Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

BI Turunkan Suku Bunga Acuan, Menteri Darmin: Bagus

Penurunan suku bunga dinilai sebagai peluang dan hal positif bagi sektor keuangan.

20 Juli 2019 | 06.28 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution usai mencoblos di TPS 20 Pancoran, Jakarta, Rabu, 17 April 2019. Tempo/Hendartyo Hanggi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution angkat bicara terkait langkah Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuannya sebanyak 25 basis poin menjadi 5,75 persen sebagai peluang dan hal positif bagi sektor keuangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"BI melakukan itu karena dia melihat ada ruang untuk itu, itu bagus saja kan. Tinggal ya memang di dunia ini sedang melonggarkan, karena ekonomi AS tidak berjalan seperti yang diharapkan," kata Darmin di Kementerian Perekonomian, Jumat, 19 Juli 2019.

Pernyataan Darmin merespons kebijakan BI yang akhirnya menurunkan suku bunga setelah 8 bulan sebelumnya mempertahankan bunga di level 6 persen. Momen ini juga harus dimanfaatkan untuk memperbanyak penyaluran kredit di sektor keuangan.

Darmin menuturkan bahwa pemerintah sudah menawarkan berbagai macam upaya untuk mendorong sektor investasi untuk lebih bergairah. "Sekarang dia mulai ketemu masing-masing. Pemerintah sudah, kemudian sekarang BI, mudah-mudahan nanti OJK juga," ujarnya.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan penurunan suku bunga dilakukan setelah bank sentral memantau berbagai kondisi global baik pertumbuhan ekonomi, perang dagang, dan arus modal asing. "Kami berkesimpulan ketegangan dagang yang berlanjut terus menekan perdagangan dunia dan memperlambat ekonomi global," katanya, Kamis, 18 Juli 2019. 

Penurunan suku bunga acuan, menurut Perry, dilakukan dengan mempertimbangkan dua hal penting yakni laju inflasi yang terjaga dan momentum mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Saat ini, ekonomi global yang melemah semakin menekan harga komoditas termasuk harga minyak. Sejumlah bank sentral di negara maju dan berkembang merespons kondisi tersebut dengan kebijakan yang lebih dovish, termasuk bank sentral ASRespons tersebut dimaksudkan untuk mengurangi ketegangan global.  

Dampak perang dagang juga berdampak terhadap perlambatan ekspor di sejumlah negara yang mendorong penurunan impor dan investasi nonbangunan yang tumbuh terbatas. 

BI menilai aliran masuk modal asing mencatat surplus besar didorong oleh prospek perekonomian domestik yang baik. Defisit transaksi berjalan 2019 diperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan defisit transaksi berjalan 2018 yakni pada kisaran 2,5-3 persen.

Nilai tukar rupiah yang menguat juga mendukung stabilitas eksternal. Prospek ekonomi Indonesia juga makin baik diiringi oleh peningkatan peringkat utang Indonesia. Ke depan, Bank Indonesia juga menilai rupiah akan bergerak stabil sesuai dengan mekanisme pasar dan fundamentalnya. 

EKO WAHYUDI | RR ARIYANI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus