sastra. Topiknya adalah pengkajian kumpulan puisi Orang-Orang Rangkasbitung karya W.S. Rendra. Sebagai pembahas, Halim H.D., budayawan yang tinggal di Solo, dan Bakdi Sumanto, dosen Fakultas Sastra UGM. Diskusi yang disponsori penerbit Bentang Grafik Desain ini berlangsung di kantor biro Majalah TEMPO Jalan Kaliurang, Yogyakarta, 30 September, pukul 19.00. Piala H.B. Jassin Bagi yang berminat mengikuti perlombaan baca puisi tingkat nasional, ini ada kesempatan memperebutkan Piala H.B. Jassin. ''Lomba Baca Puisi Piala H.B. Jassin'' ini diselenggarakan oleh Bengkel Deklamasi, yang motornya antara lain Slamet Sukirnanto, Sutardji Calzoum Bachri, dan Motinggo Boesye, bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan DKI. Tujuan lomba ini, kata ketua pelaksana Jose Rizal Manua, antara lain untuk memberi penghargaan pada sastrawan H.B. Jassin, tokoh sastra Indonesia. Yang berminat bisa mendaftar ke Taman Ismail Marzuki, sampai 18 Oktober 1993. Siapa tahu, Anda menjadi salah satu dari tiga pemenang utama yang akan membaca puisi bersama para juri final, antara lain Rendra, Emha Ainun Nadjib, dan Sutardji dalam pesta puisi 2029 Oktober itu. Arsitektur Indonesia-Belanda Pusat Kebudayaan Belanda Erasmus Huis terus menyelenggarakan serial ceramah dengan tema ''Empat Abad Perjumpaan Indonesia- Belanda''. Tema ini dipilih karena sejak akhir abad ke-16 hingga sekarang telah terjadi pertemuan antara orang Indonesia dan Belanda dalam berbagai bidang kehidupan, seperti perdagangan, sosial, politik, dan ilmu pengetahuan. Untuk ceramah kedua, 29 September pukul 19.30, diangkat persoalan arsitektur dengan pembicara Profesor Suwondo Bismo Sutedjo dari Ikatan Arsitek Indonesia dan pengantar dari Dipl. Ing Han Awal, arsitek dan dosen di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UI.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus