Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Berbagai rezeki batara kala

20 ribu turis asing diperkirakan akan datang ke indonesia untuk menyaksikan gerhana matahari (juni), hotel-hotel di garis lintasan gerhana memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menaikkan tarip. (eb)

26 Maret 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BISNIS perhotelan bagai mendapat peluang emas. Gerhana matahari total yang akan melintasi sebagian wilayah selatan Indonesia, 11 Juni nanti, diharapkan memancing tamu asing. Maka sebagian hotel di daerah lintasan gerhana mulai berbenah sejak dini. Dan menaikkan tarif. Ambarukmo, hotel berbintang empat di Yogya, memasang tarif US$110 untuk kamar yang biasanya bertarif US$61. "Mumpung ada kesempatan," kata Cuk Sutoyo, kepala humas hotel dengan 248 kamar itu. Langkah serupa diambil Hotel Simpang, nomor dua di Surabaya. Khusus untuk tamu gerhana, hotel bertingkat tujuh dengan 128 kamar itu menaikkan tarifnya 30%. Pada hari biasa, tarif di sini berkisar antara US$ 55 dan US$ 64. Belum termasuh pajak 10%, dan servis. Di Semarang, kenaikan tarif bergerak sekitar 20-35%. Tetapi di Tuban, Jawa Timur, Hotel Purnama menaikkan tari sampai 300%. Berlaku tiga hari, mulai sehari sebelum gerhana, sampai sehari sesudahnya. Pada hari biasa, hotel yang terletak di tepi laut ini bertarif antara Rp 5.500 - Rp 25.000. Kesempatan menaikkan tarif tidak dilewatkan pula oleh para pengusaha penginapan di Pantai Pananjung, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat Desa ini yang pertama kali akan tersentuh gerhana, tepat pukul 09.49. Di desa wisata seluas 17 ha ini - 7 ha di antaranya cagar alam - terdapat 40 penginapan, dcnga kapasitas 300 kamar. Pada hari biasa tarif kamar antara Rp 3.500 - Rp 10.000. Bungal, dengan dua kamar tidur, ruang tamu da ruang makan Rp 22.500 semalam. Untuk gerhana nanti, tarif itu naik dua kali. Alasan untuk menaikkan tarif mernan. tidak seluruhnya ditimpakan kepada gerhana. Winita Sulaeman, manajer Hotel Ibis, Puri, Semarang, bahkan menyebut-nyebub. "perkembangan inflasi tahun lalu", yang menurut perhitungannya mencapai 23 "Sehingga sejak Januari, kami menaihka tarif 20%," katanya. Dibya Puri, hot berbintang dua dan tertua di Semaran it kini milik Ditjen Pariwisata. Karamoi, manajer Hotel Patra Jasa Semarang, juga tidak setuju kenaikan tarifnya dihubungkan dengan gerhana. "Kami dan teman seprofresi umumnya menaikkan tarif setahun sekali," katanya. "Kebetulan saja sekarang bertepatan dengan paket gerhana." Akan halnya Ambarukmo, Cuk Sutoyo menyebut kenaikan tarifnya "sudah merupakan konsensus PHRI." Keterang ini dibenarkan Sani Soemakno, ketua umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). "Kenaikan itu masih dalam tingkat yang wajar," katanya kepada TEMPO pekan lalu. Tingkat kenaikan 100% konon terutama dilakukan hotel berbintang tiga dan empat. Rata-rata akan mengutip US$ 100 sampai US$ 125 per malam untuk suite room. "Masih bisa ditoleransi, karena tidak melebihi sewa kamar hotel tingkat yang sama di Singapura, bahkan jauh di bawah Jepang," kata Sani. Apalagi lampu hijau sudah dinyalakan Achmad Tahir, Menteri Pariwisata, Pos & Telekomunikasi. "Selama kenaikan itu masih bisa dijangkau turis, kita tidak akan melarangnya," ujar menteri kepada Marah Sakti dari TEMPO, pekan lalu. Lalu bagaimana dengan berita pembatalan kunjungan sejumlah turis asing ke Jawa, lantaran kenaikan tarif hotel ini? "Kami belum mendapat laporan," sahutnya. Di Jawa Tengah dan Timur, menurut PHRI tercatat 4.09i kamar hotel berbintang satu ke atas. Masih ada ribuan kamar losmen, penginapan, dan wisma, yang bukan anggota PHRI. Sekitar 80% kamar hotel tadi sudah dipesan untuk Juni, saat gerhana matahari berlangsung. Tamu yang akan datang diperkirakan sekitar 20 ribu. "Separuhnya saja datang kita bakal kewalahan, saking terbatasnya fasilitas kamar dan transportasi," kata Gatot Iskandar, sekjen PHRI. Karena itu organisasi ini memahami tindakan pemilik hotel yang menaikkan tarif. Kenaikan tarif konon dimanfaatkan pula untuk menutupi kekosongan selama ini. Ambarukmo, misalnya, selama ini paling tinggi terisi 40%. Kini seluruh kamarnya sudah dipesan. Sekitar 429 ilmuwan - dari Jepang, Prancis, Swiss, dan negeri Eropa lainnya - memilih meninap di hotel itu. Permintaan masih mengarir. "Tetapi terpaksa kami tolak," kata Cuk Sutoyo. Di Hotel Simpang, 50 kamar sudah dipesan biisanya dicadangkan untuk langganan tetap. Simpang memetik keuntungan lainya rombongan dari Inggris, sekitar 200 orang, memilih hotel ini sebagai tempat pertemuan. Tidak semua hotel tergoda menaikkan tarif. Hyatt Bumi Surabaya, misalnya, tidak bergeming. "Tarif kami sudah diatur secara internasional, belum ada perintah kenaikan menghadapi gerhana," ujar Peggy Limanseto, ptblic relations manager Hyatt. Memiliki 268 kamar, tahun lalu hotel ini rata-rata erisi 70-80%, 0% di antaranya tamu asing. Untuk Juni nanti, sudah 106 kamar Hyatt dipesan tamu berbagai negara. Di Salatiga, Jawa Tengah, "kami diimbau tidak mengambil keuntungan dari gerhana," ata Toha, wakil manajer Hotel Beringin, berbintang satu. Tetapi Beringin menambahkan 10 kamar pada 29 kamarnya yang sudah ada. Untuk tanggal 7 sampai 11 Juni, 100 turis dan ilmuwan Kanada memesan kamar di Beringin. Hotel tanpa AC ini memasang tarif antara Rp 3.000-Rp 25.000. Sementara itu, Biro Perjalanan Tunas Indonesia akan membangun Bambo City di Desa Ngloran, Cepu, Jawa Tengah. Siap menampung 6.000 wisatawan, rumah berdinding bambu beratap ijuk akan dilengkapi sarana akomodasi, dan telekomunikasi secukupnya. Sudah 2.000 tamu mendaftarkan diri, sebagian besar dari AS. Di antaranya terdapat orang NASA. Dalam menentukan lokasi, "kami bekerja sama dengan LIPI dan Direktorat Meteorologi dan Geofisika," kata Jono Lesmana pimpinan Tunas Indonesia Yogya. Untuk tinggal 3 hari 2 malam di lokasi ini, tamu dikenakan bayaran US$ 297. Dapat makan tiga kali, dan tempat pengamatan gratis. Untuk konsumsi, Tunas bekerja sama dengan Kentucky Fried Chicken, dan Coca Cola.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus