Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Belajar dari Roosevelt

29 November 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GAGASAN membangun ekonomi melalui sektor infrastruktur bukan barang baru. Ide itu pernah diterapkan Franklin Delano Roosevelt setelah diangkat sebagai Presiden Amerika Serikat pada November 1932. Roosevelt meluncurkan program New Deal untuk menghalau depresi yang melibas Amerika.

"Saya berjanji kepada Anda, saya berjanji kepada diri sendiri, sebuah kesepakatan baru (new deal) bagi rakyat Amerika," kata Roosevelt ketika itu. Untuk membuktikan kesungguhannya, Presiden Amerika Serikat ke-32 itu memperkenalkan tradisi evaluasi 100 hari awal masa pemerintahan.

Roosevelt dilantik ketika perekonomian Amerika hampir karam, dan puncaknya ditandai angka pengangguran 24,9 persen pada 1933. Pada 1925-1929, tingkat pengangguran di Amerika hanya 2-4 persen. Sektor moneter juga meriang. Simpanan masyarakat di bank tergerus US$ 2 miliar sejak 1929. Pada saat yang sama, jumlah uang beredar susut hingga 31 persen.

Depresi Amerika diawali rontoknya bursa saham menjelang akhir 1929. Gonjang-ganjing di bursa itu tak lepas dari berpacunya ekonomi Amerika, seusai Perang Dunia I. Pemerintah yang percaya pada sistem pasar bebas melepas berbagai jurus deregulasi. Tarif pajak terus dipangkas.

Dengan aturan minim, pasar saham berlari tak terkendali. Pada masa pemerintahan Presiden Calvin Coolidge, yang diangkat pada 1923, bursa saham Amerika berulang kali memecahkan rekor kenaikan indeks. Dalam tempo 16 bulan hingga akhir September 1929, harga saham naik 40 persen. Coolidge merupakan presiden yang terkenal dengan perkataan "American business is business".

Enam bulan sebelum bursa ngadat total, gejala pecahnya gelembung bursa mulai muncul. Persediaan barang menumpuk tiga kali lipat dibanding 1928?tanda anjloknya daya beli masyarakat. Penjualan mobil turun hingga sepertiga dalam sembilan bulan pertama sebelum crash. Kehancuran di pasar modal dimulai pada 24 Oktober, dan mencapai puncaknya pada 29 Oktober. Total kerugian pasar modal selama Oktober 1929 sedikitnya US$ 16 miliar.

Yang kemudian terjadi adalah depresi. Roosevelt menawarkan pembangunan berbagai infrastruktur, salah satu agenda New Deal, untuk mengatasi depresi. Tentu masih ada sederet resep New Deal lain, seperti penghematan belanja rutin pemerintah. Di sektor keuangan, Roosevelt memberlakukan aturan jual-beli saham yang jauh lebih ketat. Asuransi dana pihak ketiga perbankan diperkenalkan pada masa itu.

Civilian Conservation Corps (CCC) merupakan program pembangunan infrastruktur New Deal yang dianggap paling berhasil. Inilah proyek pembangunan infrastruktur yang berfokus pada konservasi lingkungan. Para peserta proyek CCC dilibatkan dalam agenda menghijaukan kembali hutan. Mereka juga membantu merawat, termasuk memanen, tanaman di hutan milik pemerintah federal dan negara bagian.

Target proyek ini adalah kaum muda berusia 18-25 tahun. Sekitar dua juta kaum muda Amerika tergabung dalam proyek yang berbau semimiliter ini. Tiap peserta dibayar US$ 30 per minggu. Mereka dilibatkan dalam pembangunan tak kurang dari 41 ribu jembatan, lebih dari 44 ribu gedung, tiga bendungan, dan konservasi tanah seluas empat juta hektare.

Appalachian Trail dan Pacific Crest Trail merupakan contoh proyek CCC yang masih berfungsi hingga kini. Kedua proyek itu dimulai pada 1937. Appalachian Trail merupakan jalan mendaki sepanjang 2.159 mil yang menghubungkan Katahdin, Maine, dengan Springer Mountain di Negara Bagian Georgia. Pacific Crest merupakan proyek sejenis yang dibangun di Negara Bagian California.

Hingga kini sebagian besar masyarakat Amerika menganggap New Deal berhasil mengatasi depresi. Tapi para penganut pasar bebas tak sepenuhnya percaya. Sejarawan Jim Powell, misalnya, meyakini Amerika akan lebih cepat membaik tanpa New Deal. Dari kubunya sendiri, mereka yang percaya dengan saktinya intervensi negara, Roosevelt juga menuai kritik. Ia dianggap plin-plan ketika mencoba menyeimbangkan pemberian stimulus dengan defisit anggaran. Proyek pembangunan infrastruktur, seperti Work Progress Administration, juga dirundung praktek korupsi.

Kenyataannya, depresi di Amerika berakhir setelah negara itu menceburkan diri dalam Perang Dunia II, pada 1939. Ketika itu Amerika menganggarkan US$ 1 miliar untuk belanja peralatan tempur. Itulah stimulus yang meningkatkan PDB Amerika hingga 7,9 persen, sekaligus memangkas angka pengangguran hingga tersisa 17,2 persen.

Thomas Hadiwinata

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus