Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Minyak, di tengah bumi yang kian tua, menjadi semakin berharga. Tak mengherankan bila Pertamina bernafsu melipatgandakan cadangan bahan bakar dari fosil ini. Puluhan lapangan gas dan minyak, yang selama ini dimiliki perusahaan asing, jadi incaran. Jurus andalan yang kini sedang digeber: akuisisi. Ambil alih sumur produktif.
Pedang diayunkan cukup agresif. Tahun ini Inpex Jawa Limited sudah di tangan Pertamina. Inpex, perusahaan minyak asal Jepang, memiliki 7,25 persen saham blok lepas pantai utara Jawa Barat dan 13 persen blok lepas pantai tenggara Sumatera melalui Inpex Sumatera Ltd.
Tahun lalu, saham BP West Java Limited diborong senilai US$ 280 juta (sekitar Rp 2,53 triliun). Walhasil, kini Pertamina memegang 53,25 persen saham blok lepas pantai utara Jawa Barat.
Masih ada dua lusin blok sumur minyak dan gas bumi yang ada dalam daftar antrean. Total, Pertamina menyiapkan dana Rp 10,2 triliun untuk proses akuisisi. Targetnya, "Kami ingin mencapai produksi satu juta barel minyak pada 2015," kata Karen Agustiawan, Direktur Utama Pertamina, kepada Tempo beberapa waktu lalu.
Jurus akuisisi, menurut Karen, adalah ancang ancang menyambut lonjakan harga minyak. Ketika perekonomian dunia pulih, konsumsi minyak dunia dipastikan menanjak. Menurut perkiraan Badan Energi Internasional (IEA), konsumsi minyak global tahun depan mencapai 88,1 juta barel per hari. Angka ini meningkat tipis dibanding tahun ini yang 86,94 juta barel.
Memang, laju peningkatan tak terlalu signifikan lantaran pemulihan ekonomi global masih berjalan lamban.
Harga emas hitam tahun depan juga diperkirakan sedikit menanjak. Tahun ini rata rata harga minyak mentah dunia adalah US$ 80 per barel. Tahun depan, sampai Maret, IEA memperkirakan harga minyak mentah ringan West Texas Intermediate menjadi US$ 83 per barel. Secara bertahap harga akan menanjak di kisaran US$ 87 per barel pada kuartal keempat. "Kenaikan ini cukup moderat mengingat stok dunia masih cukup banyak," kata Maizar Rahman, mantan Gubernur Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) Indonesia.
Kenaikan permintaan minyak dunia, meskipun tidak luar biasa, datang dari berbagai penjuru. Tahun depan, Cina bakal menambah permintaan minyak 5 persen, Timur Tengah 2,7 persen, Amerika Latin 2,4 persen, Amerika Utara 1 persen, dan negara negara Asia lain 2 persen. Para produsen OPEC dan non OPEC akan memasok kebutuhan dunia masing masing 400 ribu barel per hari.
Nah, di tengah tren kenaikan konsumsi dan harga minyak, Pertamina mesti bersiap. Jurus akuisisi diharapkan mendongkrak produksi. Hitungannya, blok lepas pantai di utara Pulau Jawa bisa menambah produksi 2.200 barel dan 15,3 juta kaki kubik gas per hari. Lalu, blok lepas pantai di selatan Sumatera bakal menyumbang produksi 5.200 barel dan 9 juta kaki kubik gas setiap hari.
Saat ini total produksi minyak dari blok di utara Jawa Barat mendekati 28 ribu barel per hari. Tahun depan produksi di wilayah ini digenjot sampai 31 ribu barel minyak per hari.
Upaya mengerek produksi juga dilakukan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (BP Migas). Targetnya, tahun depan produksi total mencapai 975 ribu barel per hari. Strateginya: memfasilitasi pihak ketiga-misalnya perusahaan jasa minyak dan gas Schlumberger untuk mengoptimalkan ladang minyak. "Ini perlu karena biasanya raksasa minyak seperti Conoco Philips, Chevron, atau Exxon Mobil Oil, segan mengelola ladang kecil," kata Kepala BP Migas Priyono. "Alasannya, tidak ekonomis." Uluran fasilitas diharapkan bisa memacu perusahaan untuk mengelola ladang kecil.
BP Migas membuka peluang bagi Schlumberger, juga perusahaan lain, untuk membuat kesepakatan bisnis demi optimalisasi ladang minyak. Jurus semacam ini terbukti sukses di Malaysia, yakni sanggup menggenjot produksi 15 20 ribu barel per hari. "Tahun depan kami akan mencoba mengadopsi langkah yang sama di sini," kata Priyono.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo