Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), Sutarto Alimoeso, angkat bicara soal beras langka di gerai retail modern.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Penyebab utama dimulai dari ketersediaan gabah yang terbatas—menyulitkan penggilingan padi untuk memperoleh gabah—karena turunnya produksi," kata Sutarto lewat WhatsApp kepada Tempo, Ahad, 18 Februari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mengiyakan bahwa penggilingan padi sulit mendapatkan gabah. Selain karena belum terjadi panen raya, ujar dia, hal ini diperparah dengan persaingan usaha yang tidak sehat antara penggilingan padi besar dan kecil.
Lebih lanjut, Sutarto memperkirakan kapan penggilingan padi akan kembali memperoleh pasokan gabah secara normal, meski tak menjawab secara gamblang
"Pasokan gabah pada akhir Maret atau awal April relatif cukup banyak," tutur Sutarto.
Selanjutnya: Selain karena penggilingan susah memperoleh....
Selain karena penggilingan susah memperoleh gabah, Sutarto menyebut masalah rantai pasok dari hulu ke hilir yang tidak pernah selesai juga berkontribusi pada langkanya beras.
"Ditambah lagi terjadinya El Nino," ucap Sutarto.
Sebelumnya, Direktur Utama Perusahaan Umum atau Dirut Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, mengatakan Bulog berupaya menangani kelangkaan pasokan beras. Per 12 Februari 2024, Bulog telah menyalurkan 4.000 ton beras merek SPHP ke sejumlah retail, PT Food Station Tjipinang Jaya, serta Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC).
Bayu menuturkan, Bulog juga telah menyalurkan beras SPHP ke sejumlah retail di Jakarta. Rinciannya, Hypermart sebanyak 40 ton, Ramayana 50 ton, Lotte 10 ton, Alfamart 30 ton, Indomaret 50 ton, dan Indogrosir 40 ton.
AMELIA RAHIMA SARI | RIANI SANUSI PUTRI
Pilihan Editor: Subsidi BBM Ramai Dibicarakan, Berapa Anggaran yang Dialokasikan Pemerintah Tahun Ini?