Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah ancaman penyebaran virus corona, Kementerian Perdagangan akan melarang ekspor masker untuk sementara. Larangan itu diberlakukan untuk mengantisipasi langkanya masker di dalam negeri menyusul terkonfirmasinya pasien positif COVID-19 di Indonesia.
"Kemudian kita juga akan terbitkan larangan sementara produk masker untuk menjamin kebutuhan dalam negeri," kata Menteri Perdagangan Agus Suparmanto saat konferensi pers di Gedung Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat 13 Maret 2020.
Agus menjelaskan, Kemendag melarang ekspor masker sementara guna menjaga stok masker dalam negeri, karena saat ini memang sangat dibutuhkan. Apalagi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah menetapkan virus corona (Covid-19) sebagai pandemi global sejak Rabu, 11 Maret 2020. "Sementara kita buatkan peraturan untuk tidak mengekspor," ucap Agus
Selanjutnya Agus mengatakan, bahwa aturan ini akan berlaku hingga stok masker bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun ia tak mengungkapkan larangan ini akan diberlakukan. "Nanti kalau stok lebih kota buka lagi," tuturnya.
Sebagai informasi, penyebaran virus corona di Indonesia telah mencapai 34 kasus. Juru bicara Pemerintah untuk penanggulangan virus corona atau COVID-19, Achmad Yurianto, menyatakan 3 pasien positif corona dinyatakan telah sembuh setelah tes terakhir negatif.
Dari 34 kasus itu, 8 pasien corona terjangkit dari klaster Jakarta. Sedangkan sebanyak 19 kasus lainnya merupakan imported case (terjangkit setelah pulang dari luar negeri) dan 1 kasus tercatat berasal dari klaster ABK Diamond Princess.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir sebelumnya mengklaim bahwa sejumlah perusahaan negara bersiap memproduksi 6 juta masker mulai April 2020. Pernyataannya ini disampaikan di tengah kelangkaan masker yang saat ini terjadi di pasaran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Hanya dari BUMN saja, 6 juta, bahan bakunya masih ada,” kata kata Erick saat ditemui di Bandara Soekarno Hatta, Banten, Rabu, 11 Maret 2020. Tapi, Erick tidak menjelaskan BUMN apa saja yang bakal memproduksi masker sebanyak itu.
Erick hanya mengatakan Indonesia masih terus mencari bahan baku untuk produksi masker dalam negeri. Eropa disasar menjadi pasar impor bahan baku masker untuk menggantikan Cina.Belakangan, penyebaran virus corona di Eropa semakin meluas. “Ya kami mesti cari dari India atau yang lain,” kata dia.
Produksi masker secara masif ini untuk mengatasi kelangkaan dan tingginya harga di pasaran akibat virus corona. Pekan lalu di Pasar Glodok, Jakarta, harga masker jenis Nexcare isi 50 tembus Rp 850 ribu per kotak. Lalu, Sensi seharga Rp 450 ribu, dan Accurate Rp 400 ribu.
EKO WAHYUDI | FAJAR PEBRIANTO