Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA Institute for Development of Eco-nomics and Finance (Indef) merilis hasil riset mengenai kontribusi bisnis jasa keuangan berbasis teknologi, khususnya layanan pinjam-meminjam (financial technology peer to peer lending). Menurut ekonom Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara, fintech peer to peer lending mampu menyumbangkan Rp 25,97 triliun pada produk domestik bruto (PDB). "Itu dampak langsung ataupun tidak langsung. Ini menunjukkan keberadaan fintech telah mampu mendorong perekonomian," ujarnya, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga semester I tahun ini, penyaluran kredit oleh fintech peer to peer lending telah mencapai Rp 7,64 triliun. Ada 66 pelaku usaha fintech yang terdaftar di OJK, dan satu di antaranya telah berizin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bhima mengatakan beberapa sektor berdampak besar terhadap PDB akibat pertumbuhan fintech, yakni sektor teknologi dan komunikasi, jasa perusahaan, jasa perbankan, jasa keuangan, serta jasa dana pensiun. Pertumbuhan fintech juga dapat mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga hingga Rp 8,94 triliun. "Khususnya para pekerja yang ada di sektor perdagangan, keuangan, dan asuransi. Ketiga sektor ini berperan langsung terhadap pengembangan fintech," ucap Bhima.
Adapun kompensasi bagi tenaga kerja, yang berbentuk gaji dan upah, mampu meningkat hingga Rp 4,56 triliun. Fintech peer to peer lending juga dapat menyerap tenaga kerja hingga 215.433 orang. Bhima mengatakan penyerapan tenaga kerja tersebut tidak hanya terjadi di sektor-sektor tersier, tapi juga sektor primer. "Contohnya di sektor pertanian, yang juga menyerap tenaga kerja 9.000 orang," tuturnya.
Saat fintech tumbuh, kontribusi industri perbankan terhadap PDB naik 0,82 persen atau senilai Rp 1,57 triliun. Andil industri keuangan lain bisa mencapai 10 persen dari PDB atau setara Rp 7,4 triliun. Menurut Bhima, hal ini menunjukkan bahwa fintech bisa tumbuh bersama jasa keuangan lain. "Keduanya bisa berkolaborasi dengan melakukan channeling atau bermitra."
Direktur Asosiasi Fintech Indonesia, Ajisatria Suleiman, berharap akses fintech terhadap pemberi pinjaman bisa meningkat sehingga likuiditas tercukupi dan penyaluran kredit kian besar. Adapun Chief Executive Officer (CEO) Akseleran, Ivan Tambunan, menyatakan perkembangan fintech peer to peer lending masih dalam tahap awal. "Kami akan berkembang lebih signifikan. Mungkin akan ada 10-20 pemain besar sehingga inklusi keuangan juga akan sangat terbantu," ujarnya. Tak hanya memberikan akses pendanaan bagi masyarakat, menurut Ivan, fintech peer to peer lending dapat memperluas akses investasi untuk masyarakat. "Nilainya tidak harus besar dan prosesnya juga user friendly," tuturnya. DIAS PRASONGKO | GHOIDA RAHMAH
Nilai pinjaman fintech peer to peer lending pada Januari-Mei 2018:
Bulan | Pinjaman di Jawa(Rp Triliun) | Pinjaman di Luar Jawa(Rp Miliar) | Total(Rp Triliun) | Januari | 2,6 | 423,9 | 3 | Februari | 3,1 | 470,2 | 3,5 | Maret | 3,9 | 568,4 | 4,5 | April | 4,8 | 652,1 | 5,4 | Mei | 5,4 | 714,6 | 6,2 |
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo