BISNIS perhotelan bagai mendapat peluang emas. Gerhana matahari
total yang akan melintasi sebagian wilayah selatan Indonesia, 11
Juni nanti, diharapkan memancing tamu asing. Maka sebagian hotel
di daerah lintasan gerhana mulai berbenah sejak dini. Dan
menaikkan tarif.
Ambarukmo, hotel berbintang empat di Yogya, memasang tarif
US$110 untuk kamar yang biasanya bertarif US$61. "Mumpung ada
kesempatan," kata Cuk Sutoyo, kepala humas hotel dengan 248
kamar itu.
Langkah serupa diambil Hotel Simpang, nomor dua di Surabaya.
Khusus untuk tamu gerhana, hotel bertingkat tujuh dengan 128
kamar itu menaikkan tarifnya 30%. Pada hari biasa, tarif di sini
berkisar antara US$ 55 dan US$ 64. Belum termasuh pajak 10%, dan
servis.
Di Semarang, kenaikan tarif bergerak sekitar 20-35%. Tetapi di
Tuban, Jawa Timur, Hotel Purnama menaikkan tari sampai 300%.
Berlaku tiga hari, mulai sehari sebelum gerhana, sampai sehari
sesudahnya. Pada hari biasa, hotel yang terletak di tepi laut
ini bertarif antara Rp 5.500 - Rp 25.000.
Kesempatan menaikkan tarif tidak dilewatkan pula oleh para
pengusaha penginapan di Pantai Pananjung, Kecamatan Pangandaran,
Kabupaten Ciamis, Jawa Barat Desa ini yang pertama kali akan
tersentuh gerhana, tepat pukul 09.49. Di desa wisata seluas 17
ha ini - 7 ha di antaranya cagar alam - terdapat 40 penginapan,
dcnga kapasitas 300 kamar. Pada hari biasa tarif kamar antara
Rp 3.500 - Rp 10.000. Bungal, dengan dua kamar tidur, ruang tamu
da ruang makan Rp 22.500 semalam. Untuk gerhana nanti, tarif itu
naik dua kali.
Alasan untuk menaikkan tarif mernan. tidak seluruhnya ditimpakan
kepada gerhana. Winita Sulaeman, manajer Hotel Ibis, Puri,
Semarang, bahkan menyebut-nyebub. "perkembangan inflasi tahun
lalu", yang menurut perhitungannya mencapai 23 "Sehingga sejak
Januari, kami menaihka tarif 20%," katanya. Dibya Puri, hot
berbintang dua dan tertua di Semaran it kini milik Ditjen
Pariwisata.
Karamoi, manajer Hotel Patra Jasa Semarang, juga tidak setuju
kenaikan tarifnya dihubungkan dengan gerhana. "Kami dan teman
seprofresi umumnya menaikkan tarif setahun sekali," katanya.
"Kebetulan saja sekarang bertepatan dengan paket gerhana."
Akan halnya Ambarukmo, Cuk Sutoyo menyebut kenaikan tarifnya
"sudah merupakan konsensus PHRI." Keterang ini dibenarkan Sani
Soemakno, ketua umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia
(PHRI). "Kenaikan itu masih dalam tingkat yang wajar," katanya
kepada TEMPO pekan lalu.
Tingkat kenaikan 100% konon terutama dilakukan hotel berbintang
tiga dan empat. Rata-rata akan mengutip US$ 100 sampai US$ 125
per malam untuk suite room. "Masih bisa ditoleransi, karena
tidak melebihi sewa kamar hotel tingkat yang sama di Singapura,
bahkan jauh di bawah Jepang," kata Sani.
Apalagi lampu hijau sudah dinyalakan Achmad Tahir, Menteri
Pariwisata, Pos & Telekomunikasi. "Selama kenaikan itu masih
bisa dijangkau turis, kita tidak akan melarangnya," ujar menteri
kepada Marah Sakti dari TEMPO, pekan lalu. Lalu bagaimana dengan
berita pembatalan kunjungan sejumlah turis asing ke Jawa,
lantaran kenaikan tarif hotel ini? "Kami belum mendapat
laporan," sahutnya.
Di Jawa Tengah dan Timur, menurut PHRI tercatat 4.09i kamar
hotel berbintang satu ke atas. Masih ada ribuan kamar losmen,
penginapan, dan wisma, yang bukan anggota PHRI. Sekitar 80%
kamar hotel tadi sudah dipesan untuk Juni, saat gerhana matahari
berlangsung.
Tamu yang akan datang diperkirakan sekitar 20 ribu. "Separuhnya
saja datang kita bakal kewalahan, saking terbatasnya fasilitas
kamar dan transportasi," kata Gatot Iskandar, sekjen PHRI.
Karena itu organisasi ini memahami tindakan pemilik hotel yang
menaikkan tarif.
Kenaikan tarif konon dimanfaatkan pula untuk menutupi
kekosongan selama ini. Ambarukmo, misalnya, selama ini paling
tinggi terisi 40%. Kini seluruh kamarnya sudah dipesan.
Sekitar 429 ilmuwan - dari Jepang, Prancis, Swiss, dan negeri
Eropa lainnya - memilih meninap di hotel itu. Permintaan masih
mengarir. "Tetapi terpaksa kami tolak," kata Cuk Sutoyo.
Di Hotel Simpang, 50 kamar sudah dipesan biisanya dicadangkan
untuk langganan tetap. Simpang memetik keuntungan lainya
rombongan dari Inggris, sekitar 200 orang, memilih hotel ini
sebagai tempat pertemuan.
Tidak semua hotel tergoda menaikkan tarif. Hyatt Bumi Surabaya,
misalnya, tidak bergeming. "Tarif kami sudah diatur secara
internasional, belum ada perintah kenaikan menghadapi gerhana,"
ujar Peggy Limanseto, ptblic relations manager Hyatt.
Memiliki 268 kamar, tahun lalu hotel ini rata-rata erisi
70-80%, 0% di antaranya tamu asing. Untuk Juni nanti, sudah 106
kamar Hyatt dipesan tamu berbagai negara.
Di Salatiga, Jawa Tengah, "kami diimbau tidak mengambil
keuntungan dari gerhana," ata Toha, wakil manajer Hotel
Beringin, berbintang satu. Tetapi Beringin menambahkan 10
kamar pada 29 kamarnya yang sudah ada. Untuk tanggal 7 sampai
11 Juni, 100 turis dan ilmuwan Kanada memesan kamar di Beringin.
Hotel tanpa AC ini memasang tarif antara Rp 3.000-Rp 25.000.
Sementara itu, Biro Perjalanan Tunas Indonesia akan membangun
Bambo City di Desa Ngloran, Cepu, Jawa Tengah. Siap menampung
6.000 wisatawan, rumah berdinding bambu beratap ijuk akan
dilengkapi sarana akomodasi, dan telekomunikasi secukupnya.
Sudah 2.000 tamu mendaftarkan diri, sebagian besar dari AS. Di
antaranya terdapat orang NASA.
Dalam menentukan lokasi, "kami bekerja sama dengan LIPI dan
Direktorat Meteorologi dan Geofisika," kata Jono Lesmana
pimpinan Tunas Indonesia Yogya. Untuk tinggal 3 hari 2 malam di
lokasi ini, tamu dikenakan bayaran US$ 297. Dapat makan tiga
kali, dan tempat pengamatan gratis. Untuk konsumsi, Tunas
bekerja sama dengan Kentucky Fried Chicken, dan Coca Cola.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini