Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah lukisan yang menggambarkan sosok manusia memegang kepala burung merpati, digantung terpisah dari lukisan lain, di sebuah dinding merah di ruang serbaguna, Museum Nasional. Sang pelukis, Anagard, menamai lukisannya tersebut “Welcome Perdamaian, Goodbye Kedengkian.” Pesannya sederhana, yaitu mengajak masyarakat untuk bertoleransi dan menerima keberagaman suku, kebudayaan, dan kepercayaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sang perupa mengatakan, lukisan ini terinspirasi dari Bukit Rhema di Magelang, Jawa Tengah. Di sana, terdapat sebuah gereja berbentuk burung merpati yang sempat digunakan syuting adegan Cinta dan Rangga pada film Ada Apa Dengan Cinta 2. Bagi Anagard, Bukit Rhema menegaskan prinsip berbeda-beda tetapi tetap satu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sebagai perupa profesional, saya ingin bebas mengekspresikan perlunya kesadaran dan apresiasi terhadap keberagaman,” kata pria asal Padang, Sumatera Barat dalam keterangannya pada pembukaan pameran UOB Painting of the Year di Museum Nasional, Jakarta, Kamis, 17 Oktober 2019.
Lewat karya dan pesan ini, Anagard mampu memikat hati dewan juri sehingga Ia dipilih menjadi yang terbaik dalam ajang tersebut, dari 50 finalis terpilih.
Salah satu anggota dewan juri, Agung Hujatnikajennong mengatakan, ada kecenderungan dari seniman bahwa sebuah karya harus mewakili sebuah pesan atau representasi. “Nah, kami diskusi representasi apa yang paling mendesak untuk disampaikan, di bidang lingkungan, gender, dan sosial politik,” kata kurator lepas yang juga Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.
Selain mewakili representasi tertentu, Agung juga ada kecenderungan perupa untuk menghasilkan karya yang tidak terpaku pada metode dan bahan konvensional. Bahan sehari-hari seperti benang hingga cat semprot, mulai digunakan. Seperti itu pula karya Anagard. “Dengan menggunakan teknik stensil pada aluminium yang unik, perupa ini telah menarik perhatian kami pada isu sosial yang membentuk masyarakat hari ini,” ujarnya.
Cerita ini merupakan salah satu bagian dari UOB Painting of The Year 2019 yang dihelat PT Bank UOB Indonesia untuk kesembilan kalinya sejak 2011. Head of Corporate Communications and Customer Advocacy, Bank UOB Indonesia, Maya Rizano, mengatakan, ajang pemilihan dan pameran lukisan yang digelar sampai 31 Oktober 2019 ini, merupakan komitmen dari perusahaannya untuk mendukung panggung seni di Indonesia. “Ini momen kebanggan kami, hampir 1 dekade,” kata dia.
Maya mengatakan, ajang yang sama sebenarnya sudah diadakan di tingkat ASEAN sejak 1982. Namun, baru pada 2011 Indonesia ikut bergabung. Sehingga, para pemenang UOB Painting of The Year 2019 ini akan mewakili Indonesia, bersaing dengan karya lain dari Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Terakhir pada 2018, pelukis Indonesia menjadi yang terbaik di ASEAN, yaitu lukisan berjudul “Angst” dari Shuvi Widyanto.
Anggota dewan juri lainnya yang juga seorang kritikus budaya, Nirwan Dewanto, mengapresiasi komitmen Bank UOB Indonesia yang rutin menggelar pameran seni lukis ini. Bagi dia, ajang yang dilakukan UOB sudah memenuhi kriteria yang sangat baik, karena menggantungkan kualitas kompetisi pada argumen dewan juri. “Nilai sebuah kompetisi itu ada pada pendapat dewan juri,” ujarnya.
Kualitas pameran yang cukup baik inilah yang membuat Nirwan berkali-kali memuji Bank UOB Indonesia. Terlebih, kata dia, saat ini sudah sangat jarang dilakukan kompetisi seni lukis, tidak seperti zaman dahulu. “Sekarang mungkin tinggal Painting of The Year ini, jadi Bu Maya jangan berhenti, karena ini sangat penting bagi perkembangan seni rupa Indonesia,” kata dia.
Meski begitu, sebagai sebuah entitas bisnis, Maya membenarkan perusahaannya memandang karya seni lukis sebagai sebuah bentuk investasi bagi nasabah mereka. Itu sebabnya, melalui UOB Painting of The Year, Bank UOB berkomitmen untuk berdiskusi dan memberikan saran bagi nasabah mereka bahwa lukisan juga bisa menjadi aset di masa depan. “Kami berikan advice bahwa lukisan adalah salah satu alternatif investasi,” kata dia.