Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

3 Alasan BUMN Tak Sponsori Formula E: Proposal hingga Fokus ke G20

Staf Erick Thohir menampik kabar yang menyebut Kementerian BUMN menghambat kerja sama pemberian sponsor untuk Formula E.

4 Juni 2022 | 08.41 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menteri BUMN Erick Thohir hadir dalam acara Menteri BUMN Erick Thohir Menyapa Serikat Pekerja dan Milenial PLN di kantor pusat PLN, Jakarta, Kamis, 7 April 2022 (Sumber: PLN)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tidak adanya dukungan badan usaha milik negara (BUMN) terhadap perhelatan balap mobil listrik Formula E di Ancol, Jakarta Utara, menjadi sorotan. Kondisi ini dianggap berbeda dengan pergelaran balap mobil MotoGP di Mandalika pada kuartal akhir 2021 lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Staf Khusus Bidang Komunikasi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Arya Sinulingga, menampik kabar yang menyebut kementeriannya telah menghambat kerja sama dukungan sponsor antara perusahaan pelat merah dan penyelenggara Formula E. Staf Erick Thohir tersebut menyesalkan pernyataan beberapa pihak yang menilai BUMN tidak mendukung kegiatan balap mobil listrik internasional ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Pernyataan itu tidak benar karena tak ada kebijakan menghambat sponsorship bagi event yang dimaksud. Bahkan PT Indosat Tbk (Indosat Ooredoo Hutchison), yang sebagian sahamnya turut dimiliki BUMN, telah menjadi salah satu perusahaan yang mendukung acara tersebut,” kata Arya, kemarin, 3 Juni 2022.

Namun, ada beberapa alasan yang membuat perusahaan pelat merah tidak terlibat dalam penyelenggaraan Formula E.

  1. Proposal baru diterima sebulan sebelumnya

Arya mengatakan perusahaan pelat merah rata-rata baru menerima proposal penyelenggaraan Formula E H-1 bulan. Waktu yang pendek ini menjadi salah satu penyebab BUMN tidak menjadi sponsor dalam perhelatan balap mobil listrik tersebut.

Menurut Arya, BUMN biasanya memproses proposal perhelatan besar atau berskala internasional minimal tiga bulan sebelumnya. “Pada umumnya BUMN menerima proposal event besar berskala nasional dan internasional paling  cepat (minimal) tiga bulan sebelumnya atau bahkan setahun sebelumnya,” ujar Arya.

  1. Butuh waktu mengkaji proposal sponsor

Arya menjelaskan untuk mendukung agenda internasional, BUMN memerlukan waktu untuk melakukan proses pengkajian sponsorship.  “Termasuk juga melakukan pengkajian secara kelayakan bisnis dan model kerjasama agar memenuhi prinsip good corporate governance (GCG),” kata dia.

Arya menuturkan lama waktu pengkajian proposal antar-BUMN berbeda-beda. Proses itu disesuaikan dengan peraturan masing-masing perseroan.

  1. BUMN sedang fokus ke G20

Arya berujar Kementerian BUMN mendukung semua inisiatif untuk memajukan program industri pariwisata nasional, seperti MotoGP 2022 di Sirkuit Mandalika, Lombok. Namun, dia menyebut BUMN sekarang sedang berkonsentrasi untuk terlibat dalam perhelatan besar negara, yaitu pertemuan G20 di Bali, Oktober nanti.

Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Erick Thohir pun menyatakan hal senada. Ia menyebut BUMN kini sudah terlibat di pelbagai agenda.

"Kita partisipasi di banyak tempat, ada G20, ada juga beberapa event yang ditugaskan," kata Erick.

ANTARA

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus