Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Timika - Pemerintah tengah memutar otak agar Perum Badan Urusan Logistik bisa mengeluarkan stok beras dari gudang sehingga perseroan bisa segera menyerap beras anyar dari petani.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Soal beras kami malah lebih memikirkan bagaimana Bulog bisa mengeluarkan berasnya melalui penjualan," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat siang, 3 Mei 2019.
Salah satu upayanya, pemerintah bakal mengatur agar sebagian dari Bantuan Pangan Non Tunai atau BPNT akan disuplai oleh Bulog. Misalnya saja untuk penyaluran di pulau Jawa yang ongkosnya tidak terlalu tinggi. Dengan demikian perusahaan pelat merah itu bisa melepas stoknya dan membeli yang baru.
Saat ini, kata Darmin, Bulog memang belum memiliki saluran untuk menggelontorkan stoknya. Sebelumnya, perusahaan pelat merah itu terbantu dengan menyalurkan beras melalui program Beras Sejahtera atau rastra.
Melalui program tersebut, Darmin menyebut Bulog bisa menyalurkan hampir tiga juta ton beras per tahun. "Sekarang enggak ada dia dipakai untuk itu, karena ngasihnya non tunai," katanya.
Oleh karena itu, menurut Darmin, pemerintah kini sedang mengevaluasi penyaluran beras ke sejumlah daerah, meski bukan untuk seluruh Indonesia. "Bisa di beberapa daerah dan tetap non-tunai, tapi beras Bulognya masuk untuk dibeli masyarakat."
Badan Pusat Statistik (BPS) dalam rilis terbarunya mencatat adanya penurunan harga gabah dan beras selama April 2019. Menurut data teranyar tersebut, harga gabah kering panen melorot 5,37 persen dibanding bulan sebelumnya.
Selama April, harga beras kualitas premium di penggilingan dilepas dengan harga rata-rata Rp 9.465 per kilogram. Ketimbang Maret lalu, harga beras ini turun 3,56 persen.
Kepala BPS, Suhariyanto menjelaskan, turunnya harga beras dipengaruhi oleh faktor panen raya. Pada 2019 ini, puncak panen raya bergeser pada April. Tren harga beras pada musim panen bulan April ini menjadi salah satu penyumbang deflasi. Menurut data teranyar BPS, harga beras memberi andil deflasi 0,06 persen.