Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ancaman terhadap segitiga biru

Tepung terigu, kini, tak lagi dimonopoli bogasari. setelah pemerintah mengumumkan deregulasi juni 1993, membebaskan tepung terigu dari daftar negatif investasi (dni). investor dipersilahkan memproduk terigu, asalkan 65% untuk ekspor.

19 Juni 1993 | 00.00 WIB

Ancaman terhadap segitiga biru
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
MONOPOLI tepung terigu, yang selama dua dasawarsa dikuasai oleh Bogasari Flour Mills, kini sudah tamat. Deregulasi Juni 1993 membebaskan terigu dari kungkungan daftar negatif investasi (DNI). ''Investasi di bidang tepung terigu secara resmi sudah dibuka,'' kata Menteri Sanyoto Sastrowardoyo kepada TEMPO. Menurut Sanyoto, sebetulnya tepung terigu bukanlah lahan investasi yang tertutup. Hanya saja, bagi pemilik modal di dalam negeri yang mau memasuki lahan ini lumayan berat persyaratannya, yakni wajib mengekspor 65%. Memang ada juga pabrik tepung terigu lain, yakni PT Berdikari di Ujungpandang. Tapi manajemen perusahaan yang komisaris utamanya Bustanil Arifin itu belakangan diambil alih Bogasari. Praktis Bogasari memasok 85% kebutuhan tepung terigu di dalam negeri. Impor biji gandum selama ini resminya memang dipegang Bulog, begitu pula untuk distribusinya. Tapi pengapalan impor biji gandum juga memakai armada Bogasari. Ada tiga kapal bulk yang mampu mengangkut 100.000 ton biji gandum dari Amerika Serikat, Kanada, dan Australia, menuju dermaga milik Bogasari di Tanjungpriok (Jakarta) dan Tanjungperak (Surabaya). Bulog tinggal memungut fee dari Bogasari. Toh Sanyoto menyangkal adanya monopoli. ''Saya memberi persetujuan baru untuk tiga pabrik tepung terigu di Cilacap, Medan, dan Surabaya,'' ungkap Ketua BKPM ini. Investor baru itu berasal dari kelompok ABC, Roda Mas, dan Citra Lamtorogung. Sekali waktu kelak mereka tentu akan menggoyahkan dominasi Bogasari, kerajaan bisnis yang selama ini menopang konglomerat Liem Sioe Liong, Djuhar Sutanto, Sudwikatmono, dan Ibrahim Risjad itu. Diresmikan Presiden Soeharto, 22 tahun silam, Bogasari semula ditugasi menyediakan jenis makanan pokok lain bagi perut orang Indonesia, agar tak melulu makan beras dan gaplek. Investasi awalnya sekitar Rp 2,2 miliar. ''Karena berbagai pertimbangan strategis, permohonan kami mendirikan Bogasari langsung direstui Presiden,'' ujar Su- dwikatmono, mengenang pendirian pabrik tepung terigu itu. Bogasari yang berlogo ''Segitiga Biru'' segera tumbuh menjadi raksasa. Pabriknya di Tanjungpriok, Jakarta, mampu mengolah 5.500 ton biji gandum sehari. Yang di Surabaya berkapasitas 3.500 ton per hari. Belum lagi produk sampingan, seperti bran dan pollard, yang bisa dipakai untuk makanan ternak. Soal memasarkan produksinya yang kini mencapai dua juta ton setahunnya tak ada masalah karena sejak semula dijamin oleh Bulog. Bagaikan air mengalir deras, begitulah laba yang mengalir ke kas Bogasari selama ini. Kata pakar ekonomi, rente ekonominya sudah tak terhitung lagi. ''Setiap laba selalu kami reinvestasi. Yang dinikmati hanya bonusnya,'' kata Sudwikatmono. Usaha Bogasari lalu melebar ke berbagai produk berbahan baku terigu, seperti PT Indo Food Jaya Raya, PT Sarimi Asli Jaya, PT Sanmaru Foods Manufacturing Co. Ltd., PT Sarida Perkasa, dan PT Arya Andalan Agung. Tahun lalu Bogasari diakuisisi pabrik semen PT Indocement yang juga milik kelompok Liem dengan nilai Rp 829 miliar. Kini, dengan masuknya tiga investor tepung terigu itu, iklim pasar jelas berubah. Namun Sudwikatmono yakin, ''Harga terigu mereka tentu lebih tinggi.'' Ardian Taufik Gesuri dan Nunik Iswardhani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus