Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pegiat Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori meragukan ambisi pemerintah menyetop impor gula konsumsi pada tahun depan. Pasalnya, stok gula konsumsi akan kritis pada masa transisi giling sekitar Juni hingga September 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tahun depan, pemerintah membidik produksi gula konsumsi mencapai 2,58 juta ton. Angka ini naik dari produksi tahun ini yang diperkirakan mencapai 2,46 juta ton. Adapun stok akhir tahun ini yang akan menjadi stok awal tahun depan yakni sebesar 1,47 juta ton. Khudori memperkirakan, stok 1,47 juta ton itu hanya cukup memenuhi kebutuhan selama 6 bulan atau sampai Juni 2025. Sedangkan musim giling tebu pabrik gula dalam jumlah kecil baru mulai pada Mei 2025 dan dalam jumlah besar mulai pada bulan berikutnya. Musim giling biasanya berlangsung sampai Oktober atau November.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gula hasil giling tebu juga memerlukan waktu untuk masuk ke pasar. Khudori mengatakan, waktu yang diperlukan gula untuk masuk kepasar bisa setengah sampai satu bulan. “Kalau pemerintah tetap tabah dengan stok yang ada, titik kritisnya di situ,” ujar penulis buku Gula Rasa Neoliberalisme ini saat dihubungi Tempo, Selasa, 24 Desember 2024.
Dengan stok awal itu, Khudori mengatakan persediaan gula konsumsi pada Mei akan tinggal sedikit dan hanya cukup untuk setengah bulan untuk memenuhi kebutuhan pada Juni. Sementara, produksi dari dalam negeri belum begitu besar dan butuh waktu.
Agar persediaan gula konsumsi aman, Khudori mengatakan pemerintah perlu menambah stok untuk satu hingga dua bulan. Dalam hitungannya, tambahan stok itu cukup sebesar 450 ribu ton. Namun, pemerintah harus terpaksa mengimpor gula konsumsi untuk menutup kekurangan itu.
Dalam jumpa pers di Graha Mandiri, Jakarta, Senin, 9 Desember 2024, Menteri Kooordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan alias Zulhas menyebut tahun ini produksi mencapai 2,4 juta ton, atau naik 200 ribu ton dari tahun lalu. Tahun depan, ia memperkirakan produksi akan menyentuh 2,6 juta ton.
Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) ini mengatakan pemerintah akan terus meningkatkan produksi gula melalui pengembangan bibit, pembaruan manajemen perkenunan, dan kerja sama dengan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).