Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Berebut pasar dalam dakwah

Dalam usia 10 tahun, penerbit mizan melejit di pasar buku islam. ia memperkenalkan pemikir syiah kemari, dan mendapat sambutan. bagaimana penerbit buku islam lainnya?

2 Oktober 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEGITU muncul, Mizan langsung mendapat stempel: penyebar ide Islam Syiah di Indonesia. Tuduhan itu langsung meluas karena kelahiran penerbit ini, 1983, seakan ditandai dengan terbitnya buku Dialog Sunnah-Syi'ah. Buku perdana Mizan ini berisi dialog surat-menyurat antara Rektor Universitas Al Azhar, Kairo, Syaikh Salim Al Maliki, dan ulama Syi'ah Sayyid Syarafuddin Al Musawi Al Maliki. Buku ini dianggap telah menyebarkan ide dan ajaran Syiah di sini, yang mayoritas penduduknya penganut Islam Suni. Kini Mizan berusia sepuluh tahun, dan ulang tahunnya dirayakan dengan semarak. Rangkaian perayaan dimulai dengan mengundang Syed Hossein Nasr, pemikir Islam asal Iran yang bermukim di London, beberapa bulan silam. Lalu ada seminar di Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta. Puncaknya adalah malam hiburan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dua pekan lalu. Sebuah pertanda bahwa penerbitan ini memang sedang berkibar. Mizan didirikan oleh sejumlah mahasiswa dan aktivis Masjid Salman Bandung, Haidar Bagir, Zainal Abidin Shahab, Ali Abdullah, ditambah pengusaha Jakarta Abdillah Thoha dan Anis Hadi (sebagai pemodal). Mereka adalah anak muda yang melihat Syiah sekarang di sini populer dengan julukan Mazab Qum bukanlah sesuatu yang di luar Islam. Seperti dikatakan Haidar Bagir, Mizan memang ingin menampilkan seluruh pemikiran Islam secara seimbang. Tulisan siapa pun, kata Haidar, asal ditulis dengan serius serta melihat Islam dalam perspektif yang benar, akan mereka terbitkan. Maka, buku sejumlah pemikir Syiah seperti Murtadha Mutahari dan Muhammad Baqir Sadr populer di sini. Tapi mereka memang mencoba konsekuen dengan misinya tadi. Buku Al Gazali, Fazlur Rahman, dan banyak lagi lainnya, muncul dari Mizan. Tampaknya Mizan menjadi salah satu yang paling berkibar di antara sekitar 50 penerbit buku Islam di Indonesia. Sampai kini, sudah 400 judul buku dengan oplah sekitar 1,5 juta eksemplar yang mereka terbitkan. ''Buku Mizan tak ada yang laku kurang dari 4.000 eksemplar,'' ujar Ali Abdullah, Direktur Komersial Mizan. Dari modal awal Rp 2 juta dan mobil pikap kecil, kini Mizan punya aset kantor dua lantai, gedung percetakan di atas tanah 1.000 meter persegi, dengan 50 karyawan. Penerbit ini juga membuka perwakilan di Jakarta, Yogyakarta, dan Malaysia. Semula Mizan memang memberikan porsi yang banyak buat buku terjemahan. Pada tahap selanjutnya, Mizan banyak juga menerbitkan karya pemikir dalam negeri seperti Nurcholish Madjid, Jalaludin Rakhmat, Amien Rais, Dawam Rahardjo, Mukti Ali, atau Quraish Shihab. Bahkan buku Quraish Shihab, Membumikan Al Quran, terbitan 1992, menjadi buku terlaris tahun ini dengan angka penjualan 12.000 lebih. Secara keseluruhan, peringkat teratas diraih buku terjemahan Jilbab, yang sejak 1986 terjual hampir 29.000 kopi. Munculnya Mizan agaknya pada momentum yang pas. Setelah revolusi Iran 1979, perhatian terhadap Syiah memang meningkat. Kemudian minat terhadap buku-buku Islam melonjak pula. Menurut Umar Basyarahil, Direktur Gema Insani Press, kegandrungan membaca buku Islam di Indonesia cenderung naik sejak 1980-an. Perusahaan penerbit buku Islam pun ini sesuai dengan hukum pasar bermunculan sejak saat itu, seperti Pustaka Salman, Mizan, Gema Insani Press, dan Pustaka Firdaus. Mereka meninggalkan penerbit tradisional semacam Al Maarif (Bandung) dan Bulan Bintang (Jakarta). Soalnya, penerbit-penerbit ini menampilkan buku Islam dalam berbagai tema, tak semata buku ibadah atau fikih, seperti yang dulu menjadi lahan penerbit tradisional. Selain itu, mereka muncul dengan kulit muka, perwajahan, dan uraian yang lebih menarik. Arus ini kemudian bergaung. Gema Insani Press, yang berdiri tahun 1986, misalnya, lebih memilih menerbitkan buku yang berkaitan dengan masalah pemikiran kontemporer, kemasyarakatan, keluarga, dan kewanitaan, yang semuanya dirangkum dalam uraian yang praktis. Sampai sekarang hampir 200 buku yang diterbitkannya, dengan rincian 70% terjemahan, 30% karya asli. ''Masyarakat agaknya butuh buku yang berisi tuntunan praktis,'' kata Umar. Ia menyodorkan bukti buku Anda Bertanya Islam Menjawab dan beberapa lainnya, yang rata-rata mengalami 10 kali cetak ulang. Kini Gema sedang membangun kantor berikut percetakan barunya di Kalibata, Jakarta Selatan. Yang seperti berjalan di tempat adalah Bulan Bintang, yang kini menempati rumah tua di Kwitang, Jakarta Pusat. Penerbit yang berumur 37 tahun ini, dengan 30 karyawan, banyak mengandalkan buku laris karya Hamka, Hasbi, Zakiah Darajat, Rasjidi, yang dicetak ulang di atas 20 kali. Masa jaya Bulan Bintang, ketika pesanan instansi pemerintah membanjir, sekitar akhir 70-an, agaknya sudah lewat. Begitu pun, sampai sekarang Bulan Bintang sudah menerbitkan 600 judul. ''Dan kami tetap ada keuntungan walau sedikit,'' kata Suherman Zainuddin dari bagian pemasaran dan penjualan Bulan Bintang. Menurut Abdullah, Bulan Bintang menekankan pendalaman dalam pembahasan dan mengharap bukunya menjadi rujukan dasar. ''Kami tak ingin buku laris tapi temporer. Soal persaingan, toh yang diterbitkan sama-sama buku Islam, sama-sama menyiarkan dakwah juga,'' ujar Abdullah. Tiap jenis buku memang ada pasarnya masing-masing. Ardian Taufik Gesuri dan Ahmad Taufik (Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus