BINTANG-bintang tenis kelas wahid di dunia seperti Vitas
Gerulaitis (AS) dan Ivan Lendl (Ceko) akhir pekan ini akan
bertarung di Senayan. Yang menjadi sponsor Bir Bintang. "Untuk
menyambut ulangtahun perusahaan yang ke-50," kata Tanri Abeng,
39 tahun, Pres-Dir PT Multi Bintang Indonesia.
Lebih dari itu keramaian di lapangan tenis tersebut kelihatannya
memang sengaja diadakan untuk menyambut izin go public yang
diperoleh perusahaan bir itu dari Bapepam tanggal 27 Oktober
yang lalu. Sebanyak 3,2 juta saham atau sekitar 15% dari 21 juta
saham perusahaan itu mulai ditawarkan tanggal 4 November dan
berakhir 2 minggu kemudian. Harga per lembar Rp 1.570 dengan
nilai nominal Rp 1.000.
Dengan demikian Multi Bintang Indonesia merupakan perusahaan
kedelapan yang menjual sahamnya ke masyarakat (gopublic) setelah
PT Semen Cibinong, PT BAT Indonesia, PT Caltex, PT Tifico, PT
Richardson Merrell Indonesia, Goodyear Indonesia dan PT Merck
Indonesia. Sedangkan jumlah saham yang telah dijual sekarang ini
lebih kurang Rp 40 milyar.
Keluarnya izin go public untuk Multi Bintang Indonesia itu
merupakan puncak dari berbagai usaha yang dilakukannya selama
ini untuk mengadakan perluasan. Bulan Maret yang lalu misalnya,
dia membeli perusahaan minuman ringan Prancis yang bangkrut di
Medan (PT Brasseries de I'Indonesie). Merebut lisensi untuk
pemasaran dan produksi bir hitam Guinness Stout. Kemudian
mengubah nama dari PT Perusahaan Bir Indonesia menjadi PT Multi
Bintang Indonesia. Untuk nama baru ini sendiri ia secara khusus
memesan logo yang dirancang biro reklame Landor dari AS yang
membuat logo Levi's Singapore Airlines, Lufthansa dan
macam-macam lagi.
Dari 3,2 juta saham yang ditawarkan itu Multi Bintang
mengharapkan bisa mengumpulkan modal sekitar Rp 5 milyar. Modal
baru itu akan dipergunakan untuk perluasan pabrik yang ada di
Tangerang. Dalam satu-dua bulan mendatang dari situ sudah bisa
dipasarkan bir kalengan. "Satu produk yang amat penting kalau
bir Indonesia mau diekspor," kata Tanri Abeng.
Menurut direktur berdarah Bugis dan berpendidikan AS itu, pada
tahun 1980 perusahaan untung Rp 2,7 milyar, dibandingkan hanya
Rp 1 milyar tahun sebelumnya. Tahun ini dia memproyeksikan
keuntungan Rp 4 milyar atau kenaikan sekitar 40%.
Tinggal masyarakat mau memilih yang mana. Sebab pada akhir
November perusahaan yang juga sudah berusia setengah abad akan
menjual saham pula. PT Unilever Indonesia malahan akan
memecahkan rekor penjualan saham yang diperkirakan mencapai Rp
30 milyar. Persetujuan go public untuk perusabaan multi nasional
ini akan ditentukan tanggal 16 November. Sebuah sumber
memperkirakan jumlah saham yang akan dijual meliputi 9 juta
lembar saham lebih.
Direktur Pemasaran Unilever, Philip E. Martin menyebutkan
penghasilan perusahaan itu setahun US$ 250 juta atau sekitar Rp
150 milyar. Laju pemasaran perusahaan itu diperkirakannya
sekitar 20% rata-rata per tahun sejak sepuluh tahun yang lampau.
Hasil produksi perusahaan yang merupakan cabang dari Unilever
N.V. di Negeri Belanda dan Unilever Ltd. dari Inggris ini
meliputi 200 macam barang barang konsumsi. Lux, Rinso,
Pepsodent, Blue Band merupakan produknya yang paling berakar.
Menurut Yamani Hasan, Ketua Dewan Direksi PT Unilever,
penambahan modal yang diharapkan datang dari masyarakat itu akan
dipergunakan untuk memperluas dan memodernisasi pabrik-pabriknya
yang ada di Jakarta dan Surabaya.
Di kawasan Industri Rungkut Surabaya, Unilever sedang
mempersiapkan pabrik kosmetika yang akan berproduksi akhir tahun
1982. "Keseluruhan perluasan dan modernisasi yang direncanakan
akan memakan biaya sebanyak US$ 104 juta," kata Yamani.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini