Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bersatu Untuk Naik Dan Beku

Sidang OPEC di Jenewa bersepakat menetapkan satu harga patokan untuk jenis alc dan akan tetap dipertahankan hingga akhir 1982. Arab Saudi berjanji akan mengurangi produksinya.

7 November 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BANYAK orang yang menyalami Sheik Ali Khalia Al-Sabah, Menteri Perminyakan Kuwait yang ganteng itu, seusai sidang istimewa OPEC yang brlangsung 29 Oktober di Hotel Intercontinental di Jenewa. Sheik Ali, salah seorang konseptor dan senior OPEC yang disegani, kabarnya telah berhasil menghimpun beda pendapat yang cukup seru di antara para anggota OPEC, untuk akhirnya menyetujui usul yang sejak lama disodorkan oleh Arab Saudi: agar OPEC mau menurunkan harganya untuk menolong kemerosotan produksi dan harga minyak akibat glut (kelebihan minyak) yang melanda pasaran internasional sejak awal tahun ini. Demikianlah, sidang istimewa yang kedua kalinya ini, sebagai kelanjutan dari sidang istimewa yang gagal mencapai kesepakatan harga pada Agustus lalu, bisa membuat banyak anggota OPEC sedikit bernapas lega. Dipimpin Presiden OPEC Dr. Subroto, Menteri Pertambangan dan Energi Indonesia, sidang telah bersepakat untuk menetapkan satu harga patokan untuk jenis Arabian Light Crude ALC) setinggi US$ 34 per barrel, berlaku paling lambat 1 November 1981, dan tetap dipertahankan hingga akhir tahun 1982. Produksi Menurun Dengan harga patokan baru yang US$ 34 per barrel itu, berarti kenaikan sebanyak US$ 2 per barrel dilakukan oleh Arab Saudi, negeri minyak yang mensuplai seperlima dari seluruh impor minyak AS. Tadinya, sejak berakhirnya sidang reguler OPEC di Bali akhir tahun 1980, juga setelah sidang tengah tahunan yang ke-60 di Jenewa akhir Mei lalu, Arab Saudi tetap saja bertahan pada harga deemed marker crude atau yang dianggap sebagai patokan harga minyak dengan batas US$ 36 per barrel. Dan menetapkan harga maksimum setinggi US$ 41 per barrel. Tapi kehebatan harga minyak OPEC itu ternyata tak berlangsung lama, akibat glut yang makin menjadijadi. OPEC yang tadinya mampu menimba sebanyak 35 juta barrel sehari, menurut catatan terakhir hanya memproduksikan sedikit di atas 20 juta barrel sehari. Dengan kata lain, produksi OPEC sekarang kurang lebih setingkat dengan produksi OPEC pada tahun 1960-an. Akan halnya glut yang diperkirakan di atas 3 juta barrel sehari itu, memang banyak penyebabnya. Selain gerakan penghematan dan pertumbuhan yang lambat di beberapa negara industri besar, produksi Arab Saudi yang mencuat sampai sekitar 10 juta barrel sehari, juga dituding sebagai biang keladi banjirnya minyak di pasaran. Maukah Arab Saudi menekan produksinya sekarang? Sehari setelah sidang istimewa yang memenangkan usul Arab Saudi itu, Sheik Zaki Yamani mengatakan negerinya bersedia menekan produksi minyak mereka kembali pada tingkat 8,5 juta barrel sehari di bulan November ini. Selama bulan Oktober saja, produksi Arab Saudi sebenarnya sudah turun sedikit, "kira-kira di atas 9 juta barrel sehari," katanya. Sampai dengan Agustus lalu, produksi rata-rata sehari minyak Arab Saudi malah mencapai di atas 10 juta barrel. Kini yang menjadi pertanyaan: Berapa besar jumlah differentals (pungutan ekstra yang antara lain disebabkan kualitas dan jarak angkut) boleh dipasang di atas harga patokan resmi yang sekarang US $ 34 per barrel? Sembari menunggu sidang reguler OPEC yang ke61 di Abu Dhabi 10 Desember, masingmasing anggota untuk sementara rupanya boleh mengajukan permintaan. Belkacem Nabi dari Aljazair akan menetapkan harga ekspor minyaknya dengan US$ 3 per barrel, sedang Nigeria yang sangat terpukul dengan membanjirnya penawaran, kini merasa bisa menjual dengan US$ 37 per barrel. Untuk harga kontrak yang sedang berjalan, Nigeria hanya menjual US$ 34,50 per barrel. Sedang Veneuela seperti dikatakan Menteri Perminyakan Hurnberto Calderon Berti, akan menggunakan dua patokan: untuk kontrak sebelum 1 November dikenakan US$ 2,50 di atas harga patokan yang US$ 34 per barrel sekarang,dan US$ 3 per barrel di atas harga patokan sekarang untuk kontrak-kontrak yang jatuh setelah 1 November. Seberapa jauh penyesuaian hargaharga minyak yang baru itu, berikut masing-masing differentials akan mampu ditelan oleh pasaran, masih harus dilihat lagi. Seperti kau Menteri Subroto, itu tak terlepas dari sikap negara-negara industri. "Kalau mereka melepaskan cadangan minyaknya masing-masing, maka minyak OPEC tak akan bertambah permintaannya," katanya. Bagi Indonesia, yang sejak sidang di Bali telah menetapkan harga rata-rata berikut differentials setinggi US$ 35 per barrel, seperti dikatakan Menko Ekuin Prof. Widjojo Nitisastro memang tak akan mengalami perubahan. Tapi yang pasti pengeluaran pemerintah akan bertambah banyak. Untuk mengimpor 100. 000 barrel minyak jenis ALC sehari, Indonesia menurut Subroto harus menambah beban biaya sebanyak US$ 200.000. Indonesia dari dulu mengimpor minyak dari Arab Saudi dan juga Kuwait untuk diolah terutama menjadi minyak tanah. Maksudnya agar bisa mengekspor minyaknya yang berkualitas tinggi lebih banyak. Kini, dengan semakin meningkatnya konsumsi bahan bakar di dalam negeri dan mungkin juga faktor lemahnya pasaran di luar negeri, produksi Indonesia sedikit menurun. Di bulan Mei atau Juni 1981, produksi minyak Indonesia masih tercatat 1,64 juta barrel sehari. Sebanyak 1,1 juta barrel disisihkan untuk diekspor. Kini produksi kabarnya menurun menjadi di bawah 1,6 juta barrel sehari. Bahkan menurut seorang yang mengetahui, mencapai 1,58 juta barrel sehari. Semua itu sedikit banyak akan berpengaruh pada APBN 1981/1982, yang memproyeksikan Pajak Perseroan Minyak akan mencapai Rp 8,5 trilyun lebih. Namun yang nampaknya memprihatinkan adalah wajah RAPBN Indonesia pada 1982/1983. Dalam buku tebal yang biasanya dibagikan kepada para pejabat tinggi sehari sebelum pidato APBN Presiden di awal setiap Januari, bisa diduga tak akan nampak angkaangka spektakuler yang masuk dari uang minyak. Setidaknya, selama tahun anggaran yang baru nanti, Indonesia harus hidup dalam harga-harga minyak yang beku.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus